Berita dan isu penculikan anak banyak yang menghias media ada yang hanya merupakan isu semata bahkan banyak juga yang hoaks, tapi tidak sedikit juga yang memang nyata.Â
Motivasi penculikan pun bermacam-macam, ada yang karena tidak punya anak tapi pingin punya anak, ada yang motif ekonomi jual beli anak untuk diadopsi dan isunya ada juga yang diambil organ tubuhnya, serta penculikan yang terdorong oleh kelainan seksual.
Beberapa tahun yang lalu di kota saya terjadi beberapa kasus penculikan anak perempuan oleh seorang desertir militer yang mempunyai kelainan seksual, mengingat kejadiannya saja saya sudah gemetaran, betapa berbahayanya para predator anak itu berkeliaran di seputar kita.
Yah apapun bentuk berita terkait penculikan anak baik itu nyata ataupun hoaks kewaspadaan kita tidak boleh kendor.
Perlindungan dan pengawasan terhadap anak bukan saja tanggungjawab orangtua atau keluarga, bukan juga oleh guru tapi seyogianya itu merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai orangtua atau setidaknya sebagai orang yang pernah menjadi anak-anak.
Anak-anak sangat rentan terhadap keselamatan diri dan jiwanya, kemampuan anak untuk memahami situasi dan kondisi yang berisiko terhadap dirinya masih sangat terbatas, perhatian dan bantuan dari orang dewasa sangat mereka butuhkan.
Ancaman terhadap keselamatan anak bukan saja dari penculikan, tapi juga seperti pelecehan, kekerasan fisik maupun verbal, bullying dan juga kecelakaan.Â
Dan kesemua ancaman itu ada di sekitar kita, maka sudah sepatutnya kita lebih memperhatikan dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar kita, sekecil apapun potensi ancaman terhadap anak harus dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang berkaitan.
Anak adalah masa depan bangsa, masa depan kita, dan bagaimana masa depan bangsa ini, itu dapat dilihat dari gambaran kondisi anak saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H