Mohon tunggu...
Meuthia Hamidah
Meuthia Hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo saya Meuthia Hamidah mahasiswa Universitas Nasional program studi Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Citayam Fashion Week sebagai Wadah Kebebasan Berekspresi?

2 Agustus 2022   21:25 Diperbarui: 2 Agustus 2022   21:53 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Meuthia Hamidah

Photo By Meuthia Hamidah
Photo By Meuthia Hamidah
Akhir - akhir ini Ibukota digemparkan dengan fenomena Citayam Fashion Week, bahkan mungkin tidak hanya di Ibukota tetapi fenomena ini sudah dikenal oleh seluruh warga Indonesia. 

Fenomena ini sudah mulai ramai menjadi perbincangan di akhir tahun 2021 hingga saat ini. Apa sih fenomena Citayam Fashion Week itu? Pernahkah kamu melihat acara fashion week yang kerap kali rutin dilakukan oleh orang eropa atau yang terkenal dengan Paris Fashion Week? 

Di mana kita disuguhkan dengan peragaan busana yang dikenakan oleh model cantik dan tampan dengan busana yang luar biasa unik dan mahal itu. Nah, Citayam Fashion Week adalah versi KW nya.

Citayam Fashion Week diadakan di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, disebut Citayam Fashion Week dikarenakan kawasan itu ramai dengan anak - anak remaja dari daerah Citayam, Bojonggede, dan sekitarnya, sehingga disebut dengan Citayam Fashion Week. 

Mereka melakukan peragaan dengan melewati zebra cross jalan raya di kawasan Dukuh Atas tersebut layaknya model papan atas dengan busana mewah. Lalu bagaimana awal mula Citayam Fashion Week menjadi fenomenal seperti ini?

Awal mula adanya Citayam Fashion Week adalah viralnya video wawancara anak - anak remaja yang sedang nongkrong di kawasan Dukuh Atas, Sudirman. 

Jawaban polos yang mereka lontarkan berhasil menarik perhatian warganet, dengan kepercayaan diri yang luar biasa mengenakan pakaian busana yang nyentrik menambahkan poin dalam video tersebut. 

Sehingga menimbulkan rasa penasaran masyarakat dan mengundang mereka untuk datang ke kawasan Dukuh Atas demi melihat langsung fenomena Citayam Fashion Week.

Fenomena Citayam Fashion Week ini bisa dikatakan merupakan fenomena yang cukup lama menjadi perbincangan masyarakat, bukan hanya angin lalu yang viral sebulan atau dua bulan saja. 

Sampai - sampai bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa, bahkan artis - artis, influencer, sampai pada pejabat seperti Gubernur DKI Jakarta, Bapak Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil, datang ke tempat fenomenal itu untuk melihat sendiri bagaimana Citayam Fashion Week berlangsung.

Fenomena ini menimbulkan banyak pro dan kontra di warganet dan masyarakat, seperti yang saya sebutkan, banyaknya masyarakat dari berbagai kalangan datang ke kawasan tersebut hanya untuk menyaksikan secara langsung fenomena citayam fashion week. Jadi bayangkan seberapa ramainya kawasan Dukuh Atas. 

Tidak hanya ramai dengan orang - orang berpenampilan fashion yang luar biasa tetapi juga ramai dengan pedagang yang mencari keuntungan dari fenomena ini dengan berjualan di pinggir jalan atau berjualan di terowongan Dukuh Atas. 

Apabila fenomena ini hanya terjadi sebulan atau dua bulan saja mungkin tidak menjadi masalah, tetapi karena lamanya fenomena ini terjadi, membuat jalan raya Dukuh Atas tersebut dipadati dengan manusia yang melakukan peragaan.

Otomatis hal ini sangat mengganggu kenyaman para pekerja kantoran yang memang biasanya melewati jalan tersebut untuk menuju ke tempat kerjanya. 

Bahkan tidak hanya merugikan para pekerja kantoran, tapi akan membahayakan orang - orang yang melakukan peragaan dengan melewati zebra cross, fatalnya akan terjadi kecelakaan. 

Tidak hanya itu kebersihan Sudirman yang menjadi ancaman. Sudirman merupakan kawasan yang terkenal rapi dan bersih, ketika fenomena ini menjadi sorotan banyak anak - anak remaja disana yang tidak mematuhi aturan yang ada, membuang sampah plastik bekas minuman sembarangan. 

Sehingga banyak masyarakat yang meminta pemerintah untuk menindaklanjuti Citayam Fashion Week ini supaya tidak mengganggu ketenteraman dan kebersihan.

Ada pula pihak yang pro terhadap fenomena ini dengan mengatakan bahwa biarkan saja anak - anak itu mengekspresikan dirinya, dengan menjadi dirinya sendiri dan bahagia dengan kegiatan yang mereka lakukan, atau mereka mempunyai kebebasan untuk berekspresi. 

Saya juga tadinya setuju dengan statement ini dan hanya meminta pemerintah lebih tegas terhadap anak - anak remaja itu untuk membuang sampah pada tempatnya, tetapi nampaknya kebebasan ekspresi ini menjadi hal yang rancu juga dan mereka menjadi tidak terkontrol dan tidak tahu batasannya. 

Bisa kita ketahui bahwa memang kawasan Dukuh Atas merupakan ruang publik yang siapa saja bisa menikmati fasilitas yang sudah disediakan pemerintah disana. 

Tetapi apapun yang berlebihan itu juga tidak baik. Rata - rata dari mereka yang berasal dari Citayam, Bojonggede, dan sekitarnya yang datang ke Citayam Fashion Week adalah anak - anak sekolah, yang seharusnya mereka tidak menghabiskan waktu sebanyak itu hanya dengan nongkrong di kawasan Sudirman, kewajiban mereka adalah sekolah. 

Bahkan ada dari mereka yang tidur di pinggir jalan dekat stasiun Sudirman karena ketinggalan kereta. Atau bisa kita lihat apabila kita terjun langsung ke lapangan, rata - rata dari mereka berada disana untuk bermesraan dengan kekasihnya yang sudah jelas usia mereka masih dibawah umur. Dan semua itu berlindung dibalik kata 'Kebebasan Berekspresi'.

Sepertinya yang harus dilakukan bukan hanya larangan membuang sampah sembarangan, tetapi sosialisasi mengenai penanaman moral, bagaimana mereka harus bertindak sesuai dengan usianya dan fokuskan mereka pada pendidikan mereka bukan pembuatan konten di media sosial demi 'viral'. 

Kebebasan berekspresi juga harus diseimbangi dengan pengetahuan mengenai moral, harus mengetahui aturan yang berlaku, sehingga dengan kata 'kebebasan berekspresi' tidak menyimpang kemana - mana. 

Kita semua tidak bisa melarang mereka para kaum remaja Citayam Fashion Week mengenai kebebasan berekspresi tersebut, karena memang kita semua mempunyai hak itu. 

Dan di usia mereka memang rasa ingin mencari jati diri, penasaran dengan hal baru sangat tinggi, tetapi kita bisa mengarahkan mereka untuk memanfaatkan kebebasan berekspresi tersebut menjadi kearah yang lebih positif dan tidak menyimpang. 

Dan perlu diingat, dalam memberikan kritikan dan saran pada mereka tidak menyinggung sara atau hal - hal yang menjatuhkan seperti memberikan kata - kata yang tidak pantas untuk diucapkan. 

Kita mempunyai bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, jadi gunakanlah penyusunan kata bahasa Indonesia yang sopan dan tidak menyinggung siapapun dalam memberikan kritik dan saran kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun