Mohon tunggu...
Agatha Mey
Agatha Mey Mohon Tunggu... Freelancer - agathamemey@gmail.com / agathamey.com - Menulis sesuka hati

Ibu satu anak, yang suka mempelajari berbagai hal tanpa harus menjadi ahli karena hidup sejatinya adalah sesederhana untuk menjadi bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedayung Bamboo Rafting

22 Januari 2016   15:09 Diperbarui: 22 Januari 2016   15:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sungai Amandit (foto : dokumen pribadi)"][/caption]

Salah satu rangkaian acara Datsun Risers Experience adalah wisata Bamboo Rafting dari Mount Meratus Resort, menyusuri sungai Amandit. Wisata ini sangat menarik karena menggunakan rakit yang terbuat dari potongan bambu . Selama 2.5 jam para risers di suguhi pemandangan indah perbukitan dengan rimbun pepohonan, dari mulai pohon karet, bambu dan bahkan padi gunung. Menurut pedayung rakit yang saya tumpangi, waktu pejalanan ini dapat di persingkat sampai 1.5 jam jika kondisi air sungai sedang pasang.

Pedayung rakit yang saya tumpangi bernama Bapak Mochamad yang profesi sehari-harinya adalah seorang guru SDN yang terletak 7 km dari lokasi resort. Bapak ini menjadi pedayung rakit apabila jadwal pekerjaannya sebagai guru telah selesai. Keahlian mendayungnya diperoleh dengan menduplikasi cara orangtuanya mendayung sejak beliau masih anak-anak. Dahulu, beliau sering ikut orangtuanya menyusuri sungai dari Loksado ke Kandangan untuk menjual bambu yang di pakai sebagai rakit. Bambu biasanya dibutuhkan untuk membuat kandang ayam di daerah Kalimantan.

Awalnya, bapak yang memiliki satu anak laki-laki yang akan berulangtahun ke-3 pada 14 Februari 2016 ini, berkebun karet. Tetapi karena harga karet saat ini di daerah Loksado hanya mencapai Rp. 6.000,- /kg, beliau meninggalkan profesi sebagai penyadap karet. Harga tersebut dirasa sangat murah karena untuk mendapatkan 1 kg karet, harus menyadap kurang lebih 10 buah pohon.

Rata-rata pedayung memiliki pekerjaan tetap dan mendayung hanya sebagai pekerjaan sambilan. Dari harga untuk berwisata sekitar Rp. 300.000,- para pendayung hanya akan membawa pulang pendapatan bersih sekitar Rp. 200.000,- persession. Hal itu dikarenakan pedayung akan di potong biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengangkut rakit kembali ke lokasi semula. Rakit akan dikembalikan ke lokasi setelah di bongkar menjadi potongan-potongan bambu dengan menggunakan bak terbuka. Beruntung pedayung rakit yang saya tumpangi memiliki kebun bambu sendiri sehingga tidak pelu membeli bambu untuk membuat rakit. Untuk waktu pembuatan rakit, sangat tergantung pada keahlian si pembuat rata-rata 30 menit sampai dengan 1.5 jam. Demikian juga untuk membongkarnya.

 

[caption caption="Bamboo Rafting (foto : Prayogo P)"]

[/caption]

Menurut saya, pilihan wisata Bamboo Rafting pada acara Datsun Risers Experience ini sangat tepat, karena mendukung usaha para penduduk lokal sebagai pemilik sekaligus pedayung rakit.

Go Datsun Go…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun