“Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya…..,” lengkingan Tantri vokalis band Kotak di tengah hiroba (lapangan) Roppongi Mid-Town di Tokyo. Suaranya diikuti oleh bapak Muhamad Luthfie duta besar Indonesia untuk Jepang dan ibu Bianca A. Luthfie mantan model yang sangat dikenal di tahun 1980-an.
[caption id="attachment_198348" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Dubes memanggil sang Kumendan Jenderal-nya"][/caption]
Lagu Indonesia Pusaka selalu membuat saya sedih, terharu dan bangga dengan Indonesia di mana pun juga dinyanyikan. Entah saya cengeng, entah saya sok merasa sedikit rasa nasionalisme di dalam jiwa. Buat saya Indonesia Pusaka selalu menyentuh. Demikian pula saat Indonesia Pusaka dinyanyikan oleh band Kotak pada tanggal 8 dan 9 September lalu di Tokyo pada saat acara festival Indonesia di Jepang. Festival Indonesia ini menjadi satu perayaan besar yang digarap oleh KBRI dalam rangka memperkenalkan budaya, kesenian dan kehidupan Indonesia di Jepang.
Acara tahunan ini telah dilakukan ke-tiga kalinya. Pada tahun-tahun sebelumnya, acara ini diselenggarakan di Yoyogi-park, taman di daerah Shinjuku-ku. Pada tahun 2012 ini acara diselenggarakan di daerah Roppongi, Minato-ku daerah elit di kawasan baru yang dinamakan Tokyo Mid-Town satu kompleks gabungan antara pemukiman, perbelanjaan, pertunjukan dan pameran kesenian. Kawasan ini melengkapi Roppongi Hills yang dibangun oleh grup Mori yang penuh kontroversi dengan konsep membuat pemukiman elit pertama di Tokyo, yang dimiliki oleh taipan real-estate Minoru Mori.
Festival yang bertemakan Indonesia yang pernuh warna (Colorful Indonesia) ini berhasil mengundang ratusan atau mungkin ribuan warga Indonesia di Jepang dan penduduk Jepang yang tertarik di Indonesia. Selama dua hari penuh pengunjung dimanjakan dengan pertunjukan, fashion show, pameran, workshop batik, dan tak lupa makanan Indonesia yang dijual oleh beberapa restoran Indonesia di dalam acara ini. Meski acara lebih banyak dikunjungi di panggung utama di lapangan, namun pameran yang diisi oleh beberapa pameran juga tak kalah mengundang perhatian dari banyak pengunjung. Stand bank Indonesia yang mengisi dengan pameran uang dan sejarah uang di Indonesia juga menjadi bagian yang menarik dari acara ini. Stand-stand lainnya termasuk dari Garuda Indonesia, bank BNI, Kyodai Remittance, APPJ (Tjiwi Kimia, Jepang), Deperindag dan kantor Atase Pendidikan Kebudayaan KBRI.
[caption id="attachment_198354" align="aligncenter" width="300" caption="Pra MC yang mengenakan batik Indigo dari Gallery Batik Jawa"]
Di panggung kecil juga beberapa pertunjukan dilakukan dari menyanyi, tari-tarian hingga pencak silat. Salah satu pertunjukan menarik adalah ditarikannya tarian Jawa yang dipentaskan oleh pasangan anak dan ibu, Mami Murayama yang pernah belajar di Indonesia. Selain pertunjukan, di panggung kecil ini juga dilakukan demo batik dengan mendatangkan ahli batik langsung dari Yogyakarta. Ibu Nita dari Gallery Batik Jawa memperagakan batik langsung di atas panggung kecil. Demo batik ini menarik banyak minat pengunjung baik dari Indonesia dan Jepang. Hanya sayangnya, karena waktu yang cukup lama untuk berlatih membatik maka, terpaksa hanya dilakukan oleh sebagian orang saja. Namun seorang gadis kecil rela menunggu untuk gilirannya. Sebagian banyak orang Jepang berbisik-bisik, “Sugeee….sugeee….suteki…,” (sugee dari sugoi (hebat) dan suteki (indah) dan kagum akan kedetilan batik yang ternyata dibuat dengan cara yang tidak sederhana.
[caption id="attachment_198371" align="aligncenter" width="300" caption="Kadet Jepang mencoba membatik"]
Sementara itu di panggung kantor atase pendidikan dan kebudayaan tidak kalah heboh. Sekelompok pemuda dan pemudi yang tergabung dalam PPIJ (Persatuan Pelajar Indonesia Jepang), para pemuda yang sedang menempuh pendidikannya di Jepang melakukan demo angklung. PPIJ yang dipimpin oleh calon ahli robot, Rodiyan Gibran, menarik banyak pengunjung untuk menggoyangkan angklung. Sebagian mereka merasa takjub. Angklung alat musik yang nampak begitu sederhana ini ternyata menjadi musik indah ketika digoyang bersama banyak orang. Meski banyak yang pertama kali memainkan angklung, sebagian dari mereka agak takjub karena lagu Furusato berhasil dimainkan bersama. Kami semua lebih takjub ketika seorang pimpinan kelompok angklung datang ke stand kami dan memimpin permainan angklung. Dalam hitungan menit, kelompok angklung dengan anggota yang tidak saling kenal berhasil menghasilkan lagu Do Re Mi dari the Sound of Music!
Pada hari kedua di hari Minggu, pertunjukan peragaan busana batik pun tidak kalah mengundang decakan kagum para pengunjung. Para peraga busana, sebagian besar adalah ibu-ibu muda cantik yang lama tinggal di Tokyo, meski bukan model profesional dengan anggunnya melangkah dengan elegan di panggung. Bahkan Ari Tulang sang koreografer pun mengakui mereka punya bakat yang cukup tinggi dalam melenggang di panggung meski ada yang baru pertama kali memeragakan busana. Meski latihan hanya dalam jangka waktu dua hari dan dengan deraan udara panas Tokyo, peragaan busana ini cukup menyedot perhatian pengunjung.
Meski masih banyak yang ingin menikmati suasana akrab dan “sangat Indonesia” di wilayah elit di Tokyo ini, namun acara pesta ini harus usai. Harus diakui meski tidak ada gading yang tak retak, acara ini berakhir dengan aman dan sesuai rencana. Para diplomat Indonesia yang ditempatkan di Tokyo yang bekerja keras selama berhari-hari akhirnya berhasil menuai hasilnya.
[caption id="attachment_198369" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Dubes di antara kerumunan pengunjung dan penonton di panggung utama"]
Pertunjukan terakhir di panggung ditutup oleh band Kotak dengan menyanyikan lagu-lagu bertemakan nasionalisme seperti Kebyar-Kebyar yang dipopulerkan Gombloh dan Indonesia Pusaka yang diciptakan olehIsmail Marzuki. Bahkan pak Dubes dan ibu Dubes juga ikut menyanyikan lagu ini bersama-sama pengunjung di atas panggung, “Sampai jumpa di acara yang sama tahun depan!” teriak sang dubes.
Usai acara, ibu dubes yang wajahnya mirip dengan Penelope Cruz dan Angela Aki, penyanyi cantik asal Jepang, ini kemudian foto bersama anggota band Kotak, Chua dan Tantri, yang sebelumnya berteriak, “Aduh ibu dubes cantik sekali!”
[caption id="attachment_198367" align="aligncenter" width="300" caption="Bu Dubes Cantik sekali....kata Tantri"]
Mungkin di antara penonton depan panggung juga berpikiran sama. Mungkin penonton berpikir ada Angela Aki atau Penelope Cruz yang bisa menyanyikan Indonesia Pusaka. Ah, bukannya memang Indonesia cantik dan berwarna-warni...
Tokyo, 11 September 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H