Mohon tunggu...
meyda nur rohmah
meyda nur rohmah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Rentan Stres karena Perbuatan Orangtua

12 Oktober 2019   15:13 Diperbarui: 12 Oktober 2019   15:11 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jika tidak segera diketahui akan berujung pada kematian yang disebabkan oleh anak bunuh diri

Artikel ini terinspirasi dari Drama Korea Sky Castle

Drama Korea Sky Castle mengadopsi cerita tentang kumpulan keluarga terpandang yang saling bersaing dengan kecerdasan dan kesuksesan sang anak. Kita pasti pernah diomelin orangtua karena nilai rapot yang jelek dan kita pasti makin diketatin dalam waktu belajar yak an ???

Tak jauh beda dalam drama ini pun anak-anak nya juga sangat diperhatikan dalam bidang pendidikannya dan apapun akan dilakukan demi kesuksesan sang anak dalam pendidikannya. Para orang tua dalam drama ini tidak memperhatikan sang anak suka atau tidak karena bagi mereka kesuksesan sang anak dalam pendidikan dan masuk sebuah universitas favorit akan membawa kebahagiaan bagi sang anak pula. Namun kenyataannya ada seorang anak yang menuruti keinginan orangtuanya hingga ia berhasil terdaftar disebuah universitas favorit di korea tapi ia tidak melakukan daftar ulang. Hal tersebut dilakukan sang anak karena selama pembelajaran yang ia dapat ia merasa tertekan dan ia hanya melakukannya untuk menyenangkan hati orangtuanya untuk masuk dalam universitas tersebut.

Setiap orangtua memiliki pola didik masing-masing yang berlatarkan pengalaman keluarga dan masa lalu yang pernah dialami. "SKY Castle" membuka fakta baru bahwa peran orangtua dalam menentukan pilihan masa depan anak memang sangat penting akan tetapi jangan sampai membuat anak merasa terbebani hingga depresi.

Okey parent....

Dari cuplikan drama diatas, kita dapat mengambil pesan yang sangat dalam untuk pengasuhan, perkembangan, dan pertumbuhan anak. Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang bisa terserang stres? Anak-anak pun bisa. Biasanya orang dewasa terserang stres karena masalah pekerjaan, keuangan dan lainnya. Anak pun bisa terserang stress karena perbuatan orangtuanya sendiri. Sebagai orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk sang anak. Mulai dari dalam pendidikannya, sosialnya, dan perkembangan fisiknya. Namun belum tentu hal yang dilakukan orang tua juga disenangi oleh anak.

Salah satunya dalam bidang pendidikan, dimana orangtua akan memasukkan anak dalam sebuah lembaga belajar non formal (les) dan privat. Biasanya orangtua yang sangat peduli dengan pendidikan sang anak akan mengulas kembali apa yang anak perlajari disekolah, les, dan yang didapat dari guru privatnya. Dari sinilah waktu bermain anak akan tersita hanya untuk belajar, belajar dan belajar. Anak akan merasakan bosan dan mulai terkekang sehingga anak mulai mencari pelampiasannya.

Anak-anak dan remaja umumnya belum bisa memahami dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Mereka sendiri bahkan tidak sadar kalau yang dialaminya adalah stres. Oleh karenanya, sudah menjadi tugas Anda sebagai orangtua untuk membantu mengenali gejala-gejala stres pada anak dan remaja.

Gejala anak stres

1. Munculnya perilaku negatif
Perhatikan kalau akhir-akhir ini anak menunjukkan perubahan perilaku yang kurang baik. Apakah anak jadi mudah marah, tersinggung, mengeluh, membantah, atau menangis?
Anak dan remaja juga mungkin lebih sering berbohong dan menyalahi aturan di rumah. Contohnya keluyuran sampai malam atau menolak mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang jadi tanggung jawabnya.  

2. Mudah takut
Salah satu ciri-ciri anak stres adalah tiba-tiba jadi mudah takut. Entah itu takut tidur sendiri, takut ruangan yang gelap, takut ditinggal orangtua, atau takut menghadapi orang asing. Apalagi kalau sebelumnya anak adalah sosok yang cukup pemberani. Ini adalah tanda bahwa stres yang dialami anak sudah cukup parah.

3. Menarik diri dari keluarga atau pergaulan
Saat dilanda stres, anak mungkin memilih untuk menghindari interaksi dengan keluarga atau teman-temannya. Perhatikan apakah anak selalu menghindar ketika Anda bertanya, tidak mau diajak makan atau pergi bersama, atau lebih sering menghabiskan waktu sendirian di kamar. Begitu juga kalau anak jadi jarang bermain dengan teman-temannya.

4. Sakit tanpa penyebab yang jelas
Jika stres yang muncul sudah begitu serius, anak biasanya mengalami gejala-gejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, atau pusing. Padahal ketika diperiksa ke dokter, anak tidak sedang mengidap penyakit tertentu. Gejala-gejala tersebut adalah reaksi tubuh anak terhadap stres.

5. Perubahan nafsu makan
Nafsu makan anak bisa naik atau menurun secara drastis karena stres. Bila nafsu makannya turun, ia mungkin saja beralasan bahwa makanannya tidak enak atau ia tidak lapar. Sedangkan kalau nafsu makannya naik, anak mungkin jadi lebih sering ngemil dan cepat lapar padahal sudah makan.

6. Sulit tidur
Tak cuma orang dewasa yang kalau sedang stres jadi susah tidur. Begitu juga dengan anak dan remaja yang dilanda stres. Selain susah tidur, biasanya anak-anak yang sedang stres sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk.

7. Tidak bisa konsentrasi
Karena merasa kewalahan dengan beban yang ditanggung, anak pun sulit berkonsentrasi. Baik itu saat belajar di sekolah, mendengarkan perintah dari orangtua, atau bahkan ketika menonton televisi.

Perhatikan kalau anak cenderung menatap kosong ke depan atau menunduk saat melakukan aktivitas-aktivitas seperti biasanya. Itu berarti anak sudah tidak konsentrasi lagi terhadap hal yang sedang dilakukan.

Jangan mengabaikan stres pada anak

Kalau anak Anda sudah menunjukkan berbagai gejala stres, jangan diabaikan. Stres yang dibiarkan bisa berdampak negatif dalam jangka panjang. Anak stres lebih rentan mengidap gangguan jiwa seperti depresi. Selain itu, karena perubahan pola makan akibat stres, anak pun makin berisiko mengalami kekurangan gizi atau kelebihan berat badan.

Dampak lain yang mungkin muncul adalah menurunnya prestasi di sekolah karena anak tidak bisa konsentrasi belajar. Untuk menghindari berbagai komplikasi anak stres, ajak anak mengobrol soal tekanan yang sedang ia hadapi. Dari situ, bantu anak untuk memahami keadaannya sekaligus mencari solusi terbaik.

Bila stresnya tak kunjung reda, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli konseling anak dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun