Mohon tunggu...
meuti bulan
meuti bulan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis dan Freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Panglipuran,Potret Desa Adat Yang Dirindukan

28 Januari 2024   04:44 Diperbarui: 28 Januari 2024   04:58 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak pandemi saya belum pernah berkunjung lagi ke pulau Bali, pulau yang terkenal dengan sebutan pulau Dewata ini, bagi saya memiliki tempat yang istimewa di dalam hati. Karena itulah, selepas pandemi barulah saya berkunjung kembali ke pulau nan menawan ini.

Mengunjungi Bali tidak akan lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke desa Panglipuran. Sebuah desa yang terkenal dengan kebersihan dan keindahannya, dimana penduduk desa masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan sehari-hari

Panglipuran memiliki sistem adat  yang dibuat, disepakati dan ditaati secara turun temurun, sistem tersebut  yang pertama adalah tentang  pengolahan lahan dimana pengolahan tersebut sangat dipengaruhi dengan konsep Tri Mandala yaitu lahan yang dibagi menjadi 3 zona sesuai tingkat kesuciannya.  Yang kedua disebut dengan Awig-awig, yaitu jenis hukum yang ditaati dan wajib diikuti oleh mereka, awig sendiri adalah peraturan tertulis dan drestha yang mempunyai arti  adat kebiasaan tak tertulis.  Desa ini juga memiliki sistem pemerintahan adat yang disusun dalam satu lembaga kepemimpinan adat yang disebut Prajuru desa adat Panglipuran.

Desa wisata Panglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli ini, beberapa kali berhasil menyabet beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional, diantaranya adalah Kalpataru, ISTA (Indonesian Suistanabel Tourism Award) dimana penghargaan ISTA ini berhasil diraih pada tahun 2017, dan  penghargaan prestisius lainnya yang berhasil diraih, yaitu masuknya destinasi wisata ini dalam Suistanable Destination Top 100 versi Green Destination Foundation.

Bagi saya penghargaan tersebut memang layak di terima oleh desa Panglipuran sebab, desa tersebut selain bersih, penduduknya juga berhasil mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan cara membangun pariwisata yang menguntungkan seluruh masyarakat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka.

Penduduk desa Panglipuran agaknya sadar betul akan semua potensi yang dimiliki oleh daerahnya, hampir disetiap rumah, penduduk desa mengembangkan usaha rumahan mereka dengan menjalankan UMKM, terbukti mereka mempunyai produk olahan yaitu minuman Loloh Cemcem, sebuah minuman khas daerah tersebut yang mempunyai rasa asam dan manis, minuman tersebut terbuat dari daun Cemcem atau daun Kloncing yang mempunyai khasiat untuk melancarkan pencernaan,minuman Loloh Cemcem ini dijual dengan harga yang murah yaitu 5000 ribu rupiah.

Pada kunjungan saya kali ini saya berkesempatan mencicipi kopi khas Bali, kebetulan yang menjual adalah nenek-nenek yang ramah dan menyenangkan, sekilas saya bertanya pada beliau dari mana asal biji kopi tersebut, dengan tersenyum ramah nenek tersebut menjelaskan jika biji kopi tersebut berasal dari Kintamani yang kemudian diolah oleh beliau, Saat meminum kopi tersebut, saya merasa seperti mencicipi sebuah kopi khas jaman dahulu yang sering diminum oleh almarhum eyang Kakung, karena nya saya membeli produk kopi tersebut, harganya pun bagi saya sangat terjangkau hanya sekitar 25 ribu rupiah untuk satu pak kopi dengan berat sekitar 150 gram,  sebuah harga yang murah dan sangat terjangkau.

Bagi penggemar durian, desa Panglipuran adalah desa yang merupakan salah satu surganya durian , sebab pohon tersebut tumbuh dengan subur di sini, sehingga durian yang dijual masih fresh dan yang menarik dijual dengan harga yang terjangkau.

Selama di Panglipuran saya juga mengunjungi hutan bambu, dimana hutan ini memiliki luas 40 persen dari keseluruhan desa Panglipuran yang artinya luas dari hutan bambu ini adalah 45 hektar.
Hutan bambu disini selain memiliki fungsi sebagai keindahan juga sebagai kawasan resapan air.  Oleh penduduk desa, hutan bambu ini dilestarikan sebagai peninggalan warisan leluhur dan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Itulah beberapa keistimewaan desa Panglipuran yang membuat saya jatuh hati terhadap desa ini, karena itu jika berkunjung ke Bali jangan lupa kunjungi Desa Panglipuran, salah satu desa terbersih di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun