Aku tak mau ambil peduli
seperti Sapardi Djoko Damono
yang selalu peduli pada Hujan Bulan Juni
meski ia bilang Hatiku Selembar Daun
Aku tak mau ambil peduli
seperti Taufik Ismail
yang terlalu sibuk Mencari Sebuah Mesjid
sambil bertanya Adakah Suara Cemara
Aku tak mau ambil peduli
Seperti Sutardji Calzoum Bachri
yang selalu bertanya Wahai Pemuda Mana Telurmu
padahal ia berdiri di Tanah Air Mata
Aku tak mau ambil peduli
Seperti WS Rendra
hingga sibuk menulis Sajak Cinta Ditulis pada Usia 57
meski itu Barangkali Karena Bulan
Aku tak mau ambil peduli
seperti Joko Pinurbo
yang dibuat sibuk dalam Perjamuan Khong Guan
sambil berkata Aku Tak Bisa Berjanji
Aku tak mau ambil peduli
seperti KH Mustafa Bisri
yang selalu mengingatkan Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat
dan selalu bertanya Jadi Apa Lagi
Aku tak mau ambil peduli
seperti Abdul Hadi WM
yang selalu mendengarkan Nyanyian Kabut
hingga merasakan Tuhan Kita Begitu Dekat
Aku tak mau ambil peduli
seperti Sitor Situmorang
yang begitu peduli mencari Si Anak Hilang
sambil menulis Surat Kertas Hijau
Aku tak mau ambil peduli
seperti Goenawan Mohamad
yang selalu berdiri Di Muka Jendela
untuk merasakan Di Beranda Ini Angin Tak Lagi Kedengaran
Aku tak mau ambil peduli
seperti Chairil Anwar
yang lantang berteriak Aku
sambil berharap ingin hidup seribu tahun lagi