Pagi hari yang menyenangkan di Kota Jogja, saya dan kawan-kawan memutuskan untuk sarapan pagi di sebuah depot Soto legendaris yang berdiri sejak tahun 1960, yaitu Soto Pak Marto. Terletak di jalan. Letjen S.Parman No.44 Notoprajan, Ngampilan, Jogjakarta.
Sebenarnya, soto ini serupa dengan soto Mbok Dele yang berupa soto daging dengan kaldu yang bening, diatasnya ditaburi topping tuage,yang membedakan adalah menu tambahannya, yang terdiri dari, babat, iso, jantung, lidah, ginjal yang semuanya dimasak diatas tungku, sehingga memunculkan bau khas dalam masakan tersebut, agar rasanya menjadi lebih lezat, menu pelengkap tersebut disajikan dengan cara dipotong dengan ukuran kecil, disajikan diatas piring kecil dan diberi kecap manis serta sambal, kemudian diberi taburan bawang goreng.
Rasanya manis, pedas, dan gurih dengan aroma khas, menjadikan menu tambahan tersebut semakin lezat, apalagi ketika dipadukan dengan kuah soto yang masih panas, menjadikan hidangan tersebut semakin istimewa. Yang tak kalah menarik adalah harga yang dibanderol pun tak mahal, cukup dengan 12 ribu rupiah untuk seporsi soto, dan 13 ribu rupiah untuk setiap menu tambahan tersebut, sebuah harga yang relatif murah untuk setiap kelezatan makanan yang ditawarkan.
Puas menikmati pesona Jogja, saya dan kawan-kawan pun memutuskan kembali ke kota Pahlawan, Surabaya. Ketika berangkat menuju Jogja, sepanjang perjalanan diiringi oleh derasnya hujan, begitupula  ketika akan kembali, sepanjang perjalanan, hujan turun dengan deras. Dinginnya udara, membuat saya dan kawan-kawan merasakan lapar, tanpa sengaja setelah melewati Prambanan, ekor mata saya menemukan sebuah tempat  estetik berupa rumah joglo yang menawarkan menu berupa bakmi,  dengan segera saya meminta pak Sopir untuk berhenti di tempat tersebut, dan ternyata pilihan saya tidak salah.
Bakmi Jowo Katelu yang terletak di Jl. Nasional 15 No.19, Tegalbarong, Sanggrahan, Kec. Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah 57454, sebuah rumah makan yang menawarkan menu pilihan berupa bakmi/bihun godhog dan goreng khas Jawa Tengah, nasi godhog, nasi goreng magelangan, capjae goreng/kuah, paklay goreng/kuah, dan minuman rempah yang berupa teh jahe, wedang jahe, wedang empon-empon, dan beberapa minuman lainnya.
Harga yang dibanderol pun relatif murah, 17 ribu rupiah untuk setiap menu makanan, dan 7000 ribu hingga 9000 ribu rupiah untuk setiap menu minuman rempah.
Malam itu, saya menutup perjalanan singkat ke Jogja dengan menu bakmi godhog dan wedang jahe, dua menu pilihan yang  membuat tubuh kembali hangat dan segar, meski  menu tersebut sederhana dengan harga yang relatif murah namun,bagi saya suasana tempat yang estetik dan kelezatan makanan yang dijual menjadikan makan malam tersebut istimewa.
Bagi saya, sebuah perjalanan tidak akan lengkap jika tidak dibarengi dengan kuliner makanan khas dan istimewa yang berasal dari daerah tersebut, dan yang paling penting dari sebuah perjalanan, bukan pada mahalnya ongkos atau budget yang kita keluarkan untuk travelling, melainkan adalah  bagaimana kita merencanakan dan menikmati setiap perjalanan yang dilakukan, meski tidak mahal, namun berkesan dan menyenangkan adalah sebuah perjalanan terbaik yang  dilakukan
