Saya coba belajar dari kejadian yang terjadi di kota Kendari, sebelum pandemi covid-19 merebak dahsyat di bulan Juni-Agustus lalu. Saat itu status kota Kendari dan Sultra adalah hijau dengan pasien positif di kota Kendari hanya tersisa 2 orang dan tidak ada penambahan pasien positif dalam dua Minggu terakhir.
Dan pada saat itu Kendari menjadi tuan rumah dua event besar nasional, yakni Munas Kadin dan Kejuaraan triathlon seri Nasional. Di momen itu lalulintas pergerakan orang-orang keluar dan masuk Sultra begitu tinggi, dan ada peserta Munas Kadin yang terkonfirmasi positif dan harus dirawat di rumah sakit yang akhirnya meninggal dunia, di momen ini pula istri Gubernur Sultra terkonfirmasi positif yang sangat membuat kami sedih karena beliau tak bisa bertahan.
Dan alhamdulillah, periode kelam pandemi covid-19 di kota Kendari perlahan surut dan terkendali, sejak bulan September kasus terus menurun, hingga di awal November berhasil zero kasus, namun kembali ada kasus positif dua orang, dan bersyukur keduanya telah sembuh.
Dalam kondisi nol ini, Kendari beberapa waktu lalu kembali menjadi tempat berlangsungnya event berskala nasional yakni Musabaqoh Tilawatil Quran Korpri Nasional, juga Seminar dan Kongres Nasional XV Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia.
Sebenarnya merupakan suatu kebanggaan daerah kami menjadi tuan rumah event yang berskala Nasional, namun mengingat kejadian beberapa waktu sebelumnya dan juga munculnya kekhawatiran gelombang ketiga covid dengan adanya varian baru omicron, maka kami juga khawatir, virus itu tidak muncul dengan sendirinya tetapi dibawa oleh carrier.
Disiplin terhadap prokes memang hal yang paling utama dalam pencegahan penyebaran virus, tetapi masalahnya kedisiplinan di masyarakat itu sesuatu yang sulit bahkan sangat sulit untuk diterapkan, perilaku masyarakat yang tidak percaya covid, yang percaya tapi tidak takut covid, yang tidak mau divaksin merupakan hal-hal yang membuat upaya penegakan disiplin terhadap prokes sulit dilaksanakan.
Jadi upaya yang paling efektif untuk dilakukan adalah mengatur secara ketat sirkulasi atau lalulintas keluar masuk warga dan tamu khususnya di Bandara.
Di jaman 4.0 saat ini, sebenarnya banyak interaksi antar personal maupun kelompok yang bisa dilakukan tanpa harus bertemu secara fisik, orang bisa ada dimana-mana tapi tak harus kemana-mana.
Perjalanan yang tidak penting lebih baik tak usah dilakukan apalagi keluar negeri, pemerintah harus punya SOP yang ketat dan tegas terkait upaya pencegahan masuknya omicron, sekali lagi lebih mudah mengatur sedikit orang "berada" apalagi punya pendidikan, daripada harus mengatur banyak rakyat yang tingkat ekonomi dan pendidikannya terbatas.
Namun tetap juga pemerintah harus tegas dan jangan pernah berhenti menghimbau bahkan harus "memaksa" masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan protokol kesehatan secara disiplin, baik dan benar serta bertanggung jawab.
Dilansir dari laman resmi WHO, langkah yang paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi infeksi dan mencegah Covid-19, termasuk varian Omicron adalah: Menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain.