Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kambing Hitam, Membelokkan Permasalahan, Alibi, Basi!

27 September 2019   09:55 Diperbarui: 27 September 2019   10:45 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Demo masih dan akan terus berlangsung. Pernyataan demi pernyataan hilir mudik di ruang media publik. Pembenaran, dalih, alibi, penjelasan dengan  dukungan literatur dan dukungan nama-nama besar seakan-akan menjadi pembenaran dari sebuah alur jalan cerita yang dibuat. Babak demi babak pertunjukan politik di media publik menjadi tontonan masyarakat. 

Panggung politik kembali digelar, tetapi kali ini, panggung politik menjadi sangat basi. Pelaku yang muncul itu lagi, itu lagi. Gaya panggung yang ditampilkan masih sama, kalimat-kalimat yang diucapkan juga sama isinya. 

Sebuah pertanda pola pikirnya tidak mengalami perbuahan dari waktu ke waktu. Sekali dua kali penampilan yang berbeda akan menarik, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka penampilan ini menjadi sangat basi. 

Panggung politik kali menunjukkan ketidakdewasaan  dan daya pikir yang sempit. Alur cerita yang terlalu mudah dibaca, dengan konflik yang terlalu klise. Dialog terlalu kekanak-kanakkan. Ciri khas anak-anak, selalu menuntut, tidak bisa melihat ke diri sendiri, selalu menyalahkan orang lain, tidak terima masukan, merasa benar sendiri. 

Ketidakseimbangan cara berpikir membuat orang membuat sudut pandang versi dirinya sendiri, mengukur baju orang lain dengan diri sendiri. Tidak terima ditunjuk, berkilah dan berdalih dengan menunjuk pihak ketiga yang salah, supaya orang lain mengalihkan pandangan kepada pihak lain selama dirinya sibuk mencari alibi yang lain. Oh, benar-benar basi. 

Bangsa Indonesia sudah mengeluarkan anggaran yang banyak untuk pendidikan, wajarlah kalau anak-anak STM bisa paham bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Anak saya saja bisa berkomentar, "Kenapa yang di tv itu kok bodo bin g**bl** begitu ya, bikin alasan kok cethek, ceemen. 

Ga asyik. Lebih keren nonton anak STM". Wwkwkwkwk, demokrasi memang parah, sudah merambah ke ranah rumah tangga, sampai-sampai tidak ada lagi jarak antara emak dan anak. 

Demikian juga di luar sana, anak-anak sudah melek politik atas nama panggung demi panggung yang selama ini menjadi rebutan politisi untuk dipertontonkan atas nama dukungan dan pembenaran. 

Kita bukan orang bodoh, yang bisa setiap saat digiring ke dalam cerita yang begitu-begitu saja. Tontonan politik dan alur-alurnya itu sudah terlalu gamblang, tidak ada lagi yang layak untuk ditutupi karena semuanya sudah melek. Saking kita ini sudah males dengan kualitas manusia dan pelakunya yang memang sangat dibawah standar moral dan mind setnya. 

Mbok kalau bikin tontonan itu yang lebih keren, beda dan tidak norak begitu. Kampungan dan basi. Melihat saja sudah tidak tertarik. Menyusun kalimat demi kalimat dengan lebih baik, dan jangan terlalu sempit dengan mengkambinghitamkan pihak ketiga dengan cepatnya, menuduh dan keluar terlalu jauh dari bahasan utama. 

Dibilang tidak pinter sama anak SMA, gantian marah, anak SMA tahu apa. Wwkwkwk, anak SMA itu kadang lebih banyak menonton dan membaca daripada kita-kita yang sudah tua. Nalarnya juga lebih jalan, sumbu pendek tapi keren.  Short cut, dengan hasil yang lebih cemerlang.

Kalau anak SMA tidak tahu apa-apa, namanya kita telah gagal mendidik generasi muda. Kalau mahasiswa dituduh ditunggangi, lha ya mau bilang kita gagal mendidik mereka menjadi manusia yang berjati diri, mandiri dan berani. 

Wow, kita harus bangga dengan anak STM dan mahasiswa ini, mereka punya daya pikir, punya keberanian dan punya semangat. Kepada mereka kita gantungkan harapan. Lha kalau generasi kita diam-diam dan menjadi melempem, dipastikan negara kita akan menjadi negara buruh terus. 

Sudah saatnya pemimpin juga harus belajar merubah mind set dan selalu menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Memahami bahwa setiap gerak dan langkah adalah sebuah indikator adanya perkembangan pemikiran. 

Anak-anak sudah kemana-mana, masyarakat sudah terbang ke langit ke tujuh, pemimpinnya masih sibuk memakai manual. Hahahaha, begitu kok komentar. 

Dibilang memalukan nanti tidak iklas, dibilang tidak pas, nanti kita yang dibodoh-bodohin. Siapa yang bodo siapa yang menuduh bodo. Siapa yang punya kepentingan, siapa yang dituduh menunggangi. WKwkwkwk, mamang di jagad publik ini terlalu banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran dan kejadian-kejadian itu adalah lelucon tiada akhir. 


Satu bagian dengan bagian lainnya tidak sinkron, putus-putus dan tampak wagu di mata, di kuping dan di otak.  Apalagi kalau ditempelkan di rasa, ga matching sama sekali. 

Generasi matching pasti merasakan bahwa semua itu sangat ga asyik. Tolonglah sedikit berkaca, bahwa pelaku-pelaku panggung politik itu sudah sangat basi di mata anak-anak muda nan keren sedunia itu. 

Keenegan mereka sudah diwakili dengan hebohnya demo yang ada.  Kejomplangan antar generasi, tapi yang di depan kok ya tidak mau banyak belajar dari yang muda. Masih sibuk menggurui, kebo nyusu gudhel. Ra nduwe wudhel juga, tapi yang paling parah adalah tidak punya malu. 

Salam pagi, edisi curhat lucu banget. Makasih ya anak STM, kalian benar-benar membuat hatiku menjadi hidup kembali. Banyak doa untuk kalian dan kakak-kakak kalian. Semangat yessss.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun