Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selamat Hari Mangrove

26 Juli 2020   22:11 Diperbarui: 26 Juli 2020   22:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar bpol.litbang.kkp.go.id

Hari ini bersamaan peringatan hari puisi dan juga hari mangrove, saya jadi terinspirasi untuk mempuisikan peduliku pada penyelamatan mangrove yang semakin tahun semakin berkurang saja luasannya.

Hutan mangrove merupakan kawasan dengan kandungan karbon terpadat. Hutan mangrove menyimpan lebih dari tiga kali rata-rata karbon hutan tropis daratan atau lima kali lebih banyak dibanding hutan tropis dataran tinggi.

Hutan mangrove Indonesia diperkirakan menyimpan 3,14 miliar ton karbon atau sepertiga stok karbon pesisir secara global. Seluruh ekosistem mangrove menyimpan karbon: 78% tersimpan di tanah, 20% di pohon hidup, dan 3% di pohon mati atau tumbang. (Murdiyarso et al., 2015).

Dengan daya simpan karbon yang besar itu dan mencegah laju deforestasinya Indonesia bisa menabung reduksi emisi dari 26% yang dijanjikan dalam Konferensi Perubahan Iklim Paris pada 2020.

Kehilangan hutan mangrove menimbulkan 42% emisi gas rumah kaca akibat ekosistem pesisir yang rusak. Disamping itu ekosistim mangrove merupakan ekosistim dengan keragaman hayati, tidak saja habitat laut, tapi juga habitat bagi hewan darat. (sumber: forestdigest.com)

Bakau yang merangas hampir kehabisan daun,

menyapa aku yang sedang merutuk

di pantai yang berlautkan sampah.

Goresan lanskap buram seakan menempel sedih

pada tatapku yang gelap dan nanar.

campakkan duka ke palung mataku yang meratap.

Awan hitam seperti enggan berarak

bergantung sesaat lalu menghilang

pada bibirku yang resah mengutuk pantai yang tak lagi berpasir.

Semoga kekecewaan yang menggayut ini

lekas luntur dan cepat menghilang

seperti embun di atas daun yang terusir oleh sinar mentari.

Semoga nanti bisa kunikmati rimbunnya bakau

yang merambat pelan bersama kepak sayap bangau

menari bersama sepoi angin

Sebelum tangan-tangan kelaparan yang serakah

menghapus warna pada lukisan yang telah buram ini

merobek-robek kanvas terakhir yang tersisa.

Sebelum penyesalan itu hadir dengan sempurna

dimana tangis pun tak lagi berairmata

kutitipkan pesan syahduku,

selamatkan ekosistim bakau tempat banyak kehidupan bergantung pada rimbunnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun