Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bergantung pada manusia lain. Hal ini dikarenakan manusia diciptakan dengan kemampuan untuk berelasi. Â Untuk melakukan tindakan relasi, manusia membutuhkan suatu alat komunikasi. Salah satu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berelasi adalah bahasa. Menurut Chaer (2009,1) bahasa digolongkan dalam komunikasi verbal dengan suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Arbriter adalah sifat tidak tetap dari bahasa atau tidak adanya hubungan tetap antara lambang bahasa denagn konsep atau rujukan.
Sifaf arbritrer dari bahasa ini yang menyebabkan tidak adanya kepastian makna dari setiap lambang bahasa. Setiap lambang bahasa atau yang disebut leksem memiliki makna atau rujukan tersendiri bergantung pada konsep masing-masing. Hal ini mendorong para ahli lingiustik untuk menciptakan sebuah cabang ilmu linguistik yang khusus membahas mengenai makna. Cabangnilmu linguistik ini yang kita kenal sebagai semantik. Lewat semantik makna stiap leksem dapat ditemukan.
 Kata semantik sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu "sema" yang berarti tanda atau lambang. Chaer (2009, 3) mengatakan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna atau arti yang sepadan dengan ilmu bahasa yaitu fonologi dan gramatika. Walaupun mengkaji mengenai mengenai makna atau arti dari lambang, semantik memiliki batasan dalam memberi makna.  Semantik hanya sebatas pemberian makna terhadap lambang bahasa dan tidak lebih daripada itu. Semantik tidak mengkaji mengenai lambang-lambang diluar lambang bahasa seperti bahasa warna, bahasa bunga, dan bahasa perangko (Chaer, 2009). Semantik hanya mencakup lambang bahasa yang dapat diakidahkan. Lambang bahasa yang dapat dikaidahkan yang dimaksud disini adalah lambang bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Sansekerta dan lain-lain. Sehingga jenis bahasa seperti bahasa kalbu, bahasa roh, dan sejenisnya tidak dapat dikaji dalam semantik karena tidak termasuk dalam bahasa yang dapat dikaidahakan atau bahasa yang memiliki aturannya.
Semantik memiliki peran penting dalam menemukan makna yang benar terhadap suatu lambang bahasa. Semantik membantu melihat makna sesuai dengan pandangan hidup dan sikap kelompok masyarakat terhadap sebuah lambang bahasa. Adanya semantik mencerminkan bahwa kearbriteran membutuhkan sebuah ilmu yang mengatur tentang kesatuan maknanya. Semantik juga membuktikan bahwa kesatuan makna sangat dibutuhkan untuk tetap menjaga agar tidak terjadinya kesalahpahaman makna.
Referensi
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H