Mario Teguh dibayar mahal untuk membuat orang termotivasi, untuk membuat hidupnya lebih baik. Tetapi kali ini saya akan berbagi kisah gratis untuk Mario Teguh. Kisah yang sama dengan sikap yang berbeda. Tentu hasilnya sangat beda, menetramkan dan membahagiakan.
Munculnya seorang Ario Kiswinar Teguh yang mengaku sebagai anak kandung yang ditelantarkan, anak kandung yang tidak diakui oleh seorang Mario Teguh membuat porak poranda benteng ketenangan seorang motivator terkenal Mario Teguh. Kehidupan masa lalu yang ingin dikubur dalam-dalam benar-benar dicabik-cabik. Mempunyai perkawinan yang buruk, cerita yang tidak ingin dibaginya, tapi apa daya, waktu juga yang menguaknya.Â
Terus terang saya menangis membaca berita-berita Kiswinar di media sosial. Saya seorang ibu yang membesarkan dua anak saya, laki dan perempuan. Sendirian, tanpa suami. Tahu persis rasanya hidup sendiri, tahu persis bagaimana rasanya perceraian, yang membedakan adalah menyikapinya. Mengambil sikap ikhlas dan menerima, mengambil hikmah atas peristiwa demi peristiwa untuk pembelajaran dan pendewasaan diri. Dan bukan sebaliknya, menyimpan sakit, beda-beda tipis dengan dendam, beda-beda tipis dengan tidak ikhlas. Atau sama saja belum bisa menerima dengan baik sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.Â
Pengingkaran hanyalah sebuah hijab bagi kedewasaan dan ketenangan hidup, jalan terjal menuju kedamaian. Cintailah orang lain seperti mencintai dirimu sendiri. Seseorang tidak boleh memutus tali persaudaraan, harus menjaga silaturahmi satu dengan yang lainnya, terutama saudara sendiri.Â
Tidak mudah mengalahkan sebuah ego pribadi, sama tidak mudahnya menerima kekurangan diri sendiri. Lebih mudah menerima kelemahan orang lain daripada menyadari kelemahan diri sendiri. Proses manusiawi dalam pembelajaran diri,  pendewasaan karakter  manusia dalam kehidupannya. Indikasi kemenangan melawan ego sendiri adalah bisa berjiwa besar dan berani mengakui kekurangan diri dan kelemahan kita di depan orang lain, apalagi di depan publik. Lebih bagus lagi jika bisa menganggap masalah adalah sebuah lelucon kehidupan yang harus dilewati. Dan pada bagian ini Mario Teguh harus belajar lebih banyak lagi.Â
Saya selalu mencoba mensyukuri untuk semua kejadian masa lalu dengan mantan suami setelah sepuluh tahun ini saya harus hidup bertiga dengan anak-anak saya. Banyak hikmah yang bisa dipetik , diantaranya adalah belajar sabar, iklas dan mandiri. Ujian adalah ketika sesuatu hal tidak seperti yang kita inginkan, menerima yang berbeda, gagal dan patah hati, hancur tak tersisa. Menerima dengan keiklasan adalah keberhasilan terbesar dalam kehidupan. Â
Betapa banyak hal yang saya syukuri membuat saya tidak punya waktu lagi untuk mengeluh. Positif, dan selalu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Yang Maha Kuasa dengan segala makna yang harus kita pahami sebagai wahana untuk pendewasaan hidup kita.Â
Sabar tak berbatas. Sejarah adalah hikmah. Mencintai dan dicintai adalah karunia, disakiti adalah alat untuk menyadari betapa indahnya dicintai. Tanpa sakit kita tak tahu nikmatnya sehat. Tanpa sedih kita tak tahu indahnya bahagia. Hitam dan putih adalah warna yang membuat kita bisa memahami hidup dengan lebih baik, yang diperlukan adalah kesadaran bahwa hitam sama baiknya dengan putih, bahwa peristiwa sedih adalah sebuah bagian pendewasaan, hingga tiba saatnya mampu berkata bahwa senang susah dilewati dengan rasa yang sama.Â
Membahagiakan akan dibahagiakan, memaafkan akan dimaafkan mencintai akan dicintai, memberi akan diberi, berbagi akan dibagi. Demikian seterusnya keseimbangan kehidupan. Mencintai sesama adalah anugrah kehidupan, mencintai sesama adalah sebuah kemuliaan, mencintai anak manusia yang bukan anaknya adalah kemuliaan yang lebih besar.Â
Mencintai anak yatim, bersedekah, berbagi kepada sesama baik kenal maupun tidak kenal adalah mata air sedekah yang akan menjadi tabungan kita yang sesungguhnya. Bukan yang tersimpan, tapi yang terbagi dengan iklas kepada sesama yang membutuhkanya, yang diberikan dengan tangan kanannya tapi tangan kirinya tak melihat. Iklas.Â
Maka seorang Mario Teguh sangat kuat berhadapan dengan orang lain tapi masih harus belajar menghadapi dirinya sendiri, bahwa banyak hal tidak harus seperti yang diharapkannya. Mario Teguh harus berdamai dengan dirinya sendiri, menerima keadaan apa adanya tanpa mempertanyakan, tanpa menyalahkan. Memberikan sikap dan pikiran yang positif untuk dirinya sendiri agar bisa berserah dan pasrah kepada kehidupan.Â
Kedamaian dan ketentraman lahir dari perasaan bersyukur, jauh dari amarah, jauh dari prasangka. Kedamaian adalah sebuah jiwa besar akan segala penerimaan, dan sepertinya Mario Teguh masih banyak harus belajar untuk dirinya sendiri, menerima dan berbagi. Pasrah dan ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H