Jaman sudah bergeser era pun berganti. Menjalin komunikasi di masa lalu dengan relasi, kerabat, sejawat sampai si doi, kita mengandalkan PSTN. Butuh menelpon di rumah gak punya, apa akal? Pergilah kita ke wartel atau telpon koin plus menyusul kemudian telpon kartu.Â
Sejak ponsel hadir, dominasi telkom dan indosat pun bubar. Berbareng dengan itu, mimpi indah bahagia mengisi pundi-pundi pemasukannya pun ambyar.
Nah, kisah ini tentu saja termutakhirkan seturut ponsel sudah kian beranjak berciri mengusung kemampuan 4G dengan kian banyak saja perangkat lunak ditanamkan pada perangkat telpon pintar.
Dengan ponselnya Ucok menghubungi nomor Tigor, salah seorang temannya, tak juga kunjung bersambung. Entah dianya sibuk, habis batere, atau tertinggal ponsel di mana gitu, maka upaya kedua ditempuh oleh si Ucok. Kirim sms aja.
Pertama dia coba kirim sms membawakan pesan:
Bro, kau ada dimana?
(Ternyata tidak ada balasan.)
Menyusul Ucok kirimkan pesan kedua:
Bro, kok gak dibalas?
(Juga tidak berbalas.)
Â
Lantas pengiriman pesan kali ketiga:
Bro, kau marah ke aku ya?Â
(Sial, tetap tidak ada balasan.)
Maka diberangkatkanlah pesan keempat:
Bang Tigor, kalo kau marah ke aku bilang donk. Asal tau, sedari pagi aku nelpon boro-boro dijawab, diangkat juga enggak. Aku sms pun gak dibalas! Gimana sih mau kau? Aku cuma MAU KASIH TAU, HP KAU TERTINGGAL DI RUMAHKU, dari tadi bunyi-bunyi trus tuh. Kelakuan kau macam orang penting saja, bah!
-----oo0O0oo-----
Â
Tabik dan salam TEMORana
Ttd & stempel resmi
Departemen Riset dan Teknologi Terapan
Ide cerita: Haikal H, fornalis, 2/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H