Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Migrasi dari WhatsApp, Emangnya Penting?

19 Januari 2021   12:37 Diperbarui: 20 Januari 2021   22:32 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. liputan 6.com/yuslianson

Beberapa hari belakangan ini kaum netizen, terutama pengguna Whatsapp, lagi gonjang ganjing. 

Pro dan kontra dengan kebijakan baru yang dikeluarkan pemilik chat room terbesar tempat berinteraksi  satu sama lain ini. Deregulasi anyar yang dikeluarkan oleh pihak WhatsApp meresahkan penggunanya.

Dunia teknologi komunikasi berbasis HP saat ini sudah berkembang sangat pesat, awalnya komunikasi chatting room ini dipelopori oleh blackberry, tapi seiring pesatnya perkembangan teknologi, awal 2019 lalu BBM akhirnya menyatakan diri telah buang handuk alias meninggal dunia. 

Almarhum BBM tidak mampu berinovasi dalam menghadapi persaingan yang demikian pesat dan ketat dengan para pesaing-pesaing baru.

Aplikasi chatting room baru pun bermunculan dengan inovasi-inovasi dan tampilan yang dibuat up to date serta selalu menarik, seperti Whatsapp, Line, Wechat, Telegram dan Signal. Tapi WhatsApp mampu mendominasi dengan tampil lebih memikat hingga banyak diminati oleh publik di seluruh dunia.

Namun dengan adanya kebijakan deregulasi baru yang dikeluarkan oleh pihak WhatsApp, yang dipandang oleh pengguna komunikasi WhatsApp ini sebagai telah menghilangkan perlindungan privasi dan kerahasiaan data, informasi serta komunikasi bagi penikmat komunikasi nirjarak ini. WhatsApp mulai ramai-ramai ditinggalkan penggunanya.

Sasaran eksodus pengguna WA ini adalah. Telegram dan Signal, yang dipandang lebih terjamin dan menjamin kerahasiaan data, informasi dan komunikasi penggunanya.

Pilihan migrasi pengguna WhatsApp ke telegram dan signal lebih karena kerahasiaan percakapan yang terenkripsi end-to-end sebagaimana dikutip dari How to Geek via kompas. 

Fitur privasi Signal lebih menjamin keamanan dan kerahasiaan data, informasi dan komunikasi, dimana semua percakapan dan komunikasi lainnya dienkripsi end-to-end antar perangkat yang menjalankan aplikasi itu.

Ini artinya, siapapun termasuk perusahaan dan pemilik Signal tidak dapat melihat pesan pengguna, walaupun mereka menginginkan untuk melihat pesan itu.

Klaim perusahaan signal bahwa sejak saingannya WhatsApp mengeluarkan deregulasi privasi pengguna itu, yang beralih ke signal  500 ribuan pengguna perhari.

Namun meski pun demikian, yang namanya teknologi pasti akan memiliki sisi kelemahan, karena sebagai teknologi buatan manusia keamanan dari pencurian data, dari kebocoran informasi tidak bisa dijamin sepenuhnya, sekalipun signal adalah perusahaan nirlaba tapi kepentingan bisnis selalu saja mengintai disetiap perkembangan teknologi. 

Sebagai perangkat keras "buatan" manusia. Maka paling tidak sang pembuat akan mengetahui dimana kekurangan dan kelemahan buatannya.

Signal diluncurkan oleh Moxie Marlinspike mereka tergabung dalam kelompok kecil yang dipimpin Brian Acton pakar komputer yang juga menciptakan WhatsApp, Facebook messenger serta skypy.

Sebagai aplikasi nirlaba atau non profit, signal memang tidak perlu merekam data penggunanya selain nomor telepon untuk menggunakan aplikasi tersebut, namun biar bagaimanapun teknologi ini tetap memiliki alat rekam, punya server, punya alat pengumpul data. 

Kendatipun secara hukum "aman" tapi bisa jadi pula tidak aman bila negara tempat berdiri signal membutuhkan data dan informasi dengan alasan demi keamanan negara.

Jadi bagaimana dong terkait kerahasiaan dan keamanan data dan informasi milik kita ?. Ah bagi saya emang gue pikirin, data dan informasi rahasia apa juga yang ingin diambil oleh aplikasi apapun dari saya. 

Saya bukan orang penting, bahkan saya boleh dikata orang yang sangat tidak penting, so siapa yang mau kepoin saya. Saya juga bukan koruptor, bukan kelompok sempalan, bukan orang yang macam-macamlah yang punya data dan informasi privasi yang perlu dikepoin.

So mau WhatsApp, Telegram atau Signal nggak masalah, yang saya pikirkan kualitas layanannya apakah cukup berkualitas?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun