Pengajar tidak bisa menjelaskan materi secara terperinci,
Pengajar tidak bisa menjelaskan kesalahan dari tugas masing-masing siswa, karena media e learning hanya bisa menerima dan memberi tugas saja.
Untuk memberikan materi zoom, kendala yang paling utama adalah kuota data siswa yang terbatas, meski sudah diberi bantuan kuota, namun penggunaan kuota tersebut dibatasi, padahal ada banyak materi yang harus siswa browsing melalui internet.
Kendala yang paling sering muncul ketika pengajar akan memberikan materi zoom adalah, ketidaksesuaian waktu, seringkali pengajar memberikan materi zoom ataupun google meet, namun siswa hanya bersikap pasif dan tidak fokus pada materi, atau seringnya siswa tidak bisa mnegikuti dengan alasan terkendala kuota.
Pengajar kesulitan mengenal siswa secara personal, karena minimnya interaksi dan komunikasi.
Kesulitan itu menjadi semakin nyata, ketika kami yang mengajar di SMK, harus bisa menyampaikan materi praktek melalui zoom, dan google meet, dimana, siswa tidak bisa melaksanakan praktek secara langsung dengan alat yang sudah tersedia di sekolah. Padahal untuk SMK, praktek adalah mutlak, karena tujuan utamanya adalah mencetak calon tenaga kerja handal.
Karena kesulitan itulah kami memberikan banyak tolerasi, bahkan untuk pengayaan nilai, tolerasi yang diberikan pengajar sangat besar, sehingga selama 2 tahun, kami benar-benar menilai murni dengan hati, sebab factor pengampunan dan belas kasih lebih dikedepankan.
Permasalahan tersebut menjadi semakin kompleks dengan meningkatnya siswa yang kecanduan gadget, hal tersebut terjadi pada beberapa kasus di tengah siswa yang kami tangani, dimana mereka kecanduan game online.Â
Akibatnya tugas mereka tidak tuntas, bahkan banyak yang menggantung, meski orangtua mengaku sudah membatasi namun apa daya, kesibukan mereka sebagai pekerja membuat mereka kesulitan untuk bisa memantau putra dan putrinya.
Masalah lain yang muncul adalah adanya perubahan pola kenakalan remaja, jika dulu membolos sekolah sekolah adalah sebuah kasus yang sering terjadi, maka kini, peningkatannya semakin tinggi, namun dalam bentuk yang berbeda yaitu ketidakhadiran mereka dalam pembelajaran daring, dengan alasan kuota terbatas.Â
Belum lagi dengan adanya siswa yang terpaksa bekerja sebagai dampak dari kesulitan ekonomi keluarga akibat pandemi yang panjang. Seorang remaja yang seharusnya mengenyam pendidikan terpaksa bekerja, rupanya memberikan dampak yang kurang baik, sebab, mereka menjadi tidak fokus terhadap pendidikannya, dan beralih menjadi lebih fokus pada pekerjaannya.