Mohon tunggu...
meuti bulan
meuti bulan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis dan Freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Peran Orangtua Bagi Remaja

20 Oktober 2022   12:38 Diperbarui: 20 Oktober 2022   12:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          

Berkecimpung di dunia pendidikan menjadikan saya belajar akan banyak hal, bagi saya proses pembelajaran tersebut bukan hanya dimiliki oleh murid saja, melainkan juga diri saya selaku pengajar  dan pendidik. 

Ada banyak hal baru yang saya temui dalam pergaulan saya bersama mereka. Hal tersebut bahkan seringkali jauh berbeda dengan pengalaman masa remaja saya, gencarnya perkembangan teknologi, dan derasnya arus informasi yang terkadang tidak terfilter dengan baik, menjadikan perbedaan perilaku remaja di jaman saya dan remaja masa kini.

Penyajian gaya hidup hedon, serta topik sensitif tentang gaya hidup bebas, bukan lagi menjadi sebuah hal yang tabu untuk dibahas, pembahasan seperti itu menjadi lumrah untuk disajikan dan dikonsumsi oleh mereka, youtube, tik tok, snack, twitter, instagram dan berbagai macam aplikasi lainnya  memudahkan mereka untuk memperoleh informasi tersebut. 

Sayangnya, di sisi lain, kurangnya pendampingan bagi mereka dari orangtua atau orang dewasa terdekat lainnya, menjadikan mereka mencari sumber informasi lain dari lingkungan luar, yang terkadang lingkungan tersebut memberikan informasi yang kurang tepat atau bahkan tidak tepat.

Secara teori remaja menurut Hurlock (1992) adalah suatu periode transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa awal dan mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Pratiwi, 2015). Santrock (1999) mengungkapkan remaja adalah masa transisi baik secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. 

Merujuk pada kedua teori diatas, secara sederhana bisa dipahami jika masa remaja adalah masa perubahan dari masa kanak-kanak menuju tahap tumbuh kembang selanjutnya, dimana pada masa tersebut akan terjadi perubahan baik secara fisik, Psikis dan intelektual. 

Dokpri
Dokpri

Perubahan tersebut juga akan banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan terdekat maupun lingkungan di luar, yaitu teman sebaya ataupun lingkungan bergaulnya, dan pada perjalanan masa transisi tersebut, biasanya akan muncul permasalahan-permasalahan yang umum terjadi pada masa tersebut, meliputi masalah pribadi, sosial, belajar, karir.

Pada tulisan ini, saya akan mengupas dua buah contoh kasus dari permasalahan remaja yang saya temui pada anak didik tempat saya mengajar. Kasus yang akan saya tulis ini, adalah kasus permasalahan tumbuh kembang remaja usia 15-18 tahun yang merupakan masalah pribadi dan sosial, dan bersumber dari lingkungan  sekitar.

A begitu saya biasa memanggilnya, adalah seorang siswa kelas X SMK jurusan sepeda motor tahun 2018, A memiliki tubuh kurus dan kecil, wajahnya polos dan pendiam, namun ada banyak keluhan tentang siswa tersebut dari bapak dan ibu guru pengajar, salah satunya adalah masalah ketidak hadiran siswa yang cukup banyak dengan kata lain siswa tersebut sering membolos dan tidak mengikuti pelajaran. Jika masuk,siswa tersebut hanya pasif, serta  banyak tugas yang tidak tuntas.

Berulang kali kedua orangtuanya datang menemui saya, pada awalnya ketika fakta tentang kondisi siswa di sekolah di utarakan kepada mereka, kedua orangtua A denial (menyangkal), bagi mereka, A adalah anak pendiam dan penurut, serta tidak sembarang bergaul, sejak SD, A memilih bergaul dengan kawan yang lebih dewasa dibanding seusianya.

Salah satu masalah berat yang diperbuat oleh A adalah ketika A dengan sengaja mengajak beberapa teman sekolah yang berbeda jurusan dengannya,  menengak minuman keras  tepat di depan sekolah pada jam 22.00 WIB, pada waktu itu mereka semua terjaring oleh Satpol PP dan dibina di lipossos, dan puncak permasalahan yang diperbuat oleh A adalah, ketika dia tertangkap polisi dengan tuduhan sebagai pengedar narkoba jenis Sabu. 

Dia ditangkap atas laporan dari salah satu teman sekolahnya juga namun berbeda jurusan, teman A membeli sabu  dari A. Permasalahan tersebut menjadi titik puncak dari semua  masalah yang ditimbulkan oleh A, sebab akhirnya si A dipenjara dan tidak melanjutkan sekolah.

Dalam kurun waktu dua tahun, perjalanan saya mendampingi A, saya mempelajari bahwa pola asuh orangtua menjadi salah satu faktor dominan dalam  pembentukan dini karakter anak. 

A sedari kecil adalah anak yang sangat dimanja, dalam bergaul kedua orangtua A membebaskan dan memberikan kepercayaan A untuk bergaul dengan siapa pun,  sayangnya kepercayaan tersebut tidak diimbangi dengan pengawasan dari kedua orangtuanya, sehingga ketika A bergaul dengan orang dewasa bagi mereka selaku orangtua, itu tidak mengapa, sebab orang dewasa tersebut diharapkan mampu menjadi teman yang baik bagi si A, selain itu mereka adalah orang yang juga  dikenal oleh orangtua A .

Hal yang tidak diketahui oleh kedua orangtua A adalah, ternyata orang dewasa tersebut yang memperkenalkan A dengan narkoba, jadi sejak usia anak-anak A sudah berkenalan dan bersentuhan dengan narkoba. 

Sesuatu hal yang sama sekali tidak diketahui oleh kedua orangtuanya, selain itu, minimnya komunikasi antara A dan kedua orangtua membuatnya terbiasa mencari jawaban di luar, bahkan untuk memilih sekolahpun, A tidak bisa mengkomunikasikan dengan baik apa yang dia inginkan, sehingga jurusan yang dia masuki adalah pilihan kedua orangtua, A sendiri sebenarnya tidak ingin  bersekolah di SMK  dan memilih sekolah di SMU dan hal tersebut baru diketahui oleh kedua orangtua A saat A sudah memasuki SMK dan bermasalah.

Kasus kedua terjadi sekitar tahun 2014- 2015, siswa lelaki bernama G, berusia sekitar 17 tahun, bertubuh kurus, tinggi dengan rambut ikal, secara fisik G biasa saja, dalam pergaulan G juga cenderung diam, dan di kelas G cenderung pemilih dalam berteman, dalam pembelajaran meski tidak menonjol namun dia adalah siswa yang rajin. 

Suatu ketika, G mengejutkan kami semua dengan kasus yang luar biasa heboh, G ditangkap polisi dengan tuduhan prostitusi anak dibawah umur. Kasusnya sangat menghebohkan, bahkan sampai menjadi sebuah berita heboh di Surabaya,dan kasus tersebut menjadi perhatian ibu walikota.

G memperoleh pendampingan khusus dari team ibu walikota serta pihak kepolisian. G tidak dipenjara, namun dia hanya dikenakan wajib lapor sebab G adalah korban, dan yang didakwa adalah mucikari yang menawarkan G pada tante-tante yang membookingnya.

G jauh lebih beruntung dibanding A, sebab G bisa menyelesaikan sekolah hingga tuntas, yang menjadi permasalahan adalah sebagai pendamping G, saya harus mengkondisikan mental G agar kuat dalam menghadapi cibiran dari lingkungan. Untungnya, support dari jurusan dan orangtua G mampu membantu G dalam melewati masa sulit tersebut.

Pertanyaannya adalah bagaimana G bisa terperosok masuk dalam lembah hitam seperti itu? Selama proses mendampingi G, saya memperoleh beberapa point penting, hal yang utama adalah faktor ekonomi dan kurangnya peran orangtua, orangtua G bekerja serabutan, G  berinisiatif membantu orangtua dengan bekerja, disisi lain, G mempunyai pergaulan yang luas namun salah, mengapa saya katakan salah, sebab G bergaul dengan teman seusianya yang berkecimpung di dunia hitam juga. 

Peran orangtua bagi G juga kurang, fokus kedua orangtua yang bekerja menjadikan minimnya komunikasi dengan G selain itu kontrol orangtua yang lemah menjadikan G leluasa untuk bergaul dengan mereka, diskotik,cafe adalah tempat G mencari mencari penghasilan. Hingga di satu titik, G menjadi gigolo remaja yang ditawarkan secara online, baginya pekerjaan tersebut lebih menghasilkan dan lebih mudah untuk dilakukan.

Dari dua kasus diatas, gambaran sederhananya adalah peran orangtua menjadi salah satu faktor penting dan utama dalam proses pendampingan remaja, meski mereka terkesan sudah "mampu" untuk berpikir dan menyelesaikan permasalahan mereka, namun remaja tetap membutuhkan komunikasi dan kontrol yang baik dari kedua orangtua. 

Komunikasi yang baik dan hangat dari orangtua terhadap mereka akan sangat membantu mereka dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan tumbuh kembang, kontrol dari orangtua juga menjadi point penting, meski sebagai orangtua wajib untuk memberi mereka kebebasan, namun bukan berarti kebebasan tersebut bukan tanpa kontrol dan pengawasan dari orangtua, selain itu penting untuk melatih  remaja agar bertanggung jawab, disiplin dan mandiri.

Sebuah tugas yang tidak mudah, namun pembiasaan tersebut bisa dilakukan sejak masa anak-anak, dan membutuhkan konsistensi serta kemauan dari orangtua untuk melaksanakan hal tersebut. Saat ini, selain ilmu pengetahuan, sebagai orangtua membekali anak dengan ilmu tentang adab terhadap orangtua, etika dan sopan santun juga menjadi hal penting, sebab faktor tersebut yang akan menjadi filter bagi remaja dalam melewati masa tumbuh kembangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun