Ada sejuta rindu yang bergayut dalam seberkas pelangi, di ujung pematang yang masih basah oleh hujan di awal februari.
Keheningan yang tiba-tiba datang mengajak langkah kaki menekuri lorong-lorong yang penuh dengan tapak-tapak kenangan.
Sepasang kepodang yang bercengkrama riang di ujung pokok kenari, kicauannya seperti sembilu yang mengupas cemburu.
Di ujung pematang aku hanya bisa menatap atap dangau tempatku melarungkan rindu dalam senandung kidung asmaraloka.
Duhai masa yang berlari laksana petir, kenapa tak kau bawa juga rindu ini bersamamu, aku tak ingin mati berkafan rindu.
Kini bersama senja yang telah pergi, aku hanya bisa menghitung bintang di langit malam, hanya untuk menghapus rindu yang semakin menyiksaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H