[caption id="attachment_125923" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Seorang pengusaha wanita kembali tertipu oleh penjahat Internet. Uangnya melayang sebesar 60 juta rupiah masuk ke rekening si penipu. [caption id="attachment_121954" align="alignleft" width="240" caption="Scammer Dok : Google Gambar"]
- Tidak menggunakan photo profile yang jelas.
- Menggunakan foto profil orang lain yang diambil dari internet. Tandanya, biasanya foto hanya satu atau dua saja.
- Tidak mencantumkan identitas yang jelas atau hanya sedikit informasi yang ditampilkan
- Mencantumkan asal dari UK (para scammer saat ini menggunakan basisnya di Inggris, yang nampaknya sudah mulai tercium dan mulai mengarahkan di negara=negara dunia ke tiga termasuk Indonesia)
- Akunnya tidak memiliki banyak teman, atau malah tidak memiliki teman sama sekali.
- Status-statusnya selalu mengarah untuk mengajak berteman saja, tidak pernah atau sangat jarang update status dengan kegiatannya.
- Setelah berteman dengan calon korban, hampir selalu mengajak komunikasi lanjutan menggunakan email dan mengatakan akan memberi info lebih banyak tentang dirinya melalui email dupaya lebih private atau meminta tukar nomor telepon.
- Mengiming-imingi untuk mentransfer uang dalam rencana investasi atau ingin menetap di Indonesia
- Mengajak berhubungan pribadi secara lebih dekat bahkan mengajak penjajakan untuk menikah (biasanya scammernya laki-laki dan sasarannya adalah wanita Indonesia)
- Setelah mendapat calon korban, biasanya scammer ini akan melanjutkan dengan menunjukkan bukti surat, ID dan berkas-berkas lain seperti dari bank, dari badan-badan resmi internasional atau PBB (UNO) yang intinya memperkuat keyakinan si korban akan rencana si scammer
- Langkah selanjutnya dengan alasan bermacam-macam bukannya mentransfer malah minta di transfer dahulu sejumlah uang ke rekeningnya.
- Scammer selalu memiliki banyak akun, yang kadang menggunakan nama yang hampir sama. (Search dengan keyword namanya dan bandingkan datanya, biasanya banyak kemiripan)
- Tidak pernah manggunakan foto dirinya (cobalah minta agar dia upload foto yang ada di profilnya, seandainya memakai, dalam jumlah banyak, lebih dari 5 misalnya, biasanya tidak akan bisa)
- Saat ini para scammer ini sudah mulai berada di Indonesia atau negara-negara Asia Tenggara dan sudah memiliki antek orang lokal.
- Mengajak bertemu di negara-negara tetangga. Memancing korban menuju negara terdekat dan akan "mengerjainya" di sana.
- Sudah mulai membuat akun Kompasiana
info lebih jauh :
Atau carilah informasi tentang scammer ini dengan kata kunci : scam, scammer,froud Saat ini kita hanya bisa menjaga diri kita sendiri. Karena Polisi di Indonesia bukanlah menjaga keselamatan warga atau rakyat Indonesia tetapi hanya mengejar penjahat, artinya kita menjadi korban dulu baru polisi bertindak. Hampir tidak pernah ada kegiatan polisi yang secara preventif aktif menjaga keselamatan warga terhadap para pelaku tindak kejahatan. Hampir tidak ada program kepolisian yang secara sungguh-sungguh menjaga secara preventif keselamatan rakyat Indonesia. Anda menjadi korban kejahatan dahulu baru polisi bertindak. Oleh karenanya kita harus mampu menjaga diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H