Mohon tunggu...
meuti bulan
meuti bulan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis dan Freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Dieng, Pesona Negeri di Atas Awan

22 Oktober 2021   07:52 Diperbarui: 22 Oktober 2021   08:04 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun,dibalik keindahan dan kelebihan potensi alamnya, pastinya ada kekurangan dari lokasi wisata kawah sikidang, yaitu, jalur keluar area wisata yang panjang,dan berkelok, terdapat sekitar 15 kelokan yang disisi kanan kirinya berdiri berjejer kios penduduk, menjual aneka rupa souvenir, makanan ringan dan tanaman. Namun sayangnya tidak begitu efektif sebab banyak terdapat kios yang kosong, akhirnya oleh pengunjung yang kesal, kios tersebut diberi jejak, berupa tulisan yang berisi ungkapan kekesalan wisatawan, terhadap jalur pintu keluar yang melelahkan tersebut.

Selesai dari kawah Sikidang, satu lagi lokasi wisata yang tidak boleh dilupakan adalah kawasan candi dieng yang juga termasuk dalam kabupaten Banjarnegara. Kawasan ini menjadi destinasi wajib, sebab, tiket masuk yang di beli menjadi satu dengan tiket masuk di kawah sikidang. Sekedar informasi, harga tiket masuk kawah Sikidang dan percandian dieng (kawasan candi arjuna, setyaki dan gatotkaca) menjadi satu, total harga tiket untuk kedua tempat tersebut adalah 20 ribu rupiah.

Menurut catatan Hindia-Belanda menyebutkan ada 117 candi/bangunan purbakala di Datarang Tinggi Dieng, tetapi sekarang tinggal sembilan yang masih berdiri. Candi-candi di Dieng diberi nama sesuai dengan nama tokoh pewayangan Mahabharata dan berdasarkan perkiraan arkeolog, bangunan-bangunan kuno di Dieng dibangun di masa berkuasanya Kerajaan Kalingga, yaitu pada abad ke-7 dan ke-8, sehingga menjadikan candi ini sebagai bangunan tertua di jawa yang masih berdiri.

Pada kompleks candi ini, bisa ditemukan beberapa candi yang masih  berdiri,antara lain, candi Arjuna, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, dan Candi Puntadewa; namun, kelompok candi Arjuna adalah yang terbesar dan kondisinya paling baik. Sementara itu agak terpisah ke barat terdapat Candi Setyaki yang sudah dipugar sebagian. Kelompok Gatotkaca berada di tepi jalan penghubung utama ke arah Candi Bima. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Candi Gatotkaca, Candi Nakula, Candi Sadewa, dan Candi Gareng.  Dan baru-baru ini, diketemukan sebuah candi baru yang dinamakan candi Kunti, candi yang baru diketemukan sekitar tahun 2020 ini, memiliki dua perbedaan dengan kompleks candi Arjuna,yaitu pada puncak utama bangunan memiliki motif lotus dan menghadap ke arah candi-candi yang berada di lembah kompleks candi Arjuna.

Kompleks percandian ini, memiliki daya pikat tersendiri, sebab, ketika mengunjunginya, ada rasa nyaman dan tenang yang menyelimutinya. Mungkin, karena itulah kompleks candi ini pernah menjadi salah satu tempat bersejarah saksi bisu pertemuan dua pemimpin negara yaitu, presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto dengan Perdana Menteri Australia Mr. Gough Whitlam. Dan bangunan berserajah tempat bertemuanya kedua pemimpin negara tersebut, dinamakan Pendopo Soeharto-Whitlam, bangunan ini, bisa ditemui di kawasan candi Arjuna, yang berada tepat di area pintu keluar kawasan candi arjuna.

Karena karakteristik alam yang menarik dan juga banyaknya peninggalan arkeologi dalam bidang kepurbakalaan, menjadikan kawasan dataran tinggi Dieng memiliki julukan istimewa yaitu, negeri di atas awan dan juga negeri tempat bersemayamnya para dewa. Dan dua keistimewaan terebut menjadikan kawasan dataran tinggi dieng sebagai  sebuah tempat yang sangat recomended untuk dikunjungi dan berwisata melepaskan penatnya rutinitas sehari-hari.

Sumber :

Wikipedia

Edu Geography; PARTISIPASI PETANI KENTANG DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI DATARAN TINGGI DIENG (Studi Kasus di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun