Inter Milan berhasil mengambil keuntungan dari para pesaing terdekatnya yang pada giornata 22 menelan hasil buruk dengan menggilas Lazio 3-1.
Dengan hasil tersebut maka Inter Milan berhak menempati posisi puncak klasemen sementara Serie A yang selama berbulan-bulan diduduki oleh AC Milan.
Dalam laga yang dihelat di stadion Giuseppe Meazza ini sejatinya dikuasi penuh oleh Lazio. Tercatat tim besutan Simone Inzaghi menguasia ball possession sebanyak 65% dan melakukan 629 passing dengan tingkat akurasi mencapai 86% serta melakukan 14 kali shooting yang mana 6 diantaranya on target.
Sementara Inter hanya menguasai bola sebanyak 35% dengan 382 passing yang berakurasi 74%. Jumlah shooting anak asuh Antonio Conte juga lebih sedikit daripada tim tamu yaitu 12 tapi tendangan yang mengarah ke gawang sedikit lebih banyak daripada lawan yaitu 7 kali tembakan.
Meskipun demikian kemenangan menjadi milik tuan rumah setelah 3 gol La Beneamata yang dicetak oleh Lukaku (22' dan 54') dan Lautaro (64') hanya berbalas satu gol Lazio yang dibukukan oleh Gonzalo Escalante (61').Â
Kunci kemenangan Il Nerazzuri ada pada taktik yang diterapkan oleh sang allenatore Antonio Conte yaitu counter-pressing dan quick transition atau lebih sederhananya disebut pertahanan khas Italia yang didukung penampilan apik dari 3 punggawanya, Lukaku, Lautaro, dan Eriksen.
Taktik yang digunakan oleh Conte ini sangat menarik untuk dibahas. Yuk, cekidot!
Game plan
Antonio Conte tetap setia pada formasi andalannya yaitu 3-5-2 (baca: satu-satunya formasi Conte). Posisi penjaga gawang masih milik Samir Handanovic yang di-cover oleh 3 center-back (CB) di depannya, Milan Skriniar, Stefan de Vrij, dan Alessandro Bastoni.
Lini tengah diisi oleh Marcelo Brozovic, Nicolo Barella, dan Christian Eriksen yang diapit oleh dua winger Achraf Hakimi di kanan dan Ivan Perisic di kiri.
Duet maut Romelo Lukaku dan Lautaro Martinez belum tergantikan untuk mengisi posisi ujung tombak. Ini merupakan kompisisi terbaik Inter Milan musim ini.
Lazio di bawah komando Simone Inzaghi juga memakai formasi pakemnya yang sama dengan Inter yaitu 3-5-2. Masing-masing lini diisi oleh Pepe Reina (GK), trio CB ditempati oleh Francesco Acerbi, Wesley Hoedt, Patricio Gabarron/Patric.
Sergej Milinkovic-Savic memimpin lini tengah yang ditemani oleh Lucas Leiva dan Luis Alberto. Posisi sayap kanan menjadi milik Manuel Lazzari dan dikiri diisi oleh Adam Marusic.
Di depan, posisi Ciro Immobile belum tergantikan. Penyerang timnas Italia ini dideutkan dengan penyerang berkebangsaan Argentina, Joaquin Correa.
Analisis Taktik
Sesuai judul di atas, kunci kemenangan Inter adalah taktik bertahan yang dipadukan dengan counter-pressing dan transisi dari bertahan ke menyerang yang dilakukan secara cepat.
Di atas kertas, formasi Inter adalah 3-5-2, namun di atas lapangan semua berubah. Ketika bertahan, kedua pemaian sayap Inter yaitu Hakimi dan Perisic turun menjadi bek sayap. Sehingga Inter bermain dengan 5 bek.
Brozovic dan Eriksen turun menjadi double pivot yang berdiri sejajar di depan tiga bek Inter. Barella mengisi pos yang ditinggalkan oleh Hakimi.
Lukaku memposisikan diri agak melebar ke kanan, hal ini bertujuan untuk mempersempit area bermain lawan dengan pressing yang dilakukan oleh striker Belgia ini. Sedangkan Lautaro tetap berada di posisi semula.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Bola yang berada di kaki lawan terus di tekan oleh pemain Inter dengan melakukan pressing agresif.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa Conte memang ingin lawan menguasai bola. Ketika lawan sudah menguasai bola, maka taktik Conte baru bisa berjalan.Ketika bola sudah berhasil direbut, maka bola langsung dikirim ke pemain Inter (Lukaku, Barella, Brozovic, atau Lautaro) yang tinggal berhadapan dengan lini belakang Lazio. Inter mendapat beberapa peluang dari skema ini. Gol ke-3 Inter juga lahir dari skema ini.
Inter melakukan ini tidak hanya di area rendah namun juga di area tinggi. Gambar di bawah ini adalah contoh quick transition Inter sesaat setelah berhasil melakukan counter-pressing di area tinggi namun gagal berbuah gol.
Dari gambar di atas dapat dilihat betapa berbahayanya taktik yang diterapkan oleh Conte. Empat pemain Inter sudah berhadapan dengan 3 pemain belakang Lazio.
Dalam posisi ini, Brozovic yang membawa bola mempunyai banyak opsi untuk menyerang jantung pertahanan Lazio. Sedangkan Barella tetap berada di posisi Hakimi dan bersiap melancarkan pressing agresif jika Brozovic kehilangan bola.
Untuk contoh quick transition yang berawal dari keberhasilan melakukan counter-pressing di area rendah ada pada gambar di bawah ini.
Bola langsung di kirim ke depan sesaat setelah berhasil direbut di area rendah. Meskipun sempat mengenai pemain Lazio, namun bola tetap jatuh ke kaki Lautaro. Ini posisi yang sangat berbahaya. Namun sayang Hakimi yang sudah berada pada posisi kosong gagal mengeksekusi bola hasil umpan Lautaro menjadi gol.
Gol pertama Inter
Proses terjadinya gol pertama Inter bermula dari build-up di area yang cukup tinggi. Kemudian menciptakan overload di sisi kiri. Perhatikan gambar di bawah ini.
Overload pemain yang diciptakan Inter di sisi kiri berhasil memancing banyak pemain Lazio untuk berdiri di sisi kiri penyerangan Inter. Biasanya kalau sudah begini, Inter akan melakukan switch  atau memindahkan arah serangan ke kanan. Di sisi kanan yang kosong berdiri 2 pemain Inter (Hakimi dan Barella) yang tinggal berhadapan dengan satu bek Lazio.
Namun pada posisi ini, Eriksen menunjukkan kecerdasannya sebagai salah gelandang terbaik dunia. Ia tidak melakukan switch, tapi gelandang Denmark ini justru mengirimkan umpan pendek ke posisi half space (ruang kosong antara winger dan DM) yang siap diterima oleh Lukaku. Perhatikan gambar di bawah ini.
Yang dilakukan oleh Eriksen ini memperdaya para pemain bertahan Lazio. Lautaro yang melihat peluang ini, dengan cerdik melakukan pergerakan tanpa bola untuk melepaskan diri dari pengawalan pemain lawan.
Lukaku yang mendapat bola dari Eriksen, sangat jeli melihat pergerakan Lautaro. Lalu mantan striker MU ini melepaskan umpan ke Lautaro yang langsung melakukan penetrasi ke kotak penalti lawan sebelum dirinya dilanggar di kotak terlarang.
Penalti pun diberikan kepada kubu tuan rumah. Lukaku menjalankan tugas sebagai eksekutor penalti dengan sempurna. Dari awal proses serangan sampai berujung penalti terjadi hanya dalam hitungan detik. Ini menunjukkan bahwa kecerdasan para pemain sepak bola ada di atas rata-rata.
Gol kedua Inter
Gol kedua Inter berawal dari kegagalan Lazio memainkan deep build-up dengan melibatkan kiper. Untuk masalah ini saya pernah menuliskannya di artikel sebelumnya 'Alasan Inter Milan Masih Mempertahankan Samir Handanovic'.
Umpan Pepe Reina ke pemain Lazio berhasil diintersep oleh Ivan Perisic yang kemudian melakukan progesi sebelum mengumpan ke Lautaro. Namun Lautaro gagal melewati pemain lawan.
Bola pantul hasil usaha yang gagal dari Lautaro ini mengarah ke kaki pemain Lazio. Namun Brozovic datang dengan pressing-nya sehingga bola kembali ke kaki pemain Inter.
Celakanya bagi Lazio, bola jatuh ke kaki Lukaku yang tinggal berhadapan dengan Pepe Reina, terjadilah gol kedua untuk Inter. Gol ini sempat dianulir karena indikasi offsite.Â
Namun tangkapan VAR menunjukkan bahwa Lukaku masih dalam posisi onside saat Brozovic berhasil merebut bola.
Gol ketiga Inter
Gol ketiga Inter bermula dari situasi counter-pressing di area rendah. Bola langsung dikirim ke depan sesaat setelah pemain Lazio kehilangan bola.
 Lukaku yang menerima bola, mengandalkan skill individunya, ia berlari di sisi kanan sebelum melepaskan umpan ke Lautaro yang sudah berdiri di depan gawang Lazio yang kosong tanpa pengawalan. Dengan mudah striker Argentina ini menceploskan bola ke gawang Reina.
Gol ketiga Inter ini menegaskan bahwa Simone Inzaghi benar-benar terperangkap masuk ke dalam jebakan Conte.
Pertandingan melawan Lazio berjalan lancar sesuai rencana Conte. Inter bertahan sangat bagus di semua area. Artinya, Inter sukses melakukan pertahanan di area rendah sampai area tinggi. Counter-pressing dan transisi cepatnya berjalan sesuai rencana. Jika Inter mampu mempertahankan performa seperti ini, maka trofi Seria A bukan hal yang mustahil untuk di raih.
Semua pemain Inter bermain bagus dalam laga tersebut (dalam arti menjalankan tugas sesuai perannya), terutama Lukaku, Lautaro, dan Eriksen.
Khusus bagi Eriksen, sepertinya dia sudah siap untuk menjadi salah satu bintang Serie A, hehehe.
Salam
-Mex'r-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H