Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menghadapi Kebijakan Ekonomi dan Lingkungan Donald Trump

1 Februari 2025   13:35 Diperbarui: 2 Februari 2025   18:17 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dalam konferensi pers di Mar-a-Lago Club, Palm Beach, Negara Bagian Florida, Selasa (7/1/2025).(GETTY IMAGES/SCOTT OLSON via AFP)

Pada awal tahun 2025, dunia dikejutkan dengan serangkaian kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Kebijakan ekonomi yang proteksionis dan keputusan mengenai lingkungan yang kontroversial memberi dampak besar tidak hanya bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sumber gambar: https://www.voaindonesia.com/
Sumber gambar: https://www.voaindonesia.com/

Bagi kita, sebagai negara berkembang yang terhubung erat dengan perekonomian global, bagaimana sebaiknya kita menyikapi kebijakan-kebijakan ini?

Kebijakan Ekonomi yang Mengguncang Perdagangan Global

Di bidang ekonomi, Donald Trump kembali menegakkan kebijakan proteksionisme yang sudah ia terapkan sebelumnya: tarif impor yang tinggi terhadap negara-negara seperti Tiongkok, Meksiko, dan Kanada.

Dalam pandangan Trump, kebijakan ini akan melindungi industri domestik AS dari kompetisi global, memupuk kemandirian ekonomi, dan mengurangi ketergantungan pada negara lain.

Namun, dampak dari kebijakan ini bukan tanpa kontroversi. Meskipun tarif impor yang tinggi diharapkan bisa menekan harga barang impor dan memperkuat industri dalam negeri, kenyataannya hal ini justru memicu ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional.

Negara-negara mitra dagang AS, termasuk Indonesia, merasakan dampak langsung dari kebijakan ini, yang mengarah pada perang dagang dan meningkatnya harga barang di pasar global.

Bagi Indonesia, kebijakan ini membuka tantangan besar. Sebagai negara yang memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan AS, Indonesia harus berhati-hati dalam menyikapi tarif tinggi yang bisa berujung pada penurunan ekspor.

Namun, di sisi lain, ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar tertentu, dan memperluas pasar perdagangan ke negara-negara lain.

Pengaruh Kebijakan Lingkungan: Ketika AS Menarik Diri dari Perjanjian Paris

Selain kebijakan ekonomi, Trump juga membuat langkah mengejutkan di bidang lingkungan dengan menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris.

Keputusan ini, ditambah dengan pelonggaran regulasi produksi energi fosil seperti minyak dan gas, memicu reaksi keras dari banyak negara dan organisasi internasional. Banyak pihak melihat kebijakan ini sebagai langkah mundur dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.

Bagi Indonesia, yang juga termasuk negara yang terkena dampak langsung perubahan iklim, keputusan AS ini menambah tantangan besar. Pengurangan regulasi lingkungan di AS tidak seharusnya dijadikan alasan untuk mengurangi upaya kita dalam mengurangi emisi karbon.

Sebaliknya, Indonesia perlu berkomitmen lebih kuat terhadap keberlanjutan, baik dalam hal mengurangi emisi gas rumah kaca maupun dalam mendorong penggunaan energi terbarukan.

Tanggapan Indonesia: Adaptasi dan Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Lalu, bagaimana seharusnya Indonesia menyikapi kebijakan Donald Trump yang cukup mengubah peta ekonomi dan lingkungan dunia ini?

Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah bijak untuk memitigasi dampak kebijakan proteksionis Trump. Diversifikasi pasar ekspor menjadi langkah yang sangat penting. Jangan terlalu bergantung pada pasar tunggal, seperti Amerika Serikat.

Memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara ASEAN, Uni Eropa, dan pasar-pasar Asia lainnya bisa membuka peluang baru yang lebih stabil dan mengurangi ketergantungan pada kebijakan proteksionis.

Selain itu, Indonesia juga harus tetap teguh pada komitmennya dalam Perjanjian Iklim Paris, meskipun AS menarik diri. Pemerintah bisa memperkuat kebijakan lingkungan yang ramah iklim, mendukung pengembangan energi terbarukan, dan berinvestasi pada teknologi hijau.

Melalui upaya ini, Indonesia tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga mempersiapkan masa depan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Dunia usaha Indonesia juga harus tanggap dalam menghadapi kebijakan global ini. Dalam dunia yang semakin tidak pasti, penting bagi dunia usaha untuk mengadopsi strategi diversifikasi pasar.

Memperluas pangsa pasar di luar AS dan fokus pada kualitas produk lokal yang lebih berkelanjutan bisa menjadi kunci untuk bertahan di pasar global yang kompetitif. Perusahaan juga harus berinvestasi dalam teknologi yang ramah lingkungan dan mematuhi regulasi keberlanjutan global agar tetap bisa bersaing di pasar internasional.

Bagi masyarakat Indonesia, kesadaran akan perubahan iklim dan dampaknya semakin penting. Meskipun kebijakan AS bisa memengaruhi perekonomian global, bukan berarti kita harus mengikuti jejak negara besar tersebut.

Sebaliknya, masyarakat Indonesia bisa berperan dengan mendukung produk yang ramah lingkungan, mengurangi jejak karbon pribadi, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat besar bagi generasi mendatang.

Menatap Masa Depan yang Lebih Cerah

Sebagai negara dengan potensi besar di bidang sumber daya alam dan energi terbarukan, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam perubahan positif. Kebijakan proteksionis dan penarikan diri dari perjanjian iklim oleh AS bukanlah akhir dari segalanya.

Sebaliknya, ini adalah momen bagi Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam memperjuangkan perdagangan yang lebih adil, keberlanjutan lingkungan, dan kerjasama global yang lebih solid.

Di tengah ketidakpastian ini, langkah bijak dan kolaboratif antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat Indonesia akan menjadi kunci utama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Dengan optimisme dan kesungguhan untuk bergerak menuju ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan, Indonesia bisa menjadi negara yang tidak hanya siap menghadapi tantangan global, tetapi juga menjadi bagian dari solusi bagi planet ini.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun