Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kekuasaan

3 Maret 2021   22:18 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wacana.info

Ketika kekuasaan telah menjadi milik pribadi
maka ia tak akan pernah berhenti menjadi penguasa,
ia hanya akan berputar pada soalan bagaimana menghancurkan dan menghilangkan penghalang,
melenyapkannya sampai tak bersisa,
agar hari akhir kekuasaan itu tak kunjung datang.

Ketika kekuasaan itu memasang mata malaikat
yang tatapannya mengancam apa yang terlihat
dan apa yang tersembunyi,
agar mau mengatakan apa yang tak harus dikatakan,
dan apa yang tak harus didengarkan,
kebutuhan dan kepuasan setiap figur,
direduksi ke dalam bentuk semiologis,
yang secara psikis dan historis harus mengakui kekuasaan.

Ketika kekuasaan tidak memiliki perangkat ideologis,
yang cukup untuk menerjemahkan,
primordialisme serta nepotisme di atas humanisme dan hasrat surgawi,
ia akan dipaksakan berjalan sebagai sebuah keadaan,
yang mesti diterima tanpa perlu resistensi,
demi melanggengkan praktek kuasa itu sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun