Mohon tunggu...
M. Edy Sunarto
M. Edy Sunarto Mohon Tunggu... profesional -

Jawa asli, masa kecil & sekolah di Jawa Timur. Be cheerful. edysmartpro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mawar Merah Darah

30 Januari 2016   21:16 Diperbarui: 30 Januari 2016   21:48 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Barusan membaca guratan pena eh, kok kuno ya, di jaman sudah ada komputer tak melulu hanya piawai disuruh bantu-bantu berhitung, tapi dengan peranti lunak word processor karya Kesetiaan Seekor Merpati terbit dari ujung-ujung jemari kompasianer Beni Guntarman.  

Nah menyebut merpati yang tak perlu kita sebut adakah dia merpati pos kepunyaan Beni tersebut di atas, atau merpati aduan yang biasa dipasangi peluit pada ekornya, Andrie Wongso yang motivator itu penulis ingat juga memakai hewan itu dalam satu sesi programnya.

Sang motivator ini punya pembeda antara lain dengan tagline khas dia "Luar Biasa!" Dari berselancaran di internet 3 hari lewat, tersua salah satu bahan jadi motivasinya. Seketika seusai menangkap substansinya penulis jadi tercekat. Kenapa gerangan?

Tanpa hendak menisbikan nasehat yang motivator ingin cerminkan di situ, penulis terus terangnya merasakan ada sesuatu yang sedikit mengganggu. Celakanya jika dipikir dengan baik, yang sedikit itu adalah amat logis sifatnya.

Yuk pembaca, pertama-tama sama-sama kita runut versi terpoles dongengnya yang berikut ini. Setelahnya, disusulkan logika yang ditabrak demi alasan unsur elok dan indahnya pengandaian!

***

Seekor burung jatuh cinta pada mawar putih. Burung pun berusaha mengungkapkan perasaannya. 

Tapi mawar putih berkata, “Aku tidak akan pernah mencintaimu.”

Tapi burung tak pernah menyerah, setiap hari burung datang untuk menemui mawar putih sang tambatan hati.

Akhirnya mawar putih berkata, ”Aku akan mencintaimu, jika kau dapat merubahku menjadi mawar merah!” 

Dan suatu hari burung datang kembali, dia memotong sayap–sayapnya dan menebarkan darahnya kepada mawar putih, hingga mawar putih berubah menjadi merah.

Akhirnya mawar merah sadar kini, betapa besarnya si burung mencintai dirinya. Sayangnya semua sudah terlambat, karena burung tak mungkin akan kembali lagi ke dunia. Menjumpainya.

Dia pergi untuk selama-lamanya. Mawar merah pun menyesal, walau penyesalan itu tak berarti lagi. Yang pergi tak mungkin kembali lagi.

***

Kadang kita baru sadar tentang arti cinta sejati, setelah orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita.

Orang bijak bilang:

Menikahi orang yang kita cintai itu adalah hal biasa. Yang luar biasa yakni mencintai orang yang kita nikahi.

Maka dari itu, sekarang berjanjilah untuk menjaga orang yang kita cintai. Dan hari ini cukup indah untuk mengatakan cinta kita kepadanya. Bukan begitu?!

Menikah adalah sesuatu yang mudah, tapi menjaga pernikahan agar langgeng serta tetap selalu utuh, itulah perjuangan yang sebenarnya.

Janganlah mencintai dan mencari apalagi menuntut kesempurnaan, lantaran semua tahu bahwa kesempurnaan sama sekali tidak bersalah, tetapi bagaimana kita tukar dengan kesediaan. Buat lebih..."mencintai

ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna."

*** 

Yang membingungkan dari kisah burung dan mawar putih di atas adalah, ANDAI SAJA kisahnya digubah ulang agar happy ending. 

Kedua tokoh taruh kata siap nikah kini, lho lantas yang jadi NAIB/ROMO/PENDETA iku njuk sopo? 

Judheg maneh!!!

-----oo0O0oo----

 

Rujukan:

1. Viky Taufik, Kisah Romantis, Cinta Burung Pipit Dan Mawar Putih, 25 Juli 2011

http://vikytaufik.blogspot.co.id/2011/07/cinta-burung-pipir-dan-mawar-putih.html?m=1

2. Ayundhita Lintang Sukmaningrum, ‎Cerita Harian, Kisah Merpati & Mawar Putih, 23 November 2012

https://m.facebook.com/CeritaHarian/posts/493797623976751

3. Andrie Wongso, Mencintai Ketidaksempurnaan, 1 Juni 2013

http://www.andriewongso.com/articles/details/10613/Mencintai-Ketidaksempurnaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun