Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Spiritual Negeri, Pengacau Bathin Negeri dengan Kekuatan Pusaran

25 Agustus 2018   23:00 Diperbarui: 25 Agustus 2018   23:27 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang sedang bermain-main dengan putaran negeri ini, ada seseorang  yang sedang  memutarnya. Di mana bagian demi bagian seperti kacau balau, seperti  saling bertubrukan dengan yang lainnya. Jarak pandang di dunia bathin  demikian dekatnya, semua tertutup dalam sebuah pusaran, campur aduk penuh  dengan kekacauan. Jagad Bathin tertutup oleh selaput kabut yang memnuhi dan menutupi seluruh pandangan.

Kepalaku berdenyut-denyut, pusing yang teramat sangat. Beberapa  bagian seperti ditusuk-tusuk dengan paku,  kepala bagian atas terasa sangat seperti tertindih oleh barang yang sangat besar, dan aku merasa  kecil, lemah,  tak berdaya.  Aku seperti ikut terbawa dalam pusaran  yang terus berputar dengan dibebani bandulan ditubuhku menggantung, berat, sesekali aku merasakan sesuatu menusuk-nusuk seperti paku tertancap di beberapa bagian tubuhku.  Sakratul  maut, rasanya begitu dekat,  di mana jiwaku tak mampu memberikan perlawanan.  Energiku  terserap sedikit demi sedikit dan ikut dalam dalam seluruh putaran yang bergerak membuat kepalaku semakin terasa diputar-putar.

BeginilahJagad ombo, dunia dan seluruh kehidupan yang melingkupi diri kita. Dunia dalam genggaman, saat diri kita bisa melihat seluruh alam semesta negeri dalam jangkauan mata hati. Dan ketika negeri ini dalam bahaya untuk mengalahkan dan mengendalikan negeri ini  Jiwa dan  hatiku seakan mati, lemas di sekujur tubuhku berusaha menahan rasa sakit  yang menyerang pikiran dan bathinku, menyerang tubuh dan seluruh rasaku. Seandainya boleh dan bisa, betapa aku ingin menyerah lalu berharap semua penderitaan ini pergi dari  diriku, melepaskan semua beban dan tanggung jawab negeri, jika itu  boleh dan bisa, jika aku mampu dan tega melakukannya.

Negeri ini, entah kutukan apa lagi yang sedang melandanya. Aku masih ada dalam sebuah pertarungan bathin, di mana kejadian pusaran dan putaran di jagad bathin adalah sebuah simbol bahwa saat ini sedang terjadi  di jagad negeri ini. Mereka yang sedang dilanda nafsu kekuasaan dan tidak  jernih hatinya, sedang memperebutkan tulang belulang untuk mencapai kemenangan  untuk kesenangan dan tahtanya. 

Tanpa disadari ada pihak yang sedang mengacaukan pikirannya,  agar penguasa negeri ini adalah mereka yang benar-benar bukan pemimpin yang  sejati, hanya dia yang bagaikan boneka yang bisa diperbodoh dan bisa  diperalat dalam mengambil keputusan, sehingga ujung dari semua ini adalah kesemrawutan di negeri ini. Dan bisa ditebak ujung dari semua kejadian  ini, sesungguhnya siapakah pemenang dari seluruh pertarungan ini? Pemenanganya adalah mereka yang bisa jernih melihat situasi dengan mata dan hati, yang  bisa mengendalikan dan bisa mengontrol para penguasa. 

Mereka yang mengendalikan kekisruhan bagaikan dengan remote di tangan, kisruh atau berhenti. Merekalah yang pada akhir dari seluruh permainan ini yang akan mengambil manfaat  dari seluruh konflik dan kekacauan. Penguasa sejati, tanpa mandat, tetapi mempunyai kendali penuh.   Menghisap seluruh kekayaan negeri ini, mengangkutnya dan membawanya kemanapun dia suka,   tanpa ada yang mampu bersuara, atas nama kebodohan para pemimpin negeri yang hanya berambisi berkuasa, sibuk memperoleh, memenangkannya dan lalu  mempertahankannya, lupa pada hakekat kekuasaan yang sesungguhnya.

Negeri ini tak berdaya atau memang benar-benar bodoh. Seakan-akan semua  mata dan energi hanya  ditujukan  kepada perebutan kekuasaan,  dan bukan bagaimana membuat negeri ini berjalan dengn baik, bukan kepada  sebuah perjalanan, tetapi pada sebuah kepentingan pribadi. Bukan membuat rekam  jejak nilai sejarah yang abadi, tetapi kepada kekuasaan tanpa nilai yang  akhirnya menimbulkan kesewenang-wenangan di sana sini. Dari athin aku bisa melihat, bahwa memang hanya cahaya terang itu disorotkan pada kekuasaan,  menyilaukan. Membuat seluruh  mata negeri ini secara lahiriah hanya  tertuju pada persaingan pencapaian kekuasaan.

Tiba-tiba aku mempunyai ide, membuat keseimbangan dengan membuat cahaya yang lebih terang di bagian lain negeri ini. Sesuatu yang tidak eprnah diperhatikan oleh orang lain, luput dari pandangan publik, bahwa  di tempat yang berbeda terjadi penghisapan  besar-besaran untuk memindahkan seluruh sumber daya yang ada ke bagian  yang lain. Selama ini pundi-pundi negeri ini telah berpindah dan diangkut di tempat  lain, dan semuanya terjadi tanpa kita sadari. 

Seluruh kekayaan negeri  ini benar-benar telah berpindah tempat, dan menjadi milik orang lain,  berpindah ke tempat lain dalam bentuk yang berbeda. Dan dari simbol yang  ada negeri ini benar-benar hanya menjadi sumber air dan emas buat orang  lain, tanpa kita sendiri pernah menikmatinya. Kita yang bekerja bagaikan budak  negeri dan orang lain di tempat yang jauh sedang berpesta pora  menikmati kemenangan dan kenikmatan hasil kerja budak-budak negeri ini.  Bangsa ini dikondisikan menjadi bangsa kuli, menjadi bangsa yang sibuk  dan bangga dengan kebodohan-kebodohannya.

Budak yang tinggal di negeri surga dan hanya menikmati neraka. Sementara  mereka yang sesungguhnya tinggal di negeri neraka, tetapi menikmati  hidup seperti di surga. Betapa tidak mudahnya keadaanku, melihat situasi yang terjadi di balik sisi lahiriah negeri ini, menumbuhkan kewajiban yang harus diemban yaitu merubah  posisi negeri ini. Aku berusaha membuat  agar  sumber air dan pundi-pundi itu tetap hanya  terpancar di negeri ini dan tidak tersebar ke luar negeri ini, menjadi  milik sendiri dan bukan menjadi milik orang lain. Sungguh sebuah  pekerjaan yang tidak mudah, mengingat tatanan demi tatanan oleh mereka pengali bathin dunia semua dipasang sangat bagus, hampir sempurna, sudah diatur penjaga-penjaga di tiap bagiannya.

Negeri ini, ditenggelamkan dalam kebodohan spiritualnya, dalam kebutaan  akan kekayaan dan kekuatan bathin yang menjadi kunci kekuatan dan  kekuasaan dunia.

Aku mencoba sesuatu hal yang baru, berusaha  menciptakan sebuah ceruk  kosong dalam sebuah ruang hampa, bahwa suhu yang  panas akan bergerak ke tempat yang bersuhu dingin, semua akan bergerak  dalam pusaran dan keseimbangan. Pilihannya hanya dua, menjadikan terlalu  dingin atau terlalu panas. Aku belum memahami, bagian mana yang bisa  membuat terlalu panas atau terlalu dingin yang akan menjadi daya tarik,  dan mengembalikan semua yang ada. Suhu bergerak terus, demikian juga  seluruh energi kehidupan. Dari yang tinggi akan bergerak ke arah yang  rendah, dalam sebuah cekungan, dalam sebuah lekukan, dan semua akan  bergerak dan terus bergerak.

Aku membayangkannya, dan aku tidak tahu apakah langkahku ini akan salah  atau akan benar, semua bagaikan uji coba yang masih belum jelas. Jika  aku membuatnya panas, maka dia akan bergerak ke yang dingin, dia yang  akan berpindah karena masa jenisnya akan lebih ringan. Tetapi jika aku  membuat sangat dingin maka udara panas yang akan bergerak datang, atau  entah sebaliknya. Aku sungguh-sungguh bingung dengan semua ini. Hukum  ini sungguh membingungkanku.

Satu langkah yang harusnya jelas adalah aku harus membuat cerukan demi  cerukan yang sangat dalam di negeri ini, menjadikan sebuah pusaran yang  bergerak ke dalam, dan menjadi penarik dari semua kekuatan yang ada di  semesta ini. Menjadi inti, menjadi sumber, menjadi pusat daya tarik  menarik dalam sebuah kekuatan magnet negeri ini. Menarik sumbu bumi,  sebagai sumber segala putaran, dan akhirnya aku bisa mengambil  kesimpulan bahwa semua pusat adalah panas, dimana inti bumi dan garis  khatulistiwa adalah sebuah sumber kekuatan bumi ini, semua akan tertarik  di sini. 

Dan negeri ini memiliki kedua hal tersebut dalam sebuah satu  kesatuan, dan aku mulai mengerti kenapa semua kekuatan dunia  sesungguhnya ada di negeri ini, karena garis bumi sesungguhnya ada di  sini. Dan negeri ini sesungguhnya istimewa, tetapi kekuatan lain telah  menutupnya sedemikian rupa sehingga semuanya menjadi buta, tanpa makna,  tidak memahami hal-hal yang terjadi.

Aku memandang berkeliling, dan aku melihat, bekas-bekas cerukan itu  ternyata sudah ada dan sudah ada yang menutupnya dengan  tumpukan-tumpukan jerami. Jerami ini bisa melukai orang yang  mengangkatnya. Sebuah jebakan maut, di mana semuanya menjadi tidak akan  mampu merubah keadaan yang saat ini ada, kesemrawutan yang disengaja.

Aku mencoba lagi, daya pandangku seakan-akan tertutup oleh tembok tebal.  Kekuatanku seakan menghadapi sebuah rintangan yang demikian berat.  Tidak mudah memindahkan poros putaran negeri ini ke sini, dan aku  mencoba menggantikannya, menjadi poros, dan akhirnya tanpa disadari  poros yang demikian besarnya itu mulai tertarik dan menancap sebagai  pusat kekuatan negeri ini, dan perlahan mulai menarik pusaran-pusaran  dari tempat yang berbeda. 

Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit,  pusaran itu telah membesar dan bergerak dengan cahaya putih yang  berkilat-kilat bagaikan kilatan kembang api, percikan-percikan cahaya  karena adanya gesekan dua kutub yang berbeda. Sesekali terdengar suara  ledakan-ledakan yang besar dan kecil sebagai bentuk benturan pusat-pusat  pusaran energi yang terus bergerak.

Dan dari ujung pusaran itu bergerak ke atas dan ke bawah bagaikan mata  bor membuat lubang dengan kedalaman yang semakin jauh ke pusat bumi. Aku  menunggu dan menjaganya.

Aku  mengerti bahwa hal ini membuat negeri-negeri spiritual seperti  terhenyak dalam sebuah pandangan pergerakan dunia bathin yang  mengejutkan mereka, ada sebuah kekuatan yang mulai bertahan di negeri  ini. kekuatan yang meminta kembali, menuntut balik apa yang sesungguhnya  menjadi hak negeri ini, bukan sampah apalagi hanya menjadi budakm bukan  hanya kandang bagi mahluk-mahluk yang beritikad jahat, tetapi harus ada  yang berubah. membangun negeri dalam sebuah pergerakan spiritualitas,  kekuatan negeri yang sesungguhnya.

Menunggu sebuah perjalanan negeri ini, perjalanan spiritual, perjalanan bathin negeri. Dan aku telah kembali ke duniaku lagi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun