Mohon tunggu...
Messa Andi Saputra
Messa Andi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku An. Tidak tahu apa yang aku suka, tapi yang paling aku suka adalah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Serial Netflix "First Love": Sebuah Mahakarya Tentang Harapan, Kehilangan, dan Cinta Pertama

17 Desember 2022   15:15 Diperbarui: 17 Desember 2022   16:02 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster serial Netflix "First Love 初恋"  via Instagram @hamadahidekai

Judul: First Love 初恋

Sutradara: Yuri Kanchiku (寒竹ゆり)

Penulis: Yuri Kanchiku (寒竹ゆり)

Pemain: Hikari Mitsushima (満島ひかり), Takeru Satoh (佐藤健), Rikako Yagi (八木莉可子 ), Taisei Kido (木戸大聖 ),   Towa Araki (荒木飛羽), dan Aoi Yamada (山田葵)

Jumlah episode: 9 episode

Durasi: 55 menit

Produksi: Netflix

Serial Netflix First Love 初恋 yang ditulis dan disutradarai oleh Yuri Kanchiku ini merupakan sebuah serial yang terinspirasi dari dua lagu hits karya penyanyi Jepang, Hikaru Utada, yaitu “First Love” (1999) dan “Hatsukoi” (2018). 

Secara harfiah, kedua lagu tersebut mempunyai judul yang sama, akan tetapi keduanya menceritakan mengenai kisah yang berbeda. 

Kisah dari kedua lagu tersebut pun telah disuguhkan menjadi satu kesatuan yang begitu apik, estetik, dan ciamik di dalam serial ini melalui kemampuan akting dari para aktor yang luar biasa, di antaranya tokoh Harumichi Namiki muda dan Yae Noguchi muda yang diperankan oleh Taisei Kido dan Rikako Yagi; dan tokoh Harumichi Namiki dewasa dan Yae Noguchi dewasa yang diperankan oleh Takeru Satoh dan Hikari Mitsushima. 

Singkatnya, serial ini berusaha menampilkan kisah mengenai cinta pertama di masa muda yang lugu, polos, tidak terlupakan, dan menyesakkan, sekaligus menceritakan kisah tentang cinta pertama setelah dewasa yang rumit.

Sepanjang cerita berjalan dari episode pertama hingga episode sembilan, sutradara secara konsisten menghadirkan cerita dengan menggunakan alur maju-mundur pada setiap episodenya. 

Cerita yang dihadirkan melalui alur maju-mundur itu berhasil memberikan nuansa yang beragam-ragam sebab penonton akan benar-benar merasakan seperti sedang diajak berpetualang menyusuri ruang dan waktu mengikuti perjalanan romansa Harumichi dan Yae yang menyenangkan, mengharukan, dan bahkan menyesakkan. 

Dengan memanfaatkan alur maju-mundur yang digunakannya, sutradara pun dalam proses membuat adegan terkadang nampak dengan sengaja menunjukkan kemiripan antara dua kejadian atau peristiwa, yaitu kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan masa kini atau dapat dikatakan sutradara memang sedang bermaksud menyisipkan sensasi deja vu di dalam cerita. 

Timbulnya sensasi tersebut kemudian seperti menunjukkan atmosfer yang begitu mendalam di antara hubungan Harumichi dan Yae. Secara tidak langsung pun seakan-akan membuktikan bahwa hubungan di antara keduanya bukanlah hanya semacam kebetulan belaka, melainkan hubungan antara Harumichi dan Yae memanglah takdir yang telah dituliskan.

Tidak dipungkiri, berjalannya sebuah alur cerita tidak dapat berjalan dengan begitu baik apabila tidak diimbangi dengan kemampuan berakting yang mumpuni dari para aktris dan aktor yang berperan di dalamnya. 

Serial ini pun membuktikan pernyataan tersebut sebab seluruh aktor yang terlibat di dalam serial First Love 初恋 ini begitu cakap dan andal dalam memerankan peran cerita mereka masing-masing. 

Dilihat dari segi kemampuan teknik akting mereka, seperti gestur tubuh, mimik wajah, dan pelafalan ucapan, dapat dikatakan sudah mendekati sempurna.

 Para aktor begitu cerdas dalam mengolah setiap kemampuan teknik akting mereka sehingga seluruh emosi yang berusaha disampaikan pun dapat tersampaikan dengan begitu jelas kepada penonton. 

Dengan begitu keterikatan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya akan terlihat terjalin begitu erat dan kuat, sehingga hal tersebut akan memudahkan timbulnya rasa empati penonton kepada setiap tokoh yang ada di dalam serial ini. 

Kemampuan berakting para aktor yang menakjubkan tersebut dapat terlihat sangat nyata dan alami di beberapa adegan yang menampilkan momen-momen klimaks, salah satu contohnya seperti ketika Yae harus berpisah dengan Tsuzuru Kosaka, sang anak, karena hak asuhnya harus berpindah kepada Kojin, ayah dari Tsuzuru. 

Sebagai seorang aktris yang telah lama berkecimpung di dunia perfilman dan sudah banyak membintangi pelbagai peran, Hikari Mitsushima pun sangat kuat dan totalitas dalam mengekspresikan perasaan Yae sebagai seorang ibu yang harus berusaha tetap tegar, walaupun pada saat itu hatinya belum sepenuhnya siap untuk merelakan kepergian Tsuzuru, sekalipun Yae telah diberi keleluasaan untuk bertemu dengan Tsuzuru kapan saja. 

Adegan tersebut pun menjadi salah satu dari banyaknya adegan yang benar-benar sangat membekas di dalam ingatan dan hati. Dengan begitu, dari penampilan-penampilan terbaik yang sudah ditunjukkan oleh para aktor dalam serial ini pun sangatlah berkontribusi dalam menciptakan adegan-adegan yang ikonik dan juga memorable.

Saat kemampuan berakting dari para pemeran sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, satu hal lain yang juga layak mendapat perhatian sekaligus apresiasi, yaitu pemilihan latar tempat yang digunakan dalam serial First Love 初恋 ini. 

Selama menonton, kedua mata penonton dapat dipastikan tidak hanya akan dimanjakan dengan visual wajah dari para pemeran yang hampir tidak terdapat cela sedikitpun, melainkan banyak adegan dalam serial ini yang diambil di tempat-tempat yang sangat indah yang akan membuat siapa saja berdecak kagum berulang-ulang kali setiap melihatnya. 

Beberapa latar tempat yang kehadirannya menambah nilai estetika dari serial ini, di antaranya seperti ketika adegan Harumichi dan Yae pergi ke pantai di saat musim dingin. 

Terlihat perpaduan antara putih salju dan birunya air laut itu membentuk perpaduan yang menakjubkan — terlihat sangat-sangat cantik. 

Keindahan pemandangan alam terus-menerus ditampilkan oleh sutradara di adegan lainnya, yaitu adegan saat Harumichi dan Yae berada di suatu padang rumput yang terdapat sebuah pohon Lilac yang sedang berbunga. 

Sungguh, kehadiran pemandangan yang mempesona tersebut pun  menjadi salah satu aspek yang sangat berkontribusi dalam memperkuat chemistry di antara Harumichi dan Yae yang sebenarnya telah diperankan dengan begitu menawan oleh Taisei Kido dan Rikako Yagi.  

Keberhasilan serial Netflix First Love 初恋 dalam menghadirkan kisah mengenai cinta pertama yang begitu menyentuh hati ini tidak hanya karena kontribusi dari aspek-aspek yang hadir di depan layar saja, melainkan banyak orang di balik layar yang juga turut berusaha keras dalam menyukseskan serial ini, sehingga pada minggu kedua sejak penayangan perdananya telah berhasil menduduki peringkat ke-5 secara global sebagai serial TV non-bahasa Inggris yang paling banyak ditonton di Netflix. 

Perlu diingat sekali lagi bahwa serial ini mendulang prestasi terbaik juga karena adanya keterlibatan orang-orang di balik layar. Kehadiran mereka sama krusialnya dengan orang-orang yang berada di depan layar. 

Merekalah orang-orang yang memperhatikan mengenai masalah-masalah teknis, seperti bagaimana seharusnya pengambilan gambar itu dilakukan agar terlihat hidup; bagaimana riasan dan pakaian yang sebaiknya dipakai oleh para aktor; dan bagaimana penyuntingan gambar dilaksanakan agar cerita tidak bertele-tele dan hasil gambar tetap enak dipandang. 

Secara umum, orang-orang di balik layar itu, di antaranya adalah seorang sinematografer, penata rias dan busana, dan editor. Ketika dilihat bentuk final dari serial ini yang sudah dapat disaksikan melalui platform streaming Netflix, maka dapat dikatakan bahwa orang-orang di balik layar dari serial ini bisa diakui memiliki kecakapan yang luar biasa di bidangnya masing-masing.

Sinematografi yang disuguhkan di dalam serial Netflix First Love 初恋  ini sungguh sangat elok dan sama sekali tidak terlihat “kecanggungan atau kekakuan” pada setiap adegan-adegan yang direkam. 

Dari sini pun dapat diketahui bahwa sang sinematografer benar-benar terlihat sangat totalitas dalam mengeluarkan seluruh potensinya, sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi apabila ketika menyaksikan serial ini dari episode satu hingga episode sembilan akan senantiasa dibuat terkagum-kagum dengan setiap adegan yang diambil dengan menggunakan berbagai macam variasi camera shot,  yaitu wide shot, medium shot, close up, dan lain sebagainya. 

Di antara ketiga variasi camera shot yang digunakan oleh sinematografer, ada satu variasi camera shot yang benar-benar membuat terkesan dan sangat berciri khas di dalam serial ini, yaitu wide shot. Wide shot ini digunakan pada setiap adegan-adegan yang berlangsung di latar tempat yang luas. 

Digunakannya variasi camera shot tersebut membuat pemandangan dan adegan yang sedang berjalan pun dapat tertangkap secara keseluruhan dengan begitu baik dan sempurna. 

Kedua objek yang tertangkap oleh kamera wide shot biasanya akan menciptakan kesan yang kuat dan juga akan memberi kesan seperti seolah-olah sedang menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan di antara dua objek tersebut, seperti adegan ketika Yae sedang berlari sendirian di sebuah jalan yang di kanan-kirinya terdapat banyak bebatuan yang ditutupi salju.

 Momen tersebut pun terlihat begitu dramatis dan juga indah karena keterampilan dari sinematografer yang memilih menggunakan kamera wide shot sekaligus memadukannya dengan menggunakan angle bird eye, sehingga membuat Yae yang sedang berlari nampak begitu kecil, sedangkan sebagai gantinya sebuah jalan pun nampak terlihat begitu panjang dan juga membuat hamparan bebatuan yang ditutupi salju menjadi terlihat semakin luas. 

Dapat dipahami bahwa seluruh objek-objek yang tertangkap oleh kamera wide shot tersebut seolah sedang memperlihatkan bagaimana perjuangan Yae yang begitu keras dalam menemukan keberadaan Harumichi, sang cinta pertama, yang telah kembali di dalam ingatannya, sekalipun Harumichi di tempat yang sangat jauh dari keberadaannya.

Tiada henti-hentinya mulut ini memuji serial garapan dari sutradara Yuri Kanchiku ini sebab  memang seperti tidak ada celah sedikitpun untuk tidak menyukainya. 

Lagi-lagi serial ini membuat terkesan pada aspek lainnya, yaitu pada aspek tata rias dan juga tata busana. Walaupun tidak mengetahui secara mendalam mengenai tata rias maupun tata busana, tapi sungguh sebagai orang awam, melihat dan menilai riasan dan busana yang digunakan oleh para aktor di serial ini mempunyai daya tarik tersendiri. 

Riasan yang digunakan sangat natural dan sangat cocok dengan kontur wajah dari setiap pemeran serta riasan juga selalu disesuaikan dengan nuansa yang sedang dibangun di masing-masing adegan. 

Selain itu, busana yang dipilih oleh sang penata busana pun selalu terlihat cocok dan matching dengan setiap karakter. Apabila diperhatikan di beberapa adegan, penata busana terkadang memilih busana dengan warna-warna yang cukup cerah, seperti busana yang dikenakan oleh seluruh keluarga Harumichi.  

Seluruh keluarga Harumichi di dalam serial ini diperlihatkan selalu seragam dalam mengenakan pakaian, yaitu dengan menggunakan warna-warna cerah di berbagai acara. 

Tentu bukan tanpa alasan mengapa keluarga Harumichi selalu memakai pakaian dengan warna yang sama dan setiap warna pada busana yang mereka kenakan memiliki maksud tertentu. 

Pakaian dengan warna yang sama itu secara implisit sedang memperlihatkan bahwa hubungan keluarga Harumichi itu begitu dekat dan erat serta warna-warna pada busana mereka, seperti salah satu contohnya warna merah, menunjukkan perasaan mereka yang sedang berbahagia sebab di beberapa adegan diperlihatkan keluarga Harumichi selalu mengenakan busana berwarna merah pada waktu merayakan sesuatu yang membahagiakan, seperti saat acara makan bersama ketika Yae berkunjung ke rumah Harumichi. 

 Hal tersebut pun menjadi salah satu keunikan dari serial ini dan menunjukkan bahwa penata busana sangat piawai dalam memadukan dan memadankan busana yang dikenakan oleh keluarga Harumichi, sehingga busana yang dikenakan tidak terlihat berlebihan atau terkesan norak, melainkan justru keluarga Harumichi yang selalu mengenakan busana dengan warna yang sama itu menjadi salah satu ikon di serial First Love 初恋  ini.

Terdapat satu aspek penting lainnya lagi dalam serial ini yang patut diacungi jempol adalah aspek penyuntingan gambar. 

Seperti yang diketahui bahwa serial First Love 初恋  ini dalam pengembangan  ceritanya menggunakan alur maju-mundur, sehingga tidak dipungkiri dalam menyusun adegan diperlukan kecermatan yang lebih agar alur cerita yang akan disuguhkan tetap terjalin dengan sebagaimana mestinya dan juga tidak membingungkan penonton. 

Sang editor pun berhasil membuktikan kualitasnya melalui serial drama ini dengan menunjukkan kelihaiannya dalam merajut adegan demi adegan dengan begitu rapi. 

Dengan begitu antara satu adegan dengan adegan lainnya pun akan terlihat saling terhubung satu sama lain. Editor juga tidak jarang menggabungkan atau menyatukan dua adegan antara masa lalu dengan masa kini yang memiliki kejadian yang serupa, contohnya adegan ketika Yae dewasa sedang bercermin dengan mengenakan pakaian berwarna biru tua hadiah dari sang anak dan kemudian dia pun berputar. 

Saat memutar tubuhnya, adegan pun berubah dengan menunjukkan Yae muda yang juga sedang bercermin dengan menggunakan pakaian berwarna biru  muda. 

Secara tidak langsung dengan gaya penyuntingan gambar demikian seakan menunjukkan bahwa kejadian di masa lalu memiliki kaitan yang erat dengan kejadian di masa sekarang. 

Dilihat dari aspek-aspek yang berkontribusi dalam serial First Love 初恋  ini telah dikembangkan dengan begitu baik dan bahkan dapat dikatakan hampir mendekati sempurna, akan tetapi serial ini tidak disangkal bahwa paling tidak terdapat satu kekurangan di dalamnya. 

Mungkin, satu kekurangan ini cukup subjektif dan bisa juga terbilang cukup sepele, tapi tidak bisa dibohongi jika satu hal ini cukup membuat ganjalan di hati. K

ekurangan itu adalah aktris yang memerankan tokoh Noguchi Yae. Bukan. Bukan karena paras mereka, melainkan karena pemeran antara Yae muda dengan Yae dewasa sesungguhnya memiliki tinggi yang cukup berbeda, sehingga agak terlihat tidak masuk akal ketika Yae muda jauh lebih tinggi dibandingkan Yae dewasa. 

Namun, kekurangan tersebut bisa sedikit dimaklumi karena kemampuan akting keduanya sangat luar biasa, maka kekurangan itu pun bisa sedikit tidak dihiraukan keberadaannya. 

Secara keseluruhan, serial First Love 初恋  ini dapat dikatakan merupakan sebuah mahakarya di tahun 2022 ini. Keharmonisan yang terjalin dari tiap-tiap aspek di serial ini pun benar-benar telah berhasil menghidupkan cerita mengenai kisah cinta pertama.

 Selain itu, dua lagu Hikaru Utada yang menjadi inspirasi sekaligus latar musik dalam serial ini turut memberikan nuansa nostalgia yang mengharukan. Maka dari itu, serial ini layak masuk ke dalam daftar serial drama yang harus ditonton paling tidak sekali dalam seumur hidup. 

Serial drama Netflix First Love 初恋  telah tayang perdana pada tanggal 24 November 2022 dan sudah bisa ditonton seluruh episodenya di platform streaming Netflix. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun