Mohon tunggu...
Gerard Widy
Gerard Widy Mohon Tunggu... lainnya -

Firdaus - Dunia - Surga (neraka dimana?)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pura-pura Jadi Prabowo Subianto

14 Juli 2014   02:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:26 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Si Kipli berpura-pura jadi Prabowo Subianto, tokoh idolanya)

Kipli :"Hei Plo, lu lihat dan dengerin gue mau berperan jadi Prabowo ye "
Koplo :"Halaaaaaa ... kita ni tukang ojeg ya ngjeg aja, cari sewa. Nggak usah pura-pura jadi orang gedean segala"
Kipli :" Ahh dasar lu, emang nggak boleh tukang ojeg ngerasain jadi orang gedean. Dah .. lu dengerin aja, ntar gua kasih  lu santingan samsu ma gue. nih masih ada sebatang"
Koplo : "OK... OK ... terserah lu aje"
Kipli :"Nah lu dengerin ye ..."

Kipli :
"Hasyim sudah menurunkan US$. 1.000.000.000 untuk Gerindra dan pencalonan Capresku.

Calon-calon lain sepertinya tidak menjadi pilihan rakyat sama sekali. Sainganku rasanya hampir tidak ada. lagipula selama ini aku sudah cukup jauh dan lama bergerilya. Kalangan elite, terpelajar sampai sebagian rakyat menengah kebawah sudah berhasil kurangkul. Bahkan para politikus muda yang masih merasa punya idealisme pun sangat banyak yang bergabung. Perjuangan dan penderitaanku karena "pengucilan" di militer dulu, kini akan kutebus lunas. Aku akan mencalonkan Presiden sendiri, bukan Wakil Presiden.

Struktur organisasi sudah komplit. Dukungan sangat kuat, bahkan aku tahu, rakyat sudah tidak menginginkan SBY atau kroni-kroni sejenisnya. Kompetiter lain ? Aaaahh.. aku sudah jajaki rakyat tidak punya pilihan siapapun. Peluangku lebih dari 75%. Tekad sudah bulat, aku akan mencalonkan jadi Presiden.

Tapi bagaimana dengan ARB ?. Satu ini yang perlu aku awasi. Bukan karena dia saingan berat, peluangnya tidak ada. Tetapi karena ARB akan menjadi duri yang memperlambat jalanku. Apalagi kemarin ARB baru saja berselisih dengan kelompok Hasyim, dan pisah dengan Rothschild dalam soal pertambangan.

ARB harus ditarik kedalam kelompok, harus dijadikan sekutu atau disingkirkan sama sekali. Kalau saja ARB bisa dijadikan sekutu banyak keuntungan bisa raih. Tetapi artinya aku harus memberi penawaran yang berarti padanya. Apa yang bisa aku tawarkan supaya ARB mau diajak bersekutu. Andai aku menang Pilpres, posisi atau keuntungan apa yang bisa kutawarkan. Posisi menteri ? Ah mungkin itu tidak cukup. Akan kucoba memberi posisi "Menteri Khusus atau Spesial" entah apapun bentuknya, nanti bisa didiskusikan. Itu juga sekaligus sinyal damai mewakili Hayim dan Rothschild kepada ARB.

Hasyim mungkin tidak suka dengan bergabungnya ARB tapi dia harus sedikit luwes. Hasyim harus bisa membujuk Rothschild tentang ARB.

Sekarang harus mulai menyuarakan Program, Misi, dan Visi yang berpihak pada rakyat.

Soal bisnis Hasyim dan bisnisku itu justru bisa dijadikan sebagai Pelaksana prgram-program nantinya. KKN ? Ah nanti bisa di olah. Tahap satu Capres dulu. Menggalang kekuatan dan mengalahkan para kompetiter. Hasyim dan RothsChild melihat peluangku yang begitu besar, pasti mereka mau membantu dana lagi untuk sukses pencapresanku.

Program, Misi dan Visi yang terlihat "mulia" dan "berpihak kepada rakyat" harus segera selalu dikumandangkan. Bagaimana mengkaitkannya dengan bisnis-bisnis kami yang ada ?.

Hal utama yang bisa menghubungkannya adalah dengan

"Menggemakan bahwa kekayaan alam harus dikelola seoptimal mungkin untuk rakyat dan kebocoran yang terjadi selama ini harus ditutup. Penguasaan asing atas kekayaan alam Indonesia harus diminimalisir"

Pelaksanaannya nanti, pengelolaan kekayaan alam seperti tambang dan sejenisnya, Hasyim dan Rothschild bisa menangani, sebagian bisa diserahkan ke ARB. Kekayaan alam agrobisnis, perkebunan dan pertanian beberpa perusahaanku dan berusahaan agribisnis hasyim bisa menangani. (Mungkin sebagian diserahkan ke perusahaan Mega agar tidak muncul gangguan-gangguan.

Pihak barat mungkin tidak akan suka dengan Visi, Misi dan Prgram yang harus kusuarakan untuk menarik bagi rakyat Indonesia. Hasyim harus menjelaskan pada para pebisnis barat tentang Visi, Misi dan Program itu, dengan sisi pandang yang menguntungka pebisnis barat, harus ada sedikit modifikasi. Hasyim harus menjelaskan bahwa Misi. Visi dan Program yang nanti ku gaungkan pada rakyat memang harus seperti itu, tetapi ada bentuk yang berbeda untuk pebisnis barat. Dan itu akan terjamin bila aku menang Pilpres. Hasyim harus segera keluar negeri menjelaskannya sebelum mereka mejatuhkan dukungannya pada siapapun kompetiter Capres nanti

Sudah komplit. Organisasi sudah solid. Pendukung cukup masif. Kepentingan-kepentingn bisnis Hasyim, Rothschild, ARB dalam pertambangan sudah ada jalannya yakni pada "kekayaan alam harus dikelola seoptimal mungkin untuk rakyat". Bisnisku bersama Hasyim di agrisnis juga sudah ada kesempatannya yakni pada "pertanian dan perkebunan rakyat harus didukung penuh". Untuk memuluskan jalan, mungkin bisnis Mega di agrobisnis juga perlu diberi kesempatan dansemua itu bisa di tampilkan sebagai faktor pendukung posistif untuk mewujudkan misi dan visi yang berpihak pada rakyat. Untuk sementara ini, misi "intern" ini harus dibungkus serapat mungkin, kalau perlu diberikan kesan "terbalik" yakni "semua hanya untuk rakyat". Bahkan para pendukungkupun, si elite, si terpelajar, si ekonomi mampu, si politikus baru /muda yang masih ambisi dengan idealismenya tidak perlu tahu urusan "intern" kami. tetapi cukup yang bagian "semua untuk bangsa dan rakyat Indonesia" saja yang mereka boleh tahu. paling tidak sampai kemenangan kudapat.

Investor pertambangan dari barat saat ini perlu dirangkul dulu supaya mendukungku. Tapi ini bertentangan dengan program yang kugaungkan kepara rakyat bahwa kekayaan alam harus diolah sendiri seoptimal mungkin, bagaimana mengatasi dua hal bertentangan ini ?

Hasyim narus "berbicara kepada mereka" sementara aku "berbicara kepada rakyat" tentu masing-masing dengan "bahasa yang sesuai".

Dan sekarang saatnya meminta Rothschild untuk mengerti dan berpartisipasi dalam Pilpresku ini".

Koplo :"eh.. ntar ... ntar. dari tadi ada roscal roscil melulu. Siapa sih dia ?"

Kipli :"Rothschiiild ...... Rothschild itu, pengusaha minyak tingkat dunia. Milyarder. Orang kaya. Orang Yahudi"

Koplo :" Yaaauudiiiiii ......... ?. Dah .. gua nggak mau dengar"

Koplo ngeloyor pergi. Kipli melongo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun