Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

DPR Oh DPR

7 Oktober 2020   22:02 Diperbarui: 7 Oktober 2020   22:06 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maukah kamu kuceritakan tentang derita kami yang tersesat di taman,  yang pohonnya kami tanam, yang rumputnya kami siangi
Tentang yang kami kira harapan menggantung, ternyata senapan yang dibidik ke pucuk kening
Semua nyanyian Nina Bobo itu kini telah menjadi sekumpulan undang-undang yang mengikat kaki dan tangan agar menjadi budak bagi diri sendiri
Apakah mungkin memetik ulam dari ranting mengering yang dimakan lapuk
Kami laksana bangsa Troya yang terpedaya kelicikan Yunani
Bagai sekumpulan bocah kecil yang masih menetek, dan berselimutkan keluguan
Membawa kuda Troya yang diberikan oleh musuh ayahnya ke dalam buaiannya
Betapa sakitnya terluka oleh airmata yang mengalir dari mata sendiri
Wahai angin engkau yang bisa menjadi badai, mengapa engkau datang dalam wujud sepoi
Kau tak membuatku kuat, engkau bahkan menjadikanku terbuai
Tak bisakah engkau menderu, mencabut anak-anak lidah para penyamun yang bertopeng pandita itu
Janji muluk yang mereka tanam, telah berbuah derita di sepanjang harapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun