Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kebenaran Dibutakan oleh Kepentingan

28 Januari 2015   00:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:21 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Catatan : Tulisan ini adalah hasil perenungan pribadi untuk segala konflik kekuasaan dan pemimpin di negeri ini.

Pelajaran apa yang bisa  kau petik, anakku?

Pentingnya selalu menjaga niat diri dengan ketulusan dan menjaganya dari noda kepentingan.

Bisakah kau jelaskan maksudmu ?

Perjalanan sebuah proses kehidupan, dimana harus bisa menjaga diri dari timbulnya niat-niat yang terselubung, hal-hal halus yang suka menelusup di dalam diri. Menjadi penghubung, menjadi berjasa bagi pihak lain, menjadi perantara. Saya melihat bahwa semua kekisruhan ini dimulai dari niat di dalam diri, ketika kepentingan pribadi sudah terbersit saat yang bersangkutan melaksanakan tugas utama. Menjadi pemimpin bagian A, malah pingin menjadi wakil pimpinan lembaga lain yang bisa membawahi bagian A, dan B. Nafsu keserakahan, ambisi akan tahta dan kedudukan, godaan kehidupan manusia.

Ambisi menjadi perantara, menjadi yang paling berjasa, menjadi orang yang seakan-akan paling berkuasa, sehingga bisa menentukan hitam putihnya sebuah kedudukan. Merasa benar sendiri, merasa menang karena besar dan merasa kuat. Karena merasa Jumowo, sehingga tidak bisa melihat kebenaran dan keadilan. Karena telah mempunyai kepentingan maka akhirnya telah menutup kebeningan hatinya dari hal-hal yang bersifat seharusnya, kehilangan mata hati dalam melihat tujuan kehidupan yang sejati, yaitu menggunakan jabatan, kedudukannya sebagai amanah untuk kepentingan orang banyak, bukan kepentingan orang perorang.

Godaan itu sangatlah halus, ujian itu sangatlah samar, bisa jadi tidak terlihat, hingga kita telah terjatuh karenanya. Ujian dan godaan datang seiring dengan proses kehidupan seseorang, diuji sesuai dengan kekuatannya, dengan tetap melihat kemampuannya. Jika lulus maka akan bisa menghadapi situasi yang lebih berat, jika tidak maka akan berulang-ulang di tingkatan yang sama. Maka perlunya menjaga selalu kekuatan hati dalam menghadapi segalanya.

Apa yang kau lakukan saat ini?

Hal ini adalah sebuah guru kehidupan, pelajaran yang harus diresapi. Seiring dengan perjalanan waktu bahwa akan tiba saatnya untuk dilenggahke pada posisinya, sesuai dengan kemampuannya. Bagaimana menyikapi permohonan mereka yang pernah datang ke rumah, untuk sebuah posisi dan jabatan, untuk sebuah kamukten dan kemulyaan. Boleh membantu jika memang harus dibantu, tetapi tetap dengan ketulusan dan memilih yang terbaik untuk negeri, bukan untuk diri. Boleh memberi pendapat kepada seseorang tetapi tidak memaksakannya, apalagi terbersit mendapatkan imbalan untuk keputusan-keputusan yang terjadi. (No agencys). Tidak golek-golek, tidak cawe-cawe, tidak kepengin apalagi ambisi. Selalu tulus dan berintegritas, selalu setia kepada tujuan-tujuan besar negeri, jangan pernah menodainya anakku.

Apa yang kamu pelajari dari Sikap pemimpin ?
Berkaca pada pemimpin-pemimpin besar, yang pada masa kedudukannya mereka sungguh teramat kuat, teramat jaya, sangat percaya diri.  Tangguh dan tak tergoyahkan, kuat tak terkalahkan, gagah tak ada lawannya, kemenangan menjadi suatu hal yang biasa. Kekayaan, kemakmuran, kejayaan, puja-puji selalu menjadi miliknya, bahkan segala pundi-pundi pun tidak pernah kosong, selalu penuh. Tetapi ironisnya di detik-detik terakhir kehidupannya menjadi sangat tidak berdaya, sangat lemah bahkan bisa dibilang terasingkan, seakan-akan dihinakan (ingat, seakan-akan). Kata-kata seakan tidak layak untuk didengarkan, bersuarapun mereka tak mampu lagi, jangankan di dengarkan, atau dipatuhi. Bersuara saja mereka tidak berani karena akan langsung ditumpas, atau diolok-olok dengan seruan huuuuu. Suatu hal yang sangat berlawanan dengan keadaan yang sesungguhnya.

Jika mengaitkannya dengan hukum sebab akibat, sebuah putaran roda kehidupan, bahwa segala sesuatu itu bisa saja dibalik, dari atas ke bawah, atau dari bawah ke atas kemudian ke bawah lagi, atau malah dari bawah ke bawah lagi, tanpa pernah sekalipun berada di atas. Roda kehidupan, putarannya berupa takdir dan nasib yang tidak pernah bisa menduga kemana arahnya. Tetapi hukum kehidupan membuat kamu mengerti bahwa semua itu dikembalikan kepada citra diri, kepada pengganggapan diri. Kadangkala yang demikian besarnya saja bisa hancur berkeping-keping tak tersisa, benar-benar lebur tak berbentuk. Rasanya seperti tidak mungkin melihat apa yang pernah dilakukan sebelumnya, kebesarannya, kedudukannya, kekuasaannya. Tapi kenapa mungkin?

Jawabannya adalah tanpa disadari, sang pemimpin telah menjadi jumowo, rumongso iso menang, rumongso kuoso, aku nya tak terbatas, akunya besar, kesombongan yang tidak disadarinya, tersamar dengan sangat halus. Lihatlah senyumnya menandakan sebuah kepongahan terselubung, cibiran halus, lekuk bibir yang demikian sekilas, adalah sebuah pertanda akan kehadiran sang takabur di dalam dirinya. dan alamlah yang mengembalikannya akan makna dibawah, terkalahkan, terlemahkan dan terkucilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun