Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertarungan Pilpres 2019 Jokowi Vs Sandiaga dalam Proses Spiritual Negeri

22 Agustus 2018   12:36 Diperbarui: 22 Agustus 2018   20:07 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali  kepada membaca simbol-simbol negeri ini, dan aku melihat mahluk yang  besar ini adalah mahluk hitam simbol sifat penguasa yang menghisap,  kepalanya ada di papua, dan ekornya ada di sumatera, tetapi sungguh aku  melihat dua hal yang sangat jelas, ternyata ini ada dua mahluk yang sama  yang menghadap ke barat dan ke timur, maka di pusat kepalanya itulah  daya hisap yang sangat nyata.

Mereka menghisapnya dan akhirnya nanti dibuang keluar, dan inilah yang terjadi dengan perekonomian negeri ini,  dihisap habis, dan akhirnya dibawa keluar negeri. Dari simbol ini aku  membaca bahwa utang negeri ini tidak akan mampu membangkitkan  perekonomian negeri ini, karena setiap hal yang dibangun dan diolah  akhirnya akan terhisap keluar negeri. Lagi-lagi aku memaki keras-keras  di dalam bathinku, tak mampu lagi aku menangis melihat  kepedihan-kepedihan di negeri ini, kepedihan yang orang tidak bisa  melihat dengan mata.

Secara ekonomi ini terbaca begini,  bahwa apa yang dibangun hanyalah milik dari pengusaha-pengusaha yang  sangat besar, dan atas hasil pembangunan dan produksi yang dilakukan  oleh masyarakat kita selanjutnya dibawa ke luar negeri, pemindahan dana  dalam negeri ke luar negeri. Selanjutnya masuk lagi atas nama investasi  luar negeri dengan memanfaatkan kemudahan dan fasilitas yang diberikan  negara untuk menarik minat para investor, dan lagi-lagi atas keuntungan  itu semuanya dibawa ke luar negeri, dengan biaya-biaya yang membengkak  atas nama biaya luar negeri. Kita bisa membaca banyaknya  perusahaan-perusahaan SPV, Special Purpose Vehicle.

"Apalagi yang kau lihat anakku, alat-alat yang  terpasang demikian bagusnya? Demikian tertata dari barat sampai ke  timur. Putaran demi putaran, maka sesungguhnya kemenangan adalah  kemampuan menempatkan energi di dunia batin, mengambil dan menatanya,  menguatkan dan melemahkan."

Ki  Juru dan Romo Panembahan Senopati masih berdiri disampingku,  masing-masing di kiri dan kananku dengan pandangan mata menatap ke tajam  di bawah, mengawasi segala susunan alat-alat dan binatang-binatang yang  saling menduduki posisi masing-masing bagaikan di ternak di sebuah  padang rumput panjang. Mengambil rumput dan jika ternaknya telah besar   dan siap dipanen maka akan disembelih dan dibawa pulang ke negaranya.  Damm, no better word that I can say. 

Semakin  besar mahluk itu, semakin besar daya hisapnya. Semakin besar alat  penghisap negeri ini dalam sebuah kumparan-kumparan yang tersambung  dengan alat-alat yang demikian besarnya menjadi penghisap energi yang  membawanya ke negara luar. Belum cukup sampai disitu, ternyata banyak  terdapat bilah-bilah bangunan beton yang menjadi sekat-sekat bagian per  bagian, di mana semuanya mampu memecah belah bangsa ini dalam sebuah  kelompok-kelompok radikal yang tidak mudah disatukan. Dan inilah yang  terjadi dengan negeri ini. 

Setiap  mahluk menyimbolkan kepribadian dan karakter bangsa ini, mahluk yang  ada di negeri ini adalah simbol roh kemalasan dan kebodohan, simbol  ketamakan dan keserakahan, kesombongan dan kesewenang-wenangan. Dan aku  melihat pemimpin yang berkuasa saat ini adalah orang yang baik, tetapi  tidak demikian halnya para pendukung-pendukungnya. 

Dan jika aku melihat  lebih jauh, pendukung-pendukung itu telah menjadi sumber energi dari si  hitam, telah diliputi ketamakan dan kerakusan, kesombongan dan kesewenang-wenangan. Melupakan tujuan awal saat mencapai kemenangan,  bahkan bisa dikatakan menindasku dan melupakanku. "Hahahhahahaha...",  Pecah semua sesepuh dalam hingarnya saking kagetnya dengan ungkapanku.  "Hohohoho, sakit hati ya, baper... huahuahua. Kamu itu, Nduk. Jebule,  jebule, isih loro ati. Tak pikir awakmu wes ra nduwe athi. Lha ngomong  negara kok jadi ngomong hatimu. Iki karena dendam atau karena negeri,  karena cinta negeri atau karena cinta diri?" Ki Juru bertanya dengan  wajah penuh dengan kegelian, masih terdengar suara ketawanya yang tidak  ditahan lagi. 

Aku tersenyum  dan ikut tertawa dengan sesepuh. "Mereka tidak mengerti saat kemenangan  dicapai dengan energiku, dan akhirnya mereka melupakan tujuan awal dan  membelok arah perjuangan dan perjalanan, tanpa disadari mereka telah  mengambil energiku demikian banyak, dan itu bisa mengambil nyawaku. Dan  itu sudah aku lewati, saat sekarang aku bisa berdiri lagi di sini dengan  energi yang tinggal setengah, setengah lagi sisanya telah diambil  mereka untuk kesewenangannya. Dan inilah perjalanan kehidupan, karena  takdir. Bukan sih, tepatnya karena kebodohanku." 

"Hahaha,  anak wedhok yang ayu dewe sak jagad ombo. Iya, Nduk. Kamu memang bodoh  kalau sudah bersamanya." Kami semua larut dalam kelucuan, bagian  perjalanan penuh dengan resiko tetapi kami masih berusaha mentertawakan  kebodohan diri sendiri. 

"Kira-kira apa yang akan terjadi dengan pertarungan ini, Nduk?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun