Kali ini Ki Juru tidak membalas keisenganku, terlalu banyak hal yang harus dihadapi ke depan. Putaran perubahan, membalikkan hal yang sudah ada. Menyiapkan kekuatan bathin untuk melakukannya, juga menguatkan hati untuk melihat segala kemungkinan. Belajar dari kejadian-kejadian sebelumnya, jika negeri ini sedang berbenah maka negara lain akan mengalami bencana yang lebih besar dari kejadian yang terjadi di negeri ini. Hal ini bisa dipahami karena di sinilah jantung bumi, jika jantungnya mengalami gangguan, maka seluruh bagian bumi juga akan terganggu. Memang menyesakkan, tetapi ini lebih baik, karena tidak ada kekawatiran akan ada yang mengganggu negeri ini saat kita semua sedang berbenah dan tertimpa bencana.
Etape kedua proses negeri sedang berjalan.Dan aku bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Aku mendekat kepada Khi Juru dan berbisik,"Jadi kejadian jatuh dalam godaan kemaren itu, memang ujian atau hiburan tho, Ki?" Aku bertanya nakal kepada Ki Juru.
"Hush, bocah edan. Kuwi ujian, kalau kamu tidak jatuh, semua akan berjalan lebih bagus dari hari ini. Kalau kamu tetap jatuh dan rasanya menyenangkan, anggap saja itu hukuman yang menyenangkan. Nikmati selagi masih bisa dinikmati!" Â Hohohohoho.....kami berdua tertawa tergelak-gelak. Kerasnya memecah kesunyian Paseban Agung yang selalu sunyi, menyejukkan dan membahagiakan. Sesepuh langsung mengalihkan pandangan kepada kami, dan membuat semakin keras kami tertawa. Ki Juru merangkul pundakku tanpa berusaha menjelaskan kepada sesepuh lainnya apa yang baru saja kutanyakan. Beruntung mereka memahami bahwa kami memang selalu mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda dari lainnya, kami selalu punya hal-hal lucu dalam setiap kejadian. Kadang-kadang menyesakkan tapi kami masih bisa menganggap itu adalah hal yang lucu.Â