Mohon tunggu...
John Kanath
John Kanath Mohon Tunggu... -

sangat cinta Papua

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

1 Desember, Hari "OPM Belum Bisa Move On"

24 November 2014   21:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:58 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14168125281491332275

[caption id="attachment_377766" align="aligncenter" width="287" caption="Nicolas Jouwe mencium tanah saat kembali ke Papua, sumber: http://papuastory.wordpress.com/2010/01/15/nicholas-jouwe-86-accepts-indonesian-rule-in-west-papua/"][/caption]

1 Desember 1961, sebuah hari yang sampai saat ini diagung-agungkan oleh sebagian orang Papua sebagai hari kemerdekaan Papua Barat, tapi benarkah demikian?

Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 menjadi titik baru bagi bangsa Indonesia. Proklamasi yang diakui oleh dunia internasional tersebut telah memerdekakan seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda (Sabang-Merauke). Namun Belanda sebagai negara yang menjajah wilayah Hindia Belanda tidak rela untuk melepaskan salah satu wilayah jajahannya, yaitu Papua. Perjanjian demi perjanjian telah dilakukan untuk merebut wilayah Papua dari tangan kolonial Belanda, namun selalu diingkari Belanda. Karena desakan dari Indonesia yang didukung oleh negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, akhirnya Belanda mulai bersikap lain. Dia sadar cepat atau lambat Papua akan kembali kepada NKRI, oleh sebab itu Belanda menyiapkan rencana liciknya. Belanda membujuk beberapa pemuda Papua, termasuk Nicolas Jouwe untuk mendirikan sebuah organisasi untuk melawan kembalinya Papua ke NKRI. Belanda menjanjikan bahwa dirinya akan dijadikan Presiden apabila Papua menjadi negara sendiri. Organisasi yang dimaksud adalah Organisasi Papua Merdeka, dengan bendera Bintang Kejora dan lagu kebangsaan Hai Tanahku Papua.

Sejarah telah menuliskan bahwa tanggal 1 Mei 1963 menjadi hari kembalinya Papua ke NKRI. Diikuti dengan pelaksanaan Pepera yang menegaskan keinginan seluruh elemen masyarakat Papua untuk menjadi bagian dari NKRI dan disahkan oleh PBB melalui resolusi 2505, serta diakui oleh sebagian besar negara di dunia. Namun keberadaan Papua sebagai bagian dari NKRI tidaklah berjalan mulus. Banyak kerikil yang menguji kedaulatan NKRI dalam kaitannya dengan Papua. OPM yang sudah terlanjur berdiri dan memiliki pengikut loyal seperti tidak mengakui apa yang sudah digariskan oleh sejarah yang benar. Mereka tetap bersikeras bahwa Papua harus merdeka dan lepas dari NKRI. Ulah Papua yang telah membentuk OPM ibarat meletakkan sebuah bom waktu bagi Indonesia yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Sudah 69 tahun merdeka (termasuk merdekanya Papua sebagai bagian dari NKRI), 51 tahun kembalinya Papua ke NKRI dan 45 tahun sejak disahkannya hasil Pepera, namun OPM tetap tidak bisa move on. Bahkan seperti kita ketahui, Sang Pendiri OPM, Nicolas Jouwe pun sudah menyatakan diri kembali ke pangkuan NKRI pada tahun 2009. Dalam bukunya, “Kembali ke Indonesia, Langkah, Pemikiran dan Keinginan”, beliau mengaku menyesal terhadap perbuatannya, "Saya pribadi menilai pelarian saya ke Belanda merupakan pilihan yang patut disesali. Namun kini, saya menyadari bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI”.

Hingga saat ini, OPM terus melakukan “perjuangannya”, baik secara bersenjata maupun politik. Jika kita mau jujur, apa yang dilakukan oleh OPM tersebut hanyalah menghambat pembangunan yang sedang dilakukan di Papua. Aksi bersenjata mereka jelas-jelas mengganggu situasi keamanan dan membuat takut masyarakat. Sementara aksi-aksi politiknya merusak mental para pemuda Papua (pelajar dan mahasiswa) yang sedang belajar menuntut ilmu. Pemuda yang seharusnya disiapkan untuk menjadi generasi pembangunan Papua, justru dirasuki dengan paham-paham anarkis, memberontak dan melawan pemerintah serta janji-janji merdeka.

Sudah selayaknya saat ini seluruh elemen masyarakat Papua untuk memikirkan bagaimana caranya agar Papua bisa maju dan sejajar dengan daerah lain di Indonesia. Para pemuda Papua, baik yang ada di Papua maupun yang sedang menuntut ilmu di luar Papua hendaknya bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Karena sejatinya hanya dengan ilmu pengetahuanlah kalian bisa memajukan Papua. Janganlah terpengaruh dengan paham-paham yang disebarkan oleh OPM sehingga kalian menjadi tidak produktif dan lebih suka berdemo ketimbang belajar. Kembali ke kalimat awal, 1 Desember “BUKANLAH HARI KEMERDEKAAN PAPUA BARAT” dan 1 Desember hanyalah seperti hari-hari biasa. Kalaupun mau memperingati, peringatilah 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun