Mohon tunggu...
Mex Rahman
Mex Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Son-Brother-Friend

Bermimpi tiduri Monica Bellucci

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Klub Sepak Bola yang Meraup Keuntungan di Masa Pandemi

9 Maret 2021   08:49 Diperbarui: 9 Maret 2021   09:07 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 telah memberi pukulan telak bagi dunia sepak bola, terutama pada sektor ekonomi.

FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia memperkirakan kerugian yang diderita oleh industri permainan 11 lawan 11 akibat pandemi, mencapai 14 miliar dolar Amerika atau setara dengan Rp 207 triliun. Angka tersebut merupakan sepertiga dari pendapatan seluruh klub sepak bola di dunia.

Kerugian yang mencapai 14 miliar dolar Amerika tersebut, mengacu pada kondisi saat ini yang tidak memperbolehkan penonton hadir ke stadion untuk menyaksikan atau mendukung kesebelasan kesayangannya yang sedang berlaga di lapangan, sebagai bagian dari kebijakan pembatasan sosial.

Situasi tersebut tentunya sangat merugikan pihak klub, karena klub tidak memiliki pendapatan dari penjualan tiket penonton dalam setiap laga yang dimainkan. Seperti yang telah diketahui, penjualan tiket penonton merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi klub sepak bola.

Tidak berhenti sampai di situ saja, klub sepak bola juga menderita kerugian dari sektor penyiaran (hak siar) dan pendapatan komersial (yang meliputi penjualan marchendise, sponsor dan penggunaan stadion di luar aktivitas sepak bola) akibat pandemi Covid-19.

Seperti halnya penjualan tiket -- hak siar dan pendapatan komersial merupakan sumber pemasukan utama klub sepak bola.

Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi klub sepak bola di masa pandemi merosot tajam.

Barcelona misalnya, pertumbuhan ekonomi raksasa La Liga ini di tahun 2020 minus 15%. Total pendapatan Barca menurun 175.7 juta euro menjadi 715.1 juta euro. Tim kebanggaan kota Katalunya ini merugi di semua sektor.

Meskipun masih menjadi klub dengan pendapatan tertinggi, tapi jika dilihat dari jumlah nominal maka Blaugrana menjadi klub yang mengalami penurunan pendapatan paling besar dibandingkan dengan 5 besar klub berpendapatan tertinggi tahun 2020 lainnya.

Hal serupa juga dialami oleh seteru abadi Barcelona, Real Madrid. Meskipun defisit yang dialami Real Madrid tidak sebesar Barcelona, tapi hal tersebut cukup membuat Los Blancos untuk menahan hasrat di bursa transfer.

Pendapatan Real Madrid tahun 2020 menurun 9% atau sebesar 65.5 juta euro. Total pemasukannya di tahun tersebut adalah 691.8 juta euro.

Sektor penjualan tiket menjadi penyumbang terbesar kerugian Madrid, yaitu sebanyak 36.6 juta euro. Menyusul di belakangnya, dari sektor penyiaran dengan andil 33.9 juta euro.

Meski merugi di dua sektor, Madrid bisa sedikit bernapas lega karena sektor pendapatan komersial tumbuh 1% atau sekitar 5 juta euro.

Keuntungan dari sektor tersebut diperoleh karena perpanjangan kontrak kerjasama antara Adidas dengan El Real hingga tahun 2028. Ditambah dari penjualan marchendise.

Di bawah Madrid ada Bayern Munchen yang menempati peringkat 3 klub berpenghasilan tertinggi tahun 2020. The Bavarian menghasilkan uang sebesar 634.1 juta euro atau minus 4%.

Di tempat ke-4 dan 5 diisi oleh personel Liga Primer Inggris, MU dan Liverpool. MU mengumpulkan uang sebesar 580.4 juta euro atau turun 19%. Sedangkan Liverpool dengan uang sebesar 558.6 juta euro atau minus 8%.

Tim-tim besar lainnya, seperti Paris Saint-Germain, Chelsea, Manchester City, Tottenham Hotspur, Juventus, Inter Milan, Atletico Madrid, Borussia Dortmund, dan lain-lain, juga mengalami nasib yang sama, merugi dengan jumlah dan persentase yang berbeda-beda.

Persentase kerugian terbesar di daftar 20 besar klub berpenghasilan tertinggi tahun 2020, dialami oleh Shalke 04 yang mengalami kerugian mencapai 31% atau sebesar 102 juta euro.

Di tengah masa sulit akibat pandemi Covid-19 yang membuat banyak klub sepak bola mengalami defisit, ada dua klub yang tidak mengalami hal tersebut.

Tak tanggung-tanggung, pertumbuhan ekonomi salah satu klub tersebut mencapai 29%. Bahkan pendapatannya di tahun 2020 (tahun yang menjadi bencana bagi semua sendi-sendi kehidupan di seluruh dunia) merupakan pendapatan tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Klub tersebut adalah:

1. Zenit Saint Petersburg

Zeni St. Petersburg (transfermakrt.de)
Zeni St. Petersburg (transfermakrt.de)

Menurut sistus konsultan keuangan, Deloitte, pertumbuhan ekonomi Zenit di tahun 2020 mencapai 29% menjadi 236.5 juta euro. Dengan rincian, pendapatan dari sektor matchday tumbuh 31% atau sebesar 3.5 juta euro, dari sektor penyiaran tumbuh 211% atau sekitar 31 juta euro, dan pendapatan komersial tumbuh 14% atau 21 juta euro. Ini merupakan pendapatan tertinggi Zenit dalam 5 tahun terakhir.

Keuntungan tersebut di dapat dari kemitraan dengan Gazprom. Zenit menjual hak penamaan stadion kepada Gazprom.

Selain itu, Zenit menayangkan pertandingannya secara online, sehingga jika tv menayangkan pertandingan Zenit maka harus membayar hak siar ke Zenit.

2. Everton

Everton (sumber: premierskillenglish.com)
Everton (sumber: premierskillenglish.com)

Meskipun tidak sebesar Zenit, pendapatan Everton naik 1.5 juta euro menjadi 212 juta euro.

Keuntung Everton didapat karena menjual hak penamaan stadion kepada USM Holdings.

Selain itu, keuntungan Everton diperoleh dari perpanjangan kontrak kerjasama dengan Umbro dan Fanatics.

___________________

Sumber:

1. Deloitte football money league.

2. USM Everton.

Salam,

-Mex'r-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun