Aku tengah mengutukmu, mencengkeram tangkai mawar penuh duri
Di puncak kemarau yang membakar ilalang kering
Saat musik mulai berbunyi, senandungku serak tak mampu berdendang
Tembang yang telah lama kugubah, Â kini terpaksa kulupakan
Anak burung kutilang menyanyi di atas dangau, aku meratapimu
Tumpukan amarah  telah menggenang di antara hati dan jantungku
Berulang-ulang ingin ku pecahkan langit agar bintang-bintang yang gelisah tak lagi bergantung
Kebohonganmu telanjang, Â terlihat jelas meski mataku terpejam
Sirna sudah awan-awan berarak yang menggantung, semuanya tiba-tiba kosong
Mawar indah yang kau beri, sembunyikan durinya yang serupa tombak
Kemarau yang panjang telah membesarkan duri-durinya
Kaulah begundal tengik, Â yang lahir tanpa membawa hati.