Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Antara Lagu "Kasih Ibu" dan Pertimbangan Sebelum Punya Anak

14 Maret 2021   00:31 Diperbarui: 17 Maret 2021   17:01 2436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga bahagia (sumber: shutterstock.com)

Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi
Tak harap kembali

Bagai sang surya
Menyinari dunia

Waktu kecil dulu, saya berfikir bahwa lagu Kasih Ibu gubahan SM Mochtar tersebut adalah sebuah bentuk penghargaan anak kepada ibunya yang telah menyayanginya, merawatnya dengan segenap cinta kasih, dan jiwa raga.

Namun kini ketika saya sudah dewasa dan nantinya pasti akan mempunyai anak, saya tahu bahwa lagu tersebut bukan hanya sebuah bentuk penghargaan anak kepada ibunya, tapi juga sebuah nasihat kepada saya yang kelak akan menjadi orang tua bagi anak saya.

Memang, saya adalah seorang laki-laki dan lagu di atas adalah tentang seorang ibu, dan seorang ibu adalah perempuan. Apabila saya tetap keras kepala memaknai lagu tersebut sesuai lirik yang merujuk pada seorang ibu, maka saya tidak bisa mengambil hikmah dari lagu di atas sebagai bekal menjadi orang tua nanti. Karena sampai kapanpun saya tidak akan bisa menjadi seorang ibu.

Maka dari itu, saya akan menganggap sosok ibu di lagu tersebut adalah orang tua. Namanya orang tua tidak hanya seorang ibu, seorang ayah juga merupakan orang tua. Nah, kalau begini, saya kan jadi bisa mengambil hikmah dari lagu di atas, hahaha. Maksa dikit gapapa, ya. Hahaha.

Okay kembali lagi ke "Kasih Ibu". Lagu ciptaan MS Mochtar ini tentu saja bisa digunakan sebagai pertimbangan sebelum punya anak. Lirik dalam lagu ini mengandung nasihat yang sangat komplit bagi pasangan yang akan mempunyai keturunan.

Bagaimana tidak, coba saja lihat makna yang tersimpan dalam setiap baitnya.

1. Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa

Kasih sayang orang tua kepada anaknya sepanjang masa. Untuk mewujudkan kasih sayang tak terhingga sepanjang masa tentunya orang tua banyak menghadapi cobaan.

Misalnya, ketika anak pintar, menurut dan tidak nakal, maka mudah saja bagi orang tua untuk menyayangi anak dengan segenap cinta kasih dan jiwa raga. Akan tetapi, bagaimana jika anak tidak pintar, melawan dan nakal? Masihkah orang tua menyayanginya?

Lagi, ketika anak diterima di sekolah favorit, orang tua pasti akan bangga. Namun, bagaimana jika anak  tidak bisa diterima di sekolah favorit? Masihkah orang tua bangga? Apakah sekolah anak hanya sekedar menjadi gengsi bagi orang tua?

Belum lagi, soal bakat dan minat anak. Bagaimana jika anak, misalnya seperti Niki Lauda dan James Hunt yang melawan keinginan orang tuanya masing-masing demi menjadi pembalap F1. Masihkah orang tua mendukungnya meskipun keinginan anak berseberangan dengannya?

Sepertinya hal terakhir akan sangat mudah bagi saya untuk menjawabnya. Oh, tentu saja saya akan mendukung minat anak saya, apapun itu. Kurang lebih seperti itu jawaban saya. Namun, bagaimana jika anak saya berminat menjadi petinju? Hahaha.

Bait pertama menjadi pertimbangan yang sangat penting. Karena untuk mewujudkan kasih sayang tak terhingga sepanjang masa tidak cukup hanya dengan kata-kata.

2. Hanya memberi, tak harap kembali

Setelah berhasil melewati ujian bait pertama dengan penuh susah payah. Orang tua kembali diuji di bait kedua.

Ilustrasi keluarga bahagia (sumber: shutterstock.com)
Ilustrasi keluarga bahagia (sumber: shutterstock.com)

Pada peribahasa lama "banyak anak, banyak rezeki", terdapat unsur dagang di dalamnya. "Banyak anak, banyak rezeki" tak ubahnya seperti harapan yang tersimpan di balik kalimat "banyak modal, banyak untung".

Merawat anak dari bayi sampai dewasa tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Mulai dari biaya kesehatan sampai biaya pendidikan.

Jika prinsip dagang yang dipakai dalam merawat anak, maka orang tua akan sangat senang ketika anaknya yang sudah dewasa kemudian menjadi orang sukses. Inilah saat yang ditunggu-tunggu. Semua modal kembali lengkap dengan keuntungannya.

Namun, ketika anak gagal menjadi orang sukses, maka orang tua akan sangat sedih. Semua modal tidak kembali alias rugi.

Perasaan anak tentunya akan sangat terluka ketika prinsip dagang diterapkan dalam merawat anak. Terlebih ketika anak gagal. Dia akan sangat merasa bersalah karena gagal membahagiakan orang tua, dia merasa sebagai anak yang tidak tahu balas budi terhadap orang tua. Saat itu juga kasih sayang sepanjang masa yang hampir berhasil diraih, hilang begitu saja.

Merawat anak harusnya penuh keikhlasan. Di masa tua, bisa melihat anak hidup bahagai tanpa kurang suatu apapun adalah kebahagian yang besar bagi orang tua.

Jika nantinya anak mau merawat orang tuanya di masa senja, itu dilakukannya bukan karena balas budi. Itu dilakukannya karena rasa cinta terhadap orang tuanya. Itu hanya bisa terjadi ketika orang tua merawat anak dengan ikhlas, bukan merawat anak sebagai barang dagangan.

Bait kedua menjadi pertimbangan yang tak kalah penting dari bait pertama. Keikhlasan merawat anak mewujudkan kasih sepanjang masa.

3. Bagai sang surya menyinari dunia

Matahari tak pernah hancur hanya karena menerangi dunia. Karena matahari bukan lilin yang tubuhnya meleleh untuk menerangi sedikit ruangan yang gelap.

Orang tua tidak boleh hancur hanya karena merawat anaknya. Untuk itu, orang tua harus kuat secara fisik (kesehatan), finansial, dan mental.

Semuanya harus direncanakan, mulai dari menjaga kesehatan (berolahraga rutin, menjaga pola makan sehat, tidur cukup, melakukan medical check up secara berkala) supaya terus bisa menemani tumbuh kembang anak serta bisa terus mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.

Bayangkan saja jika orang tua sakit-sakitan. Bukannya fokus merawat anak, malah fokus berobat untuk dirinya sendiri. Gagal menjaga kesehatan berarti gagal menjadi sang surya menyinari dunia.

Kemudian perencanaan keuangan baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Serta mempunyai simpanan hari tua, sehingga nanti kalau sudah tua tidak membebani anak dan tidak mengharapkan balas budi anak.

Terakhir adalah mental. Orang tua harus siap dengan segala kemungkinan yang ditimbulkan oleh anak. Mulai dari kemungkinan terbaik sampai kemungkinan terburuk, seperti di bait pertama.

Orang tua adalah matahari bagi anaknya. Orang tua selalu menerangi langkah anaknya tanpa harus membuat dirinya sendiri hancur.

Pendapat di atas bukan opini saya pribadi. Pendapat di atas adalah nasihat Mama kepada saya dan adik-adik saya. Dia sambil nyanyi lagu "Kasih Ibu" juga, lho. Hahaha.

Mama juga berpesan, kalau punya anak sebaiknya tidak banyak-banyak, kasihan anaknya nanti. Satu lagi, selalu komunikasikan apapun yang terjadi bersama pasanganmu.

Tapi sayangnya, Mama tidak memberitahukan bagaimana cara merawat anak. Ketika saya menanyakan itu, dia malah menjawab: "Apa kamu sudah lupa bagaimana Papa dan Mama merawat kalian bertiga?". Hahahaha, Mama.... Mama.

Salam,
-Mex'r-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun