Masjid Al Alam di kota Kendari sudah menjadi ikon wisata religius di kota Kendari. Mesjid yang masih tergolong baru ini, diresmikan penggunaannya awal tahun 2018 setelah dibangun kurang lebih 8 tahun dengan biaya yang cukup besar untuk ukuran kota Kendari yakni sekitar 200 milyar rupiah.
Masjid ini adalah favorit dan kebanggaan bagi masyarakat kota Kendari, selain karena bangunannya yang indah juga pengurusnya termasuk imam dan ustadz-udtadznya adalah orang pilihan.
Jika dilihat sekilas, model bangunan masjid yang oleh sebagian masyarakat kota Kendari disebut juga dengan masjid terapung ini, tampak seperti hotel mewah Al Burj yang terletak di Dubai.
Lokasinya yang terletak di tengah teluk Kendari jauh dari hiruk pikuk perkotaan, sehingga begitu menarik dan memanjakan mata.
Dari posisi Masjid Al Alam yang terletak di tengah Teluk, bisa disejajarkan dengan Masjid Al Rahma di Jeddah atau Masjid Malaka di Malaysia. Kemegahannya juga bisa disamakan dengan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei Darussalam atau Masjid Bandaraya Kinabalau Malaysia yang sama-sama berdiri di atas permukaan laut.
Awal mula berdirinya masjid ini sempat menimbulkan pro kontra di masyarakat, banyak masyarakat yang beranggapan membangun masjid di tengah teluk ini adalah hal yang sia-sia, alasannya siapa yang akan sembahyang di sana karena lokasinya yang jauh dari pemukiman warga, dan juga masjid raya Kendari juga masih perlu banyak perbaikan.
Namun saat itu Gubernur Sulawesi Tenggara bapak Nur Alam tak bergeming, beliau selaku penggagas terus saja melanjutkan pembangunan masjid yang meski terseok-seok  selama 8 tahun hingga diresmikan.
Konsep pembangunan masjid ini selain sebagai pusat religi juga sebagai ikon wisata religi kota Kendari yang bermotto kota bertakwa. Setelah masjid ini selesai, segala pro kontra yang pernah timbul, akhirnya surut dengan sendirinya dan berganti dengan pujian dan rasa syukur dari segenap warga bukan saja yang dari Kendari tapi juga masyarakat Sulawesi Tenggara.
Sebelum covid-19 merebak, kami sekeluarga meski jaraknya jauh dari rumah sering berkunjung di masjid ini saat sore hari menikmati pemandangan dan suasana senja di teluk Kendari, yang lalu dilanjutkan dengan shalat Maghrib berjamaah di masjid Al Alam ini.
Sayang sekali pandemi covid-19 belum berakhir, hingga masih banyak warga yang belum berani untuk ikut shalat berjamaah di masjid, namun demikian sebagai masjid favorit tetap saja di masjid Al Alam ini cukup ramai jamaahnya, dan semua itu dengan protokol kesehatan yang tetap diprioritaskan di masjid ini, tapi dengan melihat banyaknya jamaah masih ada rasa ragu dan khawatir untuk ikut berjamaah.
Masjid Al Alam ini memang telah menjadi favorit bagi masyarakat kota Kendari untuk beribadah di sana, selain keindahan arsitekturnya, baik eksteriornya maupun interiornya yang dipenuhi ornamen-ornamen menarik, suasana hening dan kesejukan semilir angin laut yang melingkupi masjid ditambah dengan merdunya suara bacaan imam shalat, semua ini menambah semangat dan kekhusyukan shalat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H