1. Hanya bengong di depan laptop.
Waktu pertama kali menulis kembali, aku hanya bisa bengong lama di depan laptop karena sama sekali tidak ada ide di kepalaku yang bisa dituangkan ke dalam sebuah tulisan.
Satu jam pertama hanya memandang layar. Satu jam berikutnya masih hanya memandang layar sambil beberapa kali keluar masuk menu pengaturan untuk melakukan validasi akun. Sampai 3 jam tak satu pun huruf yang berhasil aku ketik di laptop, hahaha. Sulit memang, aduh-aduh.
Lalu kuputuskan untuk membaca artikel-artikel Kompasianer lainnya, berharap dapat ide dari situ.
2. Setelah dapat ide, sulit untuk mengeluarkannya.
Setalah cukup banyak membaca tulisan dari para Kompasianer aku merasa mempunyai ide untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tapi setelah sampai di dashboard situasi kembali lagi. Bengong lagi, wkwk.
Kembali lagi aku ke halaman utama Kompasiana untuk kembali baca-baca lagi.
Dan benar setelah itu aku punya ide. Masuk lagi ke dashboard, bengong lagi. Namun kali ini bengongnya beda, aku bengong karena tidak tahu bagaimana memulai sebuah tulisan meskipun sudah ada ide di kepala. Akhirnya kutinggal tidur saja.
3. Sulit merangkai kalimat.
Hari berikutnya aku mencoba menulis kembali. Aku ingat Liga Champions Eropa. Lalu aku berusaha menuliskannya. Dari pengalamanku selama bergabung di Kompasiana, menulis tentang bola atau olahraga lainnya adalah yang paling mudah. Dulu aku banyak mendapat HL dan TA dari tulisan-tulisan tersebut. Menulis di kanal bola juga akan banyak mendapatkan pembaca.
Aku menulis. Ternyata tidak semudah seperti dulu. Aku kesulitan memilih kata-kata yang akan kurangkai menjadi sebuah kalimat. Butuh waktu hampir 4 jam untuk menyelesaikan tulisan pertamaku itu.