Mohon tunggu...
Mesa Natadenta
Mesa Natadenta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar di SMAS Kanisius Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi sebagai Urusan Pribadi yang Menjadi Pondasi Bangsa

18 November 2024   20:10 Diperbarui: 18 November 2024   21:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilihan ini tidak mudah, terutama di tengah dunia yang semakin terfragmentasi oleh teknologi dan polarisasi. Namun, saat pribadi-pribadi mampu menghidupi nilai toleransi, mereka menjadi pondasi yang kokoh bagi sebuah masyarakat yang harmonis.

Toleransi pribadi adalah jalan menuju inklusivitas. Para siswa Kolese Kanisius belajar dari yang sebelumnya terlihat inklusif, ternyata terasa terbuka dan nyaman. Tidak banyak para siswa tersebut yang sudah menginjak kakinya ke dalam masjid. Disitulah pemahaman toleransi mendalam dapat didapatkan sebagai suatu bekal masa depan. Dari sana, konektivitas tercipta---jembatan yang menghubungkan yang berbeda menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Dalam konektivitas inilah, rasa saling percaya tumbuh, mencairkan prasangka, dan menggantinya dengan persahabatan.

Menanam Nilai Toleransi

Namun, toleransi tidak serta-merta muncul tanpa upaya. Dalam dunia yang semakin mengutamakan kecepatan dan efisiensi, pendidikan toleransi harus dimulai sejak dini, bukan dengan ceramah kosong, tetapi dengan memberi ruang bagi anak muda untuk mengalami keberagaman secara langsung. Perjumpaan dengan yang berbeda agama adalah permulaan untuk memupuk toleransi di dini hari. 

Tampak nilai keberagaman yang dilakukan oleh 20 siswa Kolese Kanisius dan para santri pondok pesantren Al-Marjan Lebak untuk mewartakan semangat harkat toleransi. Ternyata, sejarah terulang kembali saat para kaum muda dan kaum tua, tanpa memikirkan ras, suku, dan agama mereka, mampu untuk bersatu memerdekakan Indonesia. Seolah terdapat sebuah janji yang dibawakan oleh generasi-generasi penerus bangsa untuk memupukkan nilai toleransi di dalam kehidupan sehari-hari.

Menghidupi Harmoni

Pada akhirnya, toleransi adalah keputusan pribadi yang memiliki dampak kolektif. Ia tidak bisa dipaksakan, tetapi harus dirawat melalui pengalaman dan pemahaman. Dalam keberagaman, harmoni hanya bisa tercipta jika setiap individu memilih untuk menghormati yang lain, tidak peduli betapa asing atau berbeda mereka tampak.

Indonesia, dengan segala keragaman yang dimilikinya, membutuhkan lebih banyak anak muda yang menyadari bahwa toleransi bukan sekadar tuntutan sosial, tetapi pilihan pribadi yang mampu mengubah bangsa. Dengan membangun jaring konektivitas melalui perjumpaan dan interaksi, dengan membuka hati untuk inklusivitas, kita bisa menjadikan toleransi sebagai warisan yang terus hidup dalam jiwa setiap anak bangsa. Toleransi memang urusan pribadi, tetapi dampaknya melampaui batas-batas diri, menyentuh setiap sudut negeri dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun