Maukah kamu kuceritakan tentang derita kami yang tersesat di taman, Â yang pohonnya kami tanam, yang rumputnya kami siangi
Tentang yang kami kira harapan menggantung, ternyata senapan yang dibidik ke pucuk kening
Semua nyanyian Nina Bobo itu kini telah menjadi sekumpulan undang-undang yang mengikat kaki dan tangan agar menjadi budak bagi diri sendiri
Apakah mungkin memetik ulam dari ranting mengering yang dimakan lapuk
Kami laksana bangsa Troya yang terpedaya kelicikan Yunani
Bagai sekumpulan bocah kecil yang masih menetek, dan berselimutkan keluguan
Membawa kuda Troya yang diberikan oleh musuh ayahnya ke dalam buaiannya
Betapa sakitnya terluka oleh airmata yang mengalir dari mata sendiri
Wahai angin engkau yang bisa menjadi badai, mengapa engkau datang dalam wujud sepoi
Kau tak membuatku kuat, engkau bahkan menjadikanku terbuai
Tak bisakah engkau menderu, mencabut anak-anak lidah para penyamun yang bertopeng pandita itu
Janji muluk yang mereka tanam, telah berbuah derita di sepanjang harapan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H