Mohon tunggu...
prim.
prim. Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Telaga Madirda

18 Desember 2015   09:35 Diperbarui: 17 Oktober 2018   11:56 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin buat sebagian orang nama kota Karanganyar masih kurang dikenal. Kalo boleh dikira-kira, kota Karangnayar bisa ditempuh satu jam dari kota Solo.

Kebanyakan orang yang ingin berwisata di Karanganyar tujuannya adalah Astana Giribangun, Air Terjun Tawangmangu (Grojogan Sewu), atau candi-candi seperti Candi Sukuh. Nah yang lagi nge-hitz dikalangan mahasiswa sekarang kalo ke Karanganyar maunya foto-foto di Kebun Teh Kemuning. Ada satu nih yang menarik perhatian saya untuk jalan-jalan tapi ga suka keramaian, nama tempatnya Telaga Madirda.

Ya, karena pada dasarnya saya tidak suka keramaian, tempat wisata yang saya tuju juga gamau yang lagi rame, kebetulan sepupu saya pernah bilang ada telaga yang masih sepi dan belum banyak didatangi wisatawan, cocok deh buat tenangin pikiran yang lagi jenuh. Nama tempatnya adalah Telaga Madirda. Untuk menuju telaga ini, harus mau bertanya sama orang-orang karena belum ada penunjuk arah ke telaga Madirda. Kalau saya tidak lupa, telaga ini ada di Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar. Patokan untuk ke Telaga Madirda adalah Air Terjun Jumog. Jalan menuju telaga ini cukup halus dengan kontur naik turun. Dalam perjalanan menuju telaga Madirda, saya disuguhi pemandangan hijau yang sejuk, nampak perbukitan dan teras sawah yang seperti di Ubud Bali, bedanya disini belum banyak bangunan.

Oya fasilitas yang tersedia cenderung masih minim, ga ada papan penunjuk arah juga, jadi kalau mau kesini bawa bekal yang banyak ya. Ada toilet umum sederhana yang dikelola oleh warga. Waktu saya kesini sih belum ada tiket masuk. Sampai di telaga Madirda, mata saya dimanjakan dengan jernihnya air, lumut yang terlihat dari permukaan air, juga ikan-ikan kecil yang hidup didalamnya. Airnyapun dingin karena berasal dari sumber mata air. Fresh!

Katanya sih, telaga Madirda ini sampe sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk. Kenapa? Konon, jaman dulu ada serorang resi bernama Resi Gutama. Resi itu hidup bahagia dengan istrinya yang bernama Dewi Windradi dan ketiga anaknya yaitu Dewi Anjani, Raden Subali, dan Raden Sugriwa. Namun, Dewi Windradi lebih menyayangi Dewi Anjani daripada kedua anaknya yang lain, dan secara diam-diam memberikan hadiah istimewa kepada putrinya itu. Hadian itu adalah cupumanik astagina, cupu yang konon milik dewa itu bisa menyajikan keindahan dari seluruh dunia. keadaan itu membuat anjani dan kedua saudaranya yang lain sering bertengkar untuk memperebutkan cupu itu dan membuat Resi Gutama marah besar.

"Windardi, istriku, kenapa cupu milik dewa ini ada padamu?" Windardi terdiam membisu karena sudah dipesan Dewa Surya untuk menjaga rahasia cupu itu. Karena Windardi hanya membisu, Gutama merasa diremehkan dan murka.

"Baiklah, engkau hanya membisu, kelakuanmu itu tidak ubahnya tugu batu!" Keajaiban terjadi, setelah Resi Gutama selesai berbicara, Dewi Windardi berubah menjadi tugu batu. Sementara Cupumanik Astagina yang menjadi sumber masalah segera dilemparkannya jauh-jauh dan jatuh di Telaga Madirda. Dengan memacu kuda mereka masing-masing, ketiga anak Gutama mengejar kemana jatuhnya cupu itu. Raden Subali dan Raden Sugriwa yang mengetahui kemana atuhnya cupu itu langsung terjun ke telaga. Namun, begitu keluar dari telaga, keduanya sudah berubah menjadi kera. Dengan perasaan yang hancur, mereka melompat dari pohon ke pohon untuk meminta pertolongan Resi Gutama, ayahnya. Sementara itu Dewi Anjani membasuh mukanya dengan air telaga, dan kemudian berubah pula menjadi kera.

Berwisata, sambil mengenal tradisi dan budaya daerah, fresh! Jangan lupa, buang sampah pada tempatnya dan jangan rusak alam kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun