Mohon tunggu...
M. Edy Sunarto
M. Edy Sunarto Mohon Tunggu... profesional -

Jawa asli, masa kecil & sekolah di Jawa Timur. Be cheerful. edysmartpro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyikapi Cerminan Hidup

27 November 2015   18:09 Diperbarui: 28 November 2015   10:12 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="FAUNA 20151127 1000 Cerminan diri 640_finahathawaydotblogspotdotcodotid"][/caption]

Menyikapi Cerminan Hidup

 

Buah pikir hebat seseorang yang agaknya sudah menjadi viral di dunia maya disalin via kiriman sam SaifulS_ubtm79_25/11 di bawah ini tidak dimaksudkan penulis lalu berhenti sekedar sampai mengangkatnya kembali di sini saja. Begitu saja? Ya tidak. Silakan mari disimak.
Adalah menurut sahibul hikayat seekor kucing kecil yang selalu bermuka muram sedang berjalan-jalan sambil merengut. Tiba-tiba ia tertarik untuk masuk ke suatu rumah yang pintunya terbuka. Ia tidak tahu bahwa di dalam rumah itu terpasang 1.000 cermin.

Begitu kucing tersebut masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya ia... Ternyata ada 1.000 kucing dengan ekspresi terkejut memandang ke arahnya! Karena merasa terancam, ia pun MENYALAK ke arah 1.000 kucing tersebut. Rupanya salakan tersebut dibalas dengan salakan juga oleh 1.000 kucing yang tidak lain adalah pantulan dirinya sendiri pada 1.000 buah cermin. Karena takut, kucing kecil itu pun bersicepat lari ke luar dari rumah tersebut.

Hati kecilnya berkata, "Rumah ini sungguh mengerikan!!!!"

Tidak berapa lama, seekor kucing yang berhati riang juga sedang berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Kucing ini juga melihat rumah 1.000 cermin yang pintunya terbuka, dan sambil tersenyum kecil ia pun mengendap masuk.
Betapa senang hatinya, begitu masuk, ia lihat ada 1.000 kucing yang juga tengah tersenyum kecil menyambut dirinya! Ia pun mengibas-ngibaskan ekornya dan dengan riang melompat. Rupanya, 1.000 kucing di hadapannya juga ikut-ikutan mengibaskan ekornya dan melompat.

Dalam hatinya ia berkata, "Luar biasa... Rumah ini menyenangkan sekali...!!!"

😻 😻 😻

Sebenarnya kehidupan ini adalah rumah 1.000 cermin tersebut. Hidup hanya mencerminkan apa yang ada pada diri kita sendiri. Ketika berpikir bahwa kehidupan itu sulit, susah, maka mereka bersekongkol, orang jahat menjadi banyak, mereka akan menghancurkan kita ....

Berhentilah murung, cemberut, sering menuntut, mengeluh dan "MENYALAK" atas hal-hal di sekitar diri. Sebaliknya, berusahalah memerbaiki diri sendiri. Benahi mental, sikap, bagaimana cara bertutur, berpikir positif, bersyukur dan selalu menebar kebaikan. Dan lalu rasakanlah sensasi rumah 1.000 cermin yang luar biasa dahsyatnya tatkala bibir dengan bingkai wajah yang berseri ini ketika menyunggingkan senyuman.

SELAMAT MENCOBA.....
Tetap semangat, berusaha menjadi lebih baik dalam tutur kata, pemikiran & perbuatan yang bermanfaat.
Semoga bermanfaat.

Bertolak dari pemikiran hebat di atas itulah bahkan penulis akan memaparkan hal-hal yang menggelitik. Menggelitiknya itu entah di kalbu, atau di pikiran barangkali tepatnya berada. Karena penulis sendiri sungguh meyakini bahwa di tempat-tempat yang Allah SWT ciptakan banyak syaraf gelinya bertebaran di bagian tubuh itu justru tidak sedang ada yang menyentuh.
Oleh karena itu, mari sama-sama saja kita pahamkan sobat. Tentang yang di atas itu. Dan dipadukan dengan yang menyusul penulis guratkan berikut ini.

Dimulai dengan satu pertanyaan yang jika dibilang usil, iseng dan amat sederhana juga tidak mengapa. Yaitu, kenapa dalam paparan di atas kucing diambil sebagai tokoh utama ya? Itulah tanggapan mula penulis begitu terbaca ajaibnya kucing di kisah itu karena bisa 'MENYALAK' di dalam rumah bercermin 1.000 buah. Ternyata seorang karib sudah menyimpan kemengertiannya perihal ketidak-padanan tersebut. Ditawarkannya hewan pengganti yang dalam dunia nyata sama-sama tidak pintarnya menyalak.

Sam Budaya nyeletuk: "Kenapa kucing ya? Coba diganti monyet."
Dan disahuti sam Purwoko: "Koq monyet, kenapa nggak singa?"

Maka penulis tergelitik untuk meneruskan dengan mengguratkan:
Lingkaran Mahluk Pilihan Harini. Kucing menyalak, singa mencicit, monyet menggonggong, sam Ipul (panggilan untuk SaifulS di atas) yang gantian mengeong. Dan ternyata sam Bud sudah siap sedia dengan jawab atas pertanyaannya sendiri yang terlihat dari tangkasnya menuliskan ini.

Budaya: "Jawabnya adalah disebabkan ngrasani (atau membicarakan di belakang tanpa setahu) monyet lebih seru daripada kucing, singa atau bahkan orang sekali pun. Perhatikan pembuktiannya dari dialog ringkas padat berikut ini."

----------

Pul: "Dul, loe tau gak orang yang barusan lewat?"
Dul: "Tau lah. Emang kenapa?"
Pul: "Belagu amat sih tuh orang."

Nah, dari dialog itu, coba gantikan 2 buah kata "orang" dengan monyet, kucing atau singa. Mana sekiranya menurut perasaan pembaca sendiri yang menjadikan dialog singkat di atas LEBIH SERU?
Penulis lebih bersepakat dengan sam Bud untuk memilih monyet sehingga sesudah penggantian terbentuk satu kalimat tanya asyik yang begini ini.

----------

Pul: "Dul, loe tau gak MONYET yang barusan lewat?"

 

Monyet yang dimaksud dalam VIDEO ini memang sungguh lucu. Simaklah sendiri.

 

HAHAHAHAHA

---oo0O0oo---

Jakarta, 20151127

Tabik dan salam EDUMORana

 

 

Ttd & stempel resmi

Departemen Entah Apa Enaknya

Terima kasih atas ide ceritanya kepada sam-sam yang disebutkan namanya di dalam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun