Mohon tunggu...
Mesiyarti Manar
Mesiyarti Manar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Indonesian-based linguistics researcher who passionate in fashion design and traveling

Hey! I'm Meysi. I am Indonesian-based linguistics researcher. Currently, I am doing my research on endangered languages in Indonesia. I am passionate to fashion design and traveling. My travels taken me to around the Asia and beyond. The most thing that I concerned is becoming mother of two sons. They are my everyday inspiration to achieve the world. Well, welcome to my homepage!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Memiles, Sebuah Akhir yang Tragis

8 Februari 2020   20:18 Diperbarui: 8 Februari 2020   22:53 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika menyebut nama Memiles akhir-akhir ini pasti orang akan mengenalnya sebagai investasi bodong karena wara wiri di media sosial beritanya. Belum lagi berita penangkapan tersangka dan para artis yang terlibat menjadikan berita Memiles bulan-bulanan di stasiun TV. Namun, coba menyebut Memiles 3 bulan sebelumnya maka Memiles dianggap dewa penyelamat ditengah susahnya ekonomi msyarakat dan harapan menjadi orang kaya mendadak. Belum lagi membayangkan tatapan tetangga yang iri ketika mendapat hadiah mobil yang mewah. Lalu, bagaimana dengan nasib 270.000 anggotanya. Entahlah pastinya dari bulan Desember 2019, para member ini nasibnya sudah terkatung-katung. Ketika acara pemberian hadiah yang sebelumnya dijadwalkan pada tanggal 19 Desember 2019 dibatalkan sejak itu member dihadapkan banyak kontroversi di whatssap group. Mulai dari pertengkaran suami istri hingga perceraian menjadi ancaman bagi istri yang ikut top up kemudian dana menghilang begitu saja seiring dengan tertangkapnya Kamal Tarachand alias Sanjay. Beberapa curhat yang masuk lewat saya juga kekhawatiran akan hubungan suami istri, keluarga, kolega, pertemanan yang rusak karena aplikasi Memiles ini. Sungguh akhir yang tragis. 

Hmmm...saya kenal Memiles ini bukan baru baru ini tetapi bulan Juli 2019 lewat teman SMA saya yang telah menjadi member lebih lama dari saya. Pertama kali melihat sistem dan cara kerja Memiles saya sudah meragukan darimana manajamen bisa membayar reward yang nilainya fantastis dengan investasi yang ditanamkan. Saya memutuskan menjadi member Memiles bukan karena saya percaya pada perusahaan ini tetapi murni karena teman saya telah menjadi member lebih dulu dan membuktikannya dengan reward yang ia terima. Apa itu Memiles? aplikasi yang menawarkan reward dengan jumlah top up tertentu kepada membernya dengan masa  tertentu pula. Dan top up tersebut tidak bisa digunakan selain untuk memasang iklan. Tapi sayangnya, aplikasi iklan yang ada di aplikasi Memiles bukanlah seperti google adwords ataupun instagram. Pada awal saya top up 300ribu rupiah bulan Juli 2019, kemudian memasang iklan. Saya sangat heran bahwa sebagian besar iklan yang dipasang tidak memenuhi kaidah periklanan layaknya di google adwords ataupun instagram seperti yang biasa saya pasang. Ada iklan bayi, anak-anak, selfie, kata mutiara, makanan yang sedang dimakan, lalu ada iklan sedang liburan. Ketika melihat ini saya bertanya kenapa kok iklannya aneh sekali. Sebagian besar membernya mengatakan bahwa iklan yang dipasang memang asal asalan ajah karena uang tidak bisa digunakan lagi dan mereka top up murni untuk mengharapkan hadiah.

Setelah top up tersebut, jiwa detektif saya mulai muncul, saya ingin membuktikan apakah Memiles ini sejenis investasi ataukah perusahaan periklanan. Lalu saya mulai menyelidiki dari siapa ownernya. Surat yang diunggah di website Memiles saya melihat nama Kamal Tarachand sebagai CEO Memiles. Setelah saya selidiki ternyata residivis pada tahun 2016 dengan kasus yang sama yaitu Investasi Tisu Bodong yang memakan banyak korban termasuk para artis. Wow!! saya shock sekali bahwa top manajemennya ternyata mantan napi. Kabarnya Kamal alias Sanjay hanya menjalani hukuman beberapa bulan saja kemudian bebas. Pada Maret 2019, ia membuat bisnis baru dengan gaya lama menggunakan aplikasi Memiles. Untuk kepentingan marketing Sanjay dibantu oleh F. Suhanda, seorang motivator dan Martini Luisa yang mengaku dokter kecantikan, ternyata hanya seorang akupuntur ketika diselidiki oleh Polda Jatim.

img-20191018-wa0019-5e3eb30d097f3602db1e1483.jpg
img-20191018-wa0019-5e3eb30d097f3602db1e1483.jpg
F. Suhanda sukses melakukan brain wash kepada member baru bahwa Memiles adalah perusahaan periklanan yang bekerjasama dengan google dan mendapat sharing profit dari google atas iklan yang dipasang oleh Member. Kemudian hari, member Memiles membuktikan bahwa google menjawab bahwa tidak ada kerjsama sama sekali dengan pihak Memiles dan google tidak pernah sharing profit atas iklan yang dipasang. Hal yang sangat menganggu dalam manajemen ini adalah bahwa agen/leader/head leader digenjot untuk mencapai omset tertentu. Ketentuan ini sangat mencurigakan bagi saya. Jika pendapatan Memiles ini berasal dari google lalu kenapa omset member sangat digenjot. Dalam 3 bulan terakhir Memiles sukses mencapai omset hingga 760 Milyar karena bonus 10 persen yang didapatkan jika ada member yang masuk. Jika ada yang top up 100 juta makan dipastikan referal/agen/leader mendapatkan 10jt rupiah dalam acara Gebyar bonus yang diadakan oleh Manajemen Memiles.

img-20190926-wa0081-5e3eb2dfd541df7cb2296af2.jpg
img-20190926-wa0081-5e3eb2dfd541df7cb2296af2.jpg
Karena menginginkan kejelasan akan Memiles lalu saya mengirimkan surat kepada OJK tentang status Memiles dan mengapa masih beroperasi jika dianggap investasi ilegal. Pada bulan Mei 2019, OJK sudah merilis bahwa PT Kam & Kam Memiles masuk dalam daftar perusahaan investasi ilegal. Namun, ketika dikonfirmasi kepada F. Suhanda, dia mengatakan bahwa saat ini Memiles sudah tidak lagi masuk dalam investasi ilegal dan bukan pula perusahaan investasi. Bisa dikatakan F. Suhanda sudah melakukan pembohongan publik untuk mengaet member lebih banyak. Alhamdulillah surat saya dijawab oleh OJK yang mengatakan bahwa Memiles PT Kam & Kam adalah perusahaan ilegal dan saat ini sudah ditangani oleh Polda Jatim. Tapi menurut saya sangat terlambat. Perusahaan ini sudah berhasil mengumpulkan dana sebanyak 760 Milyar dengan anggota berjumlah 270.000 orang seluruh Indonesia. Kenapa penindakan tidak dilakukan lebih awal padahal Memiles ini aktif sekali mengadakan pemberian reward dan sering sekali diliput media televisi. Para artis yang turut memeriahkan seperti Judika, Marcello Tahitoe, Mulan Jameela, Pinkan Mambo, dan beberapa artis turut membuat member yakin bahwa perusahaan ini aman. Jika penindakan dilakukan lebih awal sejak perusahaan ini aktif beroperasi maka korban Memiles mungkin tidak sampai puluhan ribu orang.

img-20191017-wa0051-5e3eb66b097f3632fe7c81b2.jpg
img-20191017-wa0051-5e3eb66b097f3632fe7c81b2.jpg
Saat ini kasus Memiles sedang dalam proses penyelidikan dan jelang persidangan. Saya berharap semoga aset sitaan yang berhasil disita oleh Polda Jatim dikembalikan kepada member berapa pun itu jumlahnya. Karena uang tersebut bukanlah kelebihan uang tetapi berasal uang pinjaman, uang yang didapat dari mobil yang digadaikan, rumah yang digadaikan, atau juga uang untuk pengobatan. Mereka berharap mendapatkan lebih namun justru merugi banyak. Dari total omset 750 milyar yang berhasil digalang oleh memiles, polisi hanya berhasil mengumpulkan sebanyak 140 milyar dari beberapa rekening dan barang sitaan. Sebanyak 350 milyar masih menguap entah kemana. Walaupun sudah 6 orang ditetapkan sebagai tersangka uang tersebut belum kemana rimbanya. Polda Jatim membuka pintu seluas luasnya bagi member yang ingin melapor tentang kerugian mereka, namun hal ini menajdi perdebatan antara member pro Memiles dan member pro Polda Jatim. Mereka yang masih ingin Memiles dihidupkan kembali tidak ingin melaporkan dana top up, komisi, dan reward yang sudah diterima. Dari270.000 member yang terdaftar baru sekitar 1000 orang yang memberikan laporan kepada Polda Jatim. Saya menginginkan pengawasan ketat pada kasus serupa pada investasi yang tidak jelas dan tidak berizin untuk segera ditutup oleh pemerintah sebelum korban banyak berjatuhan. Selain itu, OJK mempunya fungsi pengawasan memberikan literasi yang intensif kepada masyarakat tentang investasi yang aman dan legal. Tidak dipungkiri saat ini saya ditawari investasi yang sama hanya beda nama saja. saya hanya ingin mengucapkan good bye. Cukup sekali dan ini memberi pelajaran berharga kepada saya. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun