Kasih sayang orang tua kepada anaknya sepanjang masa. Untuk mewujudkan kasih sayang tak terhingga sepanjang masa tentunya orang tua banyak menghadapi cobaan.
Misalnya, ketika anak pintar, menurut dan tidak nakal, maka mudah saja bagi orang tua untuk menyayangi anak dengan segenap cinta kasih dan jiwa raga. Akan tetapi, bagaimana jika anak tidak pintar, melawan dan nakal? Masihkah orang tua menyayanginya?
Lagi, ketika anak diterima di sekolah favorit, orang tua pasti akan bangga. Namun, bagaimana jika anak tidak bisa diterima di sekolah favorit? Masihkah orang tua bangga? Apakah sekolah anak hanya sekedar menjadi gengsi bagi orang tua?
Belum lagi, soal bakat dan minat anak. Bagaimana jika anak, misalnya seperti Niki Lauda dan James Hunt yang melawan keinginan orang tuanya masing-masing demi menjadi pembalap F1. Masihkah orang tua mendukungnya meskipun keinginan anak berseberangan dengannya?
Sepertinya hal terakhir akan sangat mudah bagi saya untuk menjawabnya. Oh, tentu saja saya akan mendukung minat anak saya, apapun itu. Kurang lebih seperti itu jawaban saya. Namun, bagaimana jika anak saya berminat menjadi petinju? Hahaha.
Bait pertama menjadi pertimbangan yang sangat penting. Karena untuk mewujudkan kasih sayang tak terhingga sepanjang masa tidak cukup hanya dengan kata-kata.
2. Hanya memberi, tak harap kembali
Setelah berhasil melewati ujian bait pertama dengan penuh susah payah. Orang tua kembali diuji di bait kedua.
Pada peribahasa lama "banyak anak, banyak rezeki", terdapat unsur dagang di dalamnya. "Banyak anak, banyak rezeki" tak ubahnya seperti harapan yang tersimpan di balik kalimat "banyak modal, banyak untung".
Merawat anak dari bayi sampai dewasa tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Mulai dari biaya kesehatan sampai biaya pendidikan.