Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Upaya Radikal Ronald Koeman Selamatkan Barcelona

17 Maret 2021   00:16 Diperbarui: 17 Maret 2021   00:31 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronald Koeman (Sumber: mundodeportivo.com)

Ronald Koeman didatangkan Barcelona pada tanggal 19 Agustus 2020 untuk mengemban misi berat, menyelamatkan raksasa Catalan dari kehancuran yang sudah di depan mata.

Pria Belanda berusia 57 tahun ini datang ke Camp Nou saat klub sedang dilanda masalah yang sangat pelik dan kompleks.

Mulai dari kacaunya manajemen Barcelona akibat ulah sang presiden (Josep Maria Bartomeu), konflik internal, krisis keuangan, sampai buruknya performa Lionel Messi dan kolega di lapangan yang gagal meraih satupun trofi di akhir musim tersebut dan yang lebih parah adalah dipermalukan Bayern Munchen di pentas liga Champions dengan kekalahan telak 2-8.

Hal pertama yang dilakukan Koeman sebagai upaya menyelamatkan Barcelona adalah merombak skuad inti Blaugrana yang mayoritas sudah berusia tua.

Salah satu keputusan yang diambil Koeman untuk merombak skuad adalah melepas salah satu pemain bintang, Luiz Suarez ke Athletico Madrid.

Sebagai gantinya, Koeman berencana mendatangkan pemain kesayangannya di timnas Belanda, Memphis Depay. Ditambah Giorgino Wijnaldum untuk memperkuat lini tengah.

Namun krisis keuangan yang menimpa Barca, membuat semua rencana Koeman gagal terwujud. Akibatnya, dia terpaksa mengambil pemain-pemain belia dari akademi seperti Pedri dan Fransisco Trincao yang sangat minim pengalaman untuk tampil di kompetisi top level.

Keputusan Koeman melepas Suarez dinilai cukup kontroversial, mengingat Suarez yang berlabel pemain buangan Barca justru tampil impresif bersama Los Rojiblancos. Sedangkan di saat bersamaan, Blaugrana butuh sosok penyerang handal untuk menemani Lionel Messi di lini depan.

Namun bukan Ronald Koeman namanya jika tidak bisa mengatasi masalah tersebut. Memang, Koeman bukan pelatih yang jago strategi seperti Pep Guardiola, tapi Koeman adalah seorang pelatih yang mampu memaksimalkan potensi pemain yang dimilikinya.

Sebagai buktinya adalah Ronald Koeman mampu mengantar timnas Belanda yang bermaterikan pemain medioker ke final Liga Nasional Eropa 2018/2019.

Belanda yang tidak lolos di putaran final Piala Dunia 2018, secara tak terduga mampu tampil luar biasa di Liga Nasional Eropa. Di fase grup, tim Oranye secara mengejutkan menyingkirkan juara dunia tahun 2018 Prancis, dan Jerman. Serta mengalahkan Inggris di babak semi final. Meskipun akhirnya gagal menjadi juara setelah takluk 0-1 atas Portugal di partai puncak.

Tidak hanya itu, Belanda juga lolos ke putaran final Euro 2020 (pelaksanaannya ditunda karena Covid). Itu semua dilakukan Koeman hanya dengan menggunakan skuad medioker.

Lagi, lihat saja performa Belanda setelah ditinggalkan Koeman ke Barcelona. Menyedihkan! Mereka tersingkir di fase grup Liga Nasional Eropa 2019/2020 setelah gagal bersaing dengan Italia.

Itulah bukti bahwa Ronald Koeman adalah pelatih yang mampu memaksimalkan potensi pemainnya. Eksekusinya di lapangan sangat luar biasa.

Kembali lagi ke Barcelona. Dengan skuad 'pas-pasan', Koeman mampu membawa Barca meraih dua kemenangan dengan skor cukup telak di dua laga awal La Liga.

Namun setelah itu, performa Barcelona merosot tajam dan sempat tercecer di papan tengah klasemen La Liga. Barcelona juga kehilangan trofi Piala Super Spanyol setelah di final takluk atas Athletic Bilbao dengan skor 2-3.

Situasi bertambah buruk bagi Koeman setelah Barca dihantam badai cedera. Hal ini membuat Koeman kembali mengambil pemain belia dari akademi, seperti Araujo dan Mingueza.

Setelah itu dengan kemampuan memaksimalkan potensi pemain yang dimilikinya, Koeman secara pelan tapi pasti mampu membawa Barca sedikit demi sedikit naik ke papan atas klasemen.

Kendati demikian, skuad besutan Koeman tidak serta merta tanpa masalah. Barcelona memiliki masalah besar di lini pertahanan. Dalam upayanya kembali ke papan atas tersebut, Blaugrana memang mampu meraih banyak kemenangan, tapi di sisi lain gawang Ter Stegen juga banyak kemasukan gol. Singkatnya, Barcelona mampu mencetak banyak gol tapi juga banyak kebobolan gol.

Puncaknya adalah ketika Barca takluk 2-0 di kandang Sevilla pada laga semi final Copa del Ray leg pertama, dan dilumat PSG di kandang sendiri dengan skor 1-4 pada babak 16 besar liga Champions leg pertama.

Upaya radikal Ronald Koeman selamatkan Barcelona

Dua kekalahan yang diterima Barcelona tersebut serta buruknya performa di La Liga, memunculkan kekhawatiran bagi Koeman. Apabila Koeman tidak cepat mengatasi masalah besar di lini pertahanan tersebut, maka Barca terancam mengakhiri musim 2020/2021 tanpa satupun trofi yang mampu diraihnya. Hal yang sama seperti musim sebelum Koeman datang.

Padahal misi Koeman adalah menyelamatkan Barcelona. Misi tersebut hanya dapat terwujud dengan raihan trofi meskipun hanya satu.

Di saat inilah, Koeman melakukan upaya radikal untuk menyelamatkan Barcelona dengan cara mengubah formasi Barca dari 4-3-3 atau 4-2-3-1 menjadi 3-5-2 atau 3-4-2-1.

Upaya yang dilakukan Koeman ini masuk dalam kategori radikal, karena merubah formasi tim di saat menjelang berakhirnya musim kompetisi adalah suatu hal gila.

Tidak banyak pelatih yang berani melakukan hal tersebut. Karena merubah formasi, membutuhkan waktu yang cukup lama bagi pemain untuk bisa menyesuaikan guna menjadikan perubahan formasi yang dilakukan bisa berjalan seperti rencana yang diinginkan.

Perubahan ini berisiko tinggi. Jika pemain tidak bisa menyesuaikan dengan cepat, maka kehancuranlah yang akan terjadi.

Namun seperti yang sudah disinggung di atas, Koeman adalah pelatih sangat pandai memaksimalkan potensi pemainnya dan eksekusinya di lapangan sangat luar biasa.

Inilah yang membuat perubahan Koeman berjalan dengan sempurna. Potensi Lionel Messi dkk mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Koeman, sehingga mereka bisa beradaptasi dengan cepat atas perubahan yang dilakukan Koeman.

Hasilnya, dalam 5 laga terakhir Barcelona di semua kompetisi dengan menggunakan skema tiga center-back, tidak satupun berakhir dengan kekalahan.

Dengan formasi tersebut, Barca berhasil mengalahkan Sevilla 2-0 di lanjutan La Liga. Padahal di putaran pertama Barca bermain imbang 1-1 saat melawan Sevilla dengan formasi 4-3-3.

Kemudian, Barca kembali mengalahkan Sevilla di laga semi final Copa del Ray dengan skor 3-0. Kemenangan ini membuat Barcelona berhak melaju partai puncak Copa del Ray meskipun di leg pertama Barca kalah 2-0 atas Sevilla saat masih menggunakan formasi 4-3-3.

Di final, pasukan Ronald Koeman akan menghadapi Athletic Bilbao, tim yang menghempaskannya di final Piala Super Spanyol.

Lagi, dengan formasi ini Barcelona meraih 6 poin dalam 2 laga lanjutan La Liga. Dua kemenangan tersebut menjaga Barcelona tetap berada di jalur perburuan trofi La Liga musim ini.

Meskipun formasi ini tidak mampu menyelamatkan Barcelona di liga Champions setelah hanya mampu bermain imbang 1-1 di rumah PSG, tapi permainannya di kandang PSG jauh lebih baik daripada permainannya di leg pertama.

Tujuan perubahan formasi Barcelona yang dilakukan Ronald Koeman

Kelemahan Barcelona saat menggunakan formasi dengan 4 center-back(CB) adalah pertahanan. Hal ini terjadi karena dua wing-back Barca, Jordi Alba dan Sergio Dest kerap naik membantu serangan. Sehingga ketika terjadi serangan balik maka Alba dan Dest akan selalu terlambat turun, dan lini belakang Blaugrana hanya menyisakan dua pemain. Inilah penyebab gawang Barcelona banyak dibobol lawan.

Ketika menggunakan 3 CB, maka Alba dan Dest bisa fokus membantu serangan saja. Tanpa khawatir dengan pos yang ditinggalkannya jika terjadi serangan balik, karena lini belakang Barca masih menyisakan 3 pemain.

Dengan formasi ini, Barcelona bisa tetap leluasa menyerang, tanpa harus khawatir dengan lini pertahanan.

Hal tersebut dibuktikan dalam 5 laga terakhir, Barcelona mampu meraih 4 kemenangan dan satu hasil imbang.

Barca tetap mampu mencetak banyak gol, tapi hanya sedikit kebobolan. Coba lihat performa Barca dalam 5 laga terakhirnya. Mereka berhasil mencetak gol sebanyak 12 gol dan hanya kebobolan 2 gol. Dua gol yang masuk ke gawang Ter Stegen itu hanya melalui penalti.

Bandingkan saja dengan 5 laga terakhir Barca waktu masih menggunakan formasi 4-3-3. Barcelona meraih 2 kemenang, 1 hasil imbang, dan 2 kali menderita kekalahan, serta mencetak gol sebanyak 10 dan kebobolan sebanyak 8 gol.

Perubahan radikal yang dilakukan Koeman terbukti mampu menyelamatkan Barcelona dari penampilan buruk di lapangan, setidaknya untuk 5 laga terakhirnya.

Dengan perubahan tersebut, kini Barcelona berada di final Copa del Ray dan menduduki peringkat 2 klasemen sementara La Liga yang hanya berjarak 4 angka dari Athletico Madrid di puncak klasemen.

Apakah upaya radikal Ronald Koeman selamatkan Barcelona benar-benar mampu menyelamatkan Barcelona dengan menghadirkan trofi ke Camp Nou?

Tentunya peluang tersebut terbuka cukup lebar.

Salam,
-Mex'r-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun