Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diambil Penghuni Hutan Keramat

9 November 2021   10:11 Diperbarui: 9 November 2021   10:30 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ricardo Stucker (by BBC.com)

Baco merenung sambil coba berpikir, diingat-ingatnya kejadian-kejadian masa lalu di kampungnya, tapi tidak ada ingatan yang bisa membawanya menguak misteri siapa sesungguhnya gadis yang mengaku bernama Bunga ini.

Tapi tunggu dulu, sepertinya Baco samar-samar teringat sesuatu, namun masih timbul tenggelam dalam ingatannya.
Sambil terus berusaha mengingat, akhirnya Baco, mendapatkan titik terang, saat kecil ia pernah mendengar cerita yang sudah lama tidak pernah didengar dan diceritakan lagi oleh orang-orang di kampungnya.

Sebuah cerita, kurang lebih 30 tahun yang lalu, sepasang suami istri yang diusir dari kampung, karena dituduh sebagai "Parakang" yang telah memangsa anak-anak kampung, yang saat itu banyak yang jatuh sakit hingga meninggal dunia. Sakitnya anak-anak itu dituduhkan akibat ilmu Parakang oleh suami istri itu, meski jauh dibelakang hari kemudian akhirnya diketahui sakit itu adalah kolera.

"Yah... Aku mengerti sekarang, aku ingat cerita lama tentang kedua orangtuamu, betul mereka difitnah sebagai Parakang"
"Maka dari itu, marilah kita kembali ke kampung" ajak Baco
"Tidak.! Aku tidak akan meninggalkan tempat ini, aku ingin tetap menemani dan ditemani indo dan amboku." Gadis yang bernama Bunga itu menjawab dengan nada yang tinggi.
"Bagaimana kau bisa hidup dan tinggal disini apalagi seorang diri, tidakkah kamu takut.? Tanya Baco mencoba mendesak Bunga.

Bunga cuma tertawa mendengar pertanyaan Baco. Toh selama ini, telah puluhan tahun ibu dan ayahnya sebelum Bunga lahir hingga Bunga lahir dan tumbuh besar semuanya karena tempat ini bisa memberi kehidupan.

Di hutan dia tidak pernah takut kehabisan bahan makanan karena banyak umbi-umbian yang bisa dijadikan makanan, misalnya ubi kayu, ubi jalar dan umbi 'gadung', juga terdapat telaga yang berisi beragam ikan dan mahluk air yang bisa dijadikan bahan makanan, buah-buahan hutan yang tersedia sepanjang musim, ayam hutan, burung-burung liar yang semuanya bisa didapatkan ditempat ini.

Bunga menatap mata Baco dalam-dalam, perlahan Baco seperti tertegun lalu segera bangkit berdiri dari atas batu tempatnya duduk dan langsung bertanya kepada Bunga.

"Jika demikian, maukah kau menerimaku tinggal disini menemanimu, merawat tempat ini bersama-sama, seperti indo dan ambomu" pinta Baco sambil menatap dalam ke mata Bunga. Bunga diam tak menjawab, hanya senyumnya yang mengiringi anggukan kepala tanda setuju, dan itu sudah cukup bagi Baco untuk melupakan kampungnya.

Sementara itu setelah dua hari tidak pulang ke rumah, penduduk kampung heboh, karena hilangnya Baco. Berbagai upaya mereka lakukan untuk mencari Baco, sampai mendatangkan "orang pintar" dari kampung seberang, tapi hasilnya nihil. Mereka yakin Baco hilang diambil jin penghuni hutan keramat, namun ada juga yang menduga Baco telah tewas dimangsa ular besar yang banyak hidup didalam hutan itu

Catatan:

Parakang = makhluk jadi-jadian penganut ilmu mistis terkenal dalam cerita rakyat di daerah Sulawesi Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun