Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Hanya Setitik Debu

14 Maret 2021   10:30 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:39 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sastraindonesia.org

Aku bukan sebongkah cadas di bukit batu ini. Aku hanya setitik debu di bukit Padas ini, aku hanya setitik debu yang dibawa angin entah dari mana.

Aku setitik debu yang menempel pada padas rapuh yang sebentar lagi akan jatuh, aku hanya setitik debu yang terbungkam oleh bayangan bukit batu yang menjulang.

Aku hanya setitik debu yang tak akan bersuara meski dipaksa, berteriak pun mulut setitik debu ini hanya akan menjadi sepi.

Aku cukup tahu diri menjadi setitik debu, bagaimana mungkin aku bermimpi untuk menjadi bukit yang menjulang, sementara angin pun tak menganggap ku ada.

Meski begitu aku setitik debu yang pernah sujud dihadapan tuhan, jangan mengancam ku dengan kematian, aku setitik debu yang dijahit oleh waktu pada dinding bukit yang menjadi saksi bagi matinya kesombongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun