Saya akan memberikan contoh dimana konflik ini baru saja terjadi dalam kehidupan saya. Saya berpacaran, dengan seorang pria yang beda pulau dengan saya. Kami berdua berpacaran sejak SMA namun terpisah saat kami masuk ke bangku kuliah dimana saya ke Cikarang dan ia tetap di Palembang. Konflik terjadi dimana ia tak tahan akan jauhnya jarak diantara kami dan ya, ia berpindah hati. Orientasi yang saya pilih pada konflik ini adalah win-lose dimana, saya mengalah dan akan sangat sulit mengingat kondisi kami saat ini untuk mengambil orientasi win-win. Seperti yang saya katakan dari awal, baik orientasi dan respon tidak ada yang terbaik dan terburuk, semua tergantung dengan konflik yang terjadi dan kondisi yang sedang berlangsung. Pada konflik ini, awalnya saya mencoba loyality response, saya tetap mempertahankan komitmen yang telah kami buat dan tetap mencoba mempertahankan hubungan kami yang sudah cukup lama. Sedangkan ia, selalu memilih exit response dan neglect response dimana ia mencoba lari dari konflik tersebut dan tidak ingin mengungkit-ungkit konflik yang sedang terjadi saat itu. Sampai pada titik saya lelah dan memilih voice response. Saya ungkapkan semua dan saya ucapkan hal yang selama ini saya tahan sepanjang berhubungan dengannya. Dan keputusan pun didapatkan. Walau, hanya satu pihak yang terpuaskan namun setidaknya konflik tersebut telah selesai tanpa adanya penundaan lagi.
Bila disuruh memilih, untuk orientasi dan respon saya memang lebih menyukai win-win orientation dan voice response dimana semua bisa clear, bisa selesai pada saat itu juga tanpa berlarut -- larut dalam konflik yang sama yang tak kunjung selesai. Berlama -- lama terjerumus dalam konflik juga tidaklah baik. Mungkin konflik dapat membangun suatu hubungan dimana akhirnya mereka memahami satu sama lain dengan terjadinya konflik tersebut. Namun, tetap saja penyelesaian konflik dengan tidak baik dan salahnya mengambil orientasi serta respon untuk konflik tersebut dapat menjadi boomerang untuk pihak -- pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.
Lalu, bagaimanakah cara untuk menangani konflik -- konflik yang terjadi? Bersikap bijaklah dalam memilih orientasi konflik, lihat kondisi pada saat itu dan jangan terlalu gegabah. Pilihlah respon yang bersifat membangun karna respon yang membangun dapat membuat hubungan lebih terjaga dibandingkan respon yang tidak membangun. Hadir dan masuklah pada konflik itu exit response tidak akan membantu dan hanya membuat konflik tersebut berlarut -- larut. Lari dari konflik juga bukan merupakan sesuatu yang baik. Berkomunikasilah, komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam sebuah hubungan. Dalam konflik yang saya alami diatas, memang komunikasi kami renggang dikarenakan jarak kami yang cukup jauh, bila memang akan ada konflik yang terjadi lagi diantara kami, saya berharap saya dapat meningkatkan komunikasi diantara kami yang amat sangat membantu dalam hubungan kami. Pikirkan tanggung jawab, dan komitmen anda dengan "lawan" konflik anda. Ingat, jangan gegabah dan langsung berkata kasar bila konflik telah terjadi. Periksa apakah ada persepsi -- persepsi yang salah, yang harus diluruskan terlebih dahulu. Coba lah untuk melakukan orientasi win-win terlebih dahulu dimana semua pihak dapat terpuaskan dan mencapai tujuannya masing -- masing. Apabila win-win tidak dapat dilakukan, pilih orientasi lain yang sesuai dan telah dipikirkan matang -- matang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H