Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Darurat, Peningkatan Perhatian Negara pada Keuangan dan Pajak

5 November 2015   08:49 Diperbarui: 5 November 2015   09:21 6139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan jika kita merunut pada pesan BK di atas, secara ekstrim kita harus berani mengambil langkah strategi APBN itu harusnya surplus, minimal seimbang, sama besar antara penerimaan dan belanja pemerintah. Itu lebih logis, dan namanya bisa mengukur diri. Maka pilihan yang terbaik saat ini adalah meningkatkan penerimaan pajak, dengan cara yang baik untuk tujuan yang baik. Jangan sampai ada yang merasa dizholimi karena pajak. Orang boleh saja ngomong, bahwa kamu itu ngawur asal ngomong, tidak pakai landasan teori. Ya, saya memang jarang memakai teori barat dalam membuat landasan berpikir saya, karena saya orang timur, jadi saya memakai cara berpikir orang timur yang sederhana dan bersahaja. Negeri barat bukan negeri timur, dimana keilmuan dari sana sebagian besar tidak bisa dipakai di negeri ini, baik dalam bidang politik, kesehatan, dan pendidikan, apalagi dalam bidang keuangan. Negeri ini negeri spiritual lahir dan bathin,  dan dan saya berharap tidak menjadi negeri kapitalis. 

Percayalah, bahwa hutang besar tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justru menambah masalah. Karena kehancuran sebuah keluarga, sebuah perusahaan, bahkan kehancuran negara Yunani juga disebabkan oleh hutang. Apakah pemimpin di sini tidak menyadari akan hal ini. Bahkan dalam "Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”. Berikut juga  "Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi s.a.w bersabda: "(Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai."

Dalil-dalil diatas cukup menguatkan pemikiran saya,  bahwa sudah selayaknya kita mengurangi atau bahkan melepaskan diri dari hutang, karena pada dasarnya hutang itu adalah mengambil kenikmatan di depan dan membayar di belakang. Jika kita bicara filosofi manusia, maka manusia haruslah bisa mengendalikan dirinya untuk sesuatu yang seharusnya belum menjadi haknya, belum saatnya. Hutang adalah salah satu cermin bahwa kita mesti harus belajar lagi mengukur diri dan mengendalikan diri.

Walah kok jadi nglantur ngalor ngidul ga karu-karuan. Yuk mari hidup dari apa yang ada, apa yang ada di sekitar kita, makanlah apa yang di dekat kita. Melihat sejauh pandangan, meraih sejauh jangkauan. Jika mau disederhanakan menjadi hidup dari apa yang ada sekarang dan bukan  berharap dari yang akan datang.  Kesenangan hari ini, jangan sampai menambah kesusahan yang akan datang, apalagi membebani anak cucu. Kalau mau negara merdeka, mandiri dan berdaulat ya sebaiknya berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk berhutang. Penghematan nasional yang akan membuat kita menabung, justru uang akan dikelola secara professional bagi sesuatu yang bersifat investasi. Menambah satu putaran, bukan hanya dengan mendorong konsumsi untuk menghidupkan perekonomian nasional, sedikit berpikir lebih panjang, kreatif, tidak harus sama dengan yang sudah ada.  

 

Salam Tri Sakti

 

Sumber berita:

http://finance.detik.com/read/2015/11/04/201633/3062353/4/panggil-dirjen-pajak-ke-istana-jokowi-khawatir-soal-penerimaan-negara

http://finansial.bisnis.com/read/20151104/10/489006/jokowi-ketar-ketir-setoran-pajak-baru-mencapai-60

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun