Diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengalami kontraksi pertumbuhan sekitar 2,07% (2,07 persen) dibandingkan tahun 2019, kemerosotan ekonomi ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan covid-19 di negara Indonesia pada awal tahun 2020 yang menghambat aktivitas perekonomian beberapa sektor industri di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia akhirnya berhasil keluar dari resesi ekonomi yang sempat mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 7,07% (7,07 persen) pada kuartal kedua ditahun 2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartal mencapai 3,31% (3,31 persen) di bulan April hingga Juni 2021, sedangkan secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi di Indonesia akhirnya menyentuh angka 3,1% (3,1 persen) pada semester pertama di 2021.
Untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat positif pada kuartal kedua di tahun 2021 mengingat selama beberapa tahun terakhir, Indonesia terus mengalami penurunan PDB kurang lebih empat kuartal berturut-turut.
Adanya pandemi covid-19 telah banyak menurunkan mobilitas masyarakat di seluruh dunia, salah satunya di negara Indonesia. Tidak seperti masyarakat Indonesia, sebagian besar negara dengan budaya risiko yang kuat mampu mengatasi pandemi ini dan melewati masa-masa krisis ekonominya.
Dikutip dari Wikipedia, budaya diartikan sebagai hal-hal terkait dengan budi dan juga akal manusia yang secara general merupakan cara hidup manusia untuk berkembang Bersama sekelompok orang, serta diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
Sangat disayangkan, budaya masyarakat Indonesia yang tidak mau ikut serta mengambil bagian mencegah penyebaran covid-19 justru membuat beberapa sektor industri harus menutup usahanya, dan beberapa perusahaan harus melakukan tindakan PHK terhadap karyawan-karyawannya.
Budaya risiko menjadi sorotan publik saat ini karena pemahaman masyarakat tentang risiko sangatlah penting. Risiko utama yang akan dihadapi negara Indonesia oleh karena pandemi yang terus berlangsung ini berlaku bagi seluruh pihak yang artinya budaya risiko akan mempengaruhi pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan risiko ke depannya bukan hanya untuk segelintir orang melainkan seluruh rakyat Indonesia.
Budaya manajemen risiko merupakan bagian dari proses manajemen risiko yang meliputi manajemen risiko dan struktur tata kelola. Selain itu peran, kemampuan dan akuntabilitas dari orang-orang yang melakukan manajemen risiko juga harus dipertimbangkan mengingat komunikasi manajemen risiko dan transparansi sangatlah penting untuk membentuk kebijakan manajemen risiko sehingga tujuan bersama dapat tercapai.
Budaya risiko sudah merupakan bagian dari budaya masyarakat dimana akan memudahkan dalam menerapkan manajemen risiko di lingkungan sekitar secara efisien dan efektif bila masyarakat itu sendiri memiliki budaya positif yang kuat.
Penerapan budaya risiko diperusahaan akan berjalan dengan baik apabila masyarakat konsisten, mulai dari pimpinan negara, hingga pada tingkat rakyat terkait pengambilan keputusan untuk menghindari risiko.
Komitmen seluruh masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan meskipun telah mengikuti vaksinisasi covid-19 tercermin dalam perhatian dengan profil etika individu dan penerapan etika dengan mempertimbangkan posisi setiap orang untuk mengambil keputusan.
Perubahan pola pikir masyarakat setelah memahami risiko yang akan mereka hadapi jika tidak berpartisipasi terhadap krisis yang sedang berlangsung terus menerus ini menyebabkan menurunnya tingkat covid-19 di Indonesia. Hal ini dikarenakan cerminan beberapa negara maju yang berhasil melewati krisis ekonomi ini setelah menunjukkan betapa pentingnya budaya risiko diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Regulasi dari pemerintah dan peranan aktif masyarakat untuk mencegah penyebaran covid-19 sekarang ini membuat mobilitas masyarakat kembali meningkat dan ekonomi di Indonesia perlahan pulih seperti sedia kala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H