Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah Jokowi dan Politisi Mulai Merasa Terancam Bahaya?

26 September 2019   07:19 Diperbarui: 26 September 2019   07:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dimaksud dengan dosa? Kira-kira jawabannya begini, jika kamu melakukan sesuatu dan orang melihatnya kamu akan merasa tidak nyaman.  Dosa itu bisa dilakukan di ruang  publik maupun di ruang tertutup saat tidak ada mata yang melihatnya. 

Lalu apakah yang terjadi saat ini? 

Sistem politik yang tidak memungkinkan orang untuk bergerak secara sportif, kekanak-kanakkan dan terlalu absurd. Kekuasaan dalam sebuah kartel politik telah terjadi di negeri ini. Sistem negeri ini, dari atas sampai bawah, dari luar sampai dalam, bahkan dalam sistem kehidupan bernegara semuanya telah menjadi lingkaran setan yang benar-benar ruwet. Semua bagian saling menyandera,  politisi menyandera pengusaha dan para pejabat negeri atas nama kebijakan. Pengusaha menyandera politisi atas nama uang sebagai biaya kampanye, atas nama logistik. 

Demikian juga kekuasaan internal partai politik ketika rekomendasi menjadi mata dewa, menjadi Tuhan bagi para kader parpol, maka menjilat adalah satu-satunya jalan keluar untuk tetap memuluskan perjalanan politiknya. Perjalanan politik yang artinya adalah kelangsungan karir dan kehidupannya, menyangkut urusan dapur seluruh anggota keluarga dan seluruh kerabatnya. 

Tuhan telah berubah wajah bagi para politisi dan para pejabat. Atas nama monoloyalitas tanpa integritas, atas nama tegak lurus dengan perintah pimpinan telah membunuh akal sehat dan membutakan segala pengetahuan yang pernah dienyam di bangku-bangku pendidikan. Semua pengetahuan dicari dan dirumuskan hanya untuk mengakali hal-hal yang sebenarnya sudah lurus dan benar. Kalimat demi kalimat disusun dengan sangat rapi untuk menjadi sebuah pembenaran dalam langkah-langkah gelapnya. 

Korupsi telah menjadi penyakit akut negeri ini. Banyaknya instansi-intansi yang harusnya menjadi kontrol seperti bisu dan beku tak bernyawa. Kehilangan daya dobraknya, kehilangan kekuatannya dan hanya mampu menambah beban bagi keuangan negara. Menjadi pelengkap dalam struktur organisasi bernegara dengan mulai tumpul pada ujungnya. Tajam ke bawah, tumpul ke atas.  Pengawas-pengawas bertaburan, tetapi hasilmya nihil atas nama kompromi politik. 

Ironi saat pengawas yang digantikannya, yang dibemperinya, sekarang malah menjadi pucuk pimpinan paling depan dari sebuah lembaga yang diharapkan akan menjadi mata pedang penumpas korupsi. Tetapi sekarang semua seakan-akan ingin ditumbangkan, karena satu demi satu kebobrokan-kebobrokan mulai terbuka bahkan sampai pada level sangat elit. 

Kekhawatiran demi kekhawatiran mendera setiap politisi yang mengandalkan hidupnya dari segala macam lingkaran setan sistem negeri yang memang dipertahankan dengan tetap rumit dan amburadul atas nama benteng kekuasaan. Dan akhirnya tanpa malu-malu lagi, saat publik sudah mulai berharap pada sebuah titik terang akan perjalanan bangsa ini, blup. Tumpaslah kamu, nak. Modarlah bersama dengan akan modarnya harapan negeri ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun