Mohon tunggu...
Meutia Santika
Meutia Santika Mohon Tunggu... -

Workaholicgirl.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhirnya...UMK Kota Bandung Disepakati

27 November 2013   19:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para buruh terus menuntut kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) tahun 2014 sebesar Rp 2,7 juta. Padahal Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengusulkan kenaikan UMK Bandung sebesar Rp 1.923.157. Kenaikan tersebut sudah di atas KHL sebesar Rp 1,7 juta. Tidak terima dengan keputusan tersebut, mereka meminta kembali bertemu Wali Kota untuk membahas masalah ini. Hingga Rabu (21/11) malam, ratusan buruh gabungan serikat pekerja se-Kota Bandung tetap bertahan di Balai Kota Bandung. Setelah melalui proses yang cukup alot, akhirnya disepakati UMK kota Bandung sebesar Rp 2.000.000. Lantas apa yang menjadi pertimbangan pihak terkait?

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Kota Bandung sekaligus Ketua Dewan Pengupahan Kota Bandung, Kamalia Purbani menjelaskan banyak aspirasi yang disampaikan para pekerja diantaranya UMK yang diusulkan sebelumnya tidak mencukupi, UMK daerah lain pun menjadi pertimbangan. Namun, penentuan ini tidak diwakili pihak Pengusaha.

"Ada aspirasi aspirasi yang disampaikan para pekerja, seperti Bandung ini ibu kota provinsi Jabar, kota metropolitan masa tidak lebih besar dari Purwakarta. UMK daerah lain juga menjadi pertimbangan. Walaupun Kota Bandung ini juga paling besar." tuturnya

Kamalia mengakui penentuan ini bukan keputusan yang mudah bagi Wali Kota Bandung. Ketua DPRD Kota Bandung, Erwan Setiawan menambahkan sebelumnya Wali Kota sepakat untuk menaikkan UMK, begitu pula dengan Provinsi Jawa Barat.

Ketika ditanya mengenai resiko yang diterima ketika terjadi revisi penentuan UMK, Erwan menjelaskan tidak menutup kemungkinan hal itu dilakukan, karena pertimbangan keadilan untuk kalangan buruh.

"Asas keadilan itu harus betul dirasakan oleh warga kota Bandung. Buruh ini kan kebanyakan sudah berkeluarga, jadi tidak bisa disamakan dengan yang belum berkeluarga. Jika nantinya ada tuntutan lain, Wali Kota dan saya siap mem-backup itu." jelas Erwan saat berbincang di PRFM

Semakin Banyak Kekuatan, Semakin Termotivasi

Kesejahteraan terus diperjuangkan para buruh di Indonesia. Aksi tersebut dilakukan dalam bentuk mogok kerja, berunjuk rasa, dan berorasi menyampaikan aspirasi. Tujuan mereka salah satunya adalah menolak upah buruh yang dianggap terlalu rendah. Tidak sedikit publik yang dirugikan dari aksi tersebut, terutama kemacetan lalu lintas. Mengapa harus demikian?

Ahli Psikologi Pendidikan dari UPI, Prof Dr Ahman menjelaskan apa yang dilakukan para buruh merupakan upaya perjuangan sampai titik darah penghabisan. Dengan massa yang banyak, kekuatan mereka akan semakin besar hingga meningkatkan motivasinya demi harapan yang tercapai. Ahman menilai sesungguhnya ini bukan yang mereka harapkan.

"Mereka akan menggunakan psikologi massa, kekuatan mereka akan semakin besar dan meningkat motivasinya. Ketika mereka bersatu, katakanlah lidi, semakin banyak kekuatannya semakin tinggi." paparnya

Namun, Ahman juga menyayangkan dengan adanya gerakan seperti ini. "Dampak psikologinya akhirnya tidak respect. Tapi, itu tergantung bagaimana koordinator lapangan bisa mengarahkan massa yang begitu mengganggu masyarakat," tambahnya

Selain mengganggu kelancaran publik, diakui Ahman, hal ini akan menyebabkan suasana pariwisata kita mengalami penurunan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun